4 Jenis Metode Penelitian (Pengertian, dan Contohnya Masing-Masing)

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang nantinya dapat dianalisis untuk keperluan tertentu, dan menentukan solusi dari permasalahan yang diteliti.

Metode penelitian memiliki beragam jenis, dalam pembahasan ini, hanya akan dibahas empat macam metode penelitian yang kompatibel dengan penyusunan KTI untuk mahasiswa.

Empat macam metode penelitian tersebut adalah,

  1. Metode Penelitian Survei,
  2. Metode Penelitian Eksperimen,
  3. Metode Penelitian Kualitatif,
  4. Metode Penelitian Evaluasi.

Penjelasan untuk masing-masing metode penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Metode Penelitian Survei

Menurut Sugiyono (2014: 35) metode penelitian survei merupakan salah satu bentuk metode penelitian kuantitatif. Karena merupakan salah satu bentuk metode penelitian kuantitatif, maka hasil penelitian yang menggunakan metode survei cenderung digunakan untuk proses generalisasi.

Data yang diperoleh melalui metode penelitian survei merupakan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini. Selain itu, data-data tersebut merupakan data tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, dan perilaku.

Dalam metode penelitian survei data tersebut nantinya digunakan untuk melihat hubungan variabel, menguji beberapa hipotesis entah itu variabel psikologis maupun variabel sosiologis. Dengan demikian, dalam metode penelitian survei data diambil berdasarkan populasi tertentu.

Instrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam metode survei merupakan instrumen pengamatan, seperti pedoman wawancara dan kuesioner.

a. Penggunaan Metode Survei

Metode penelitian survei dapat digunakan pada ciri-ciri kondisi tertentu. Kondisi tertentu yang dimaksud antara lain:

  • Masalah yang akan diteliti sudah jelas.
  • Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas mengenai populasi.
  • Peneliti ingin mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas terhadap satu atau lebih variabel terikat dalam kondisi alamiah.
  • Peneliti bermaksud ingin menguji hipotesis penelitian.
  • Peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur.
  • Peneliti ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori, tindakan, dan produk tertentu.

b. Kemampuan Peneliti

Jika ingin menggunakan metode penelitian survei, maka terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh peneliti.

Beberapa kompetensi yang harus dikuasai peneliti antara lain:

  • Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti.
  • Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian yang benar-benar merupakan masalah.
  • Mampu menggunakan teori yang tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan instrumen penelitian.
  • Memahami berbagai karakteristik metode penelitian survei baik untuk penelitian sampel atau populasi.
  • Memahami teknik-teknik sampling, seperti probability sampling dan non probability sampling, serta mampu menghitung dan memilih jumlah sampel yang representatif sesuai dengan sampel eror tertentu.
  • Mampu menyusun instrumen baik tes maupun non tes untuk mengukur berbagai variabel yang diteliti, mampu menguji validitas, dan reliabilitas instrumen.
  • Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara observasi, dan dokumentasi.
  • Jika pengumpulan data dilakukan oleh tim, maka harus mampu mengorganisasikan tim peneliti dengan baik.
  • Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
  • Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis.
  • Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian kepada pihak-pihak terkait.
  • Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah.
  • Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

c. Pengertian Metode Penelitian Survei

Kerlinger (1973) (dalam Sugiyono, 2014: 34) menyatakan bahwa,

“survey research studies large and small population (or universe) by selecting and studying samples choses from the population to discover the relative incident, distribution, and interrelations of sociological and psychological variables”.

Selain itu, Neuman W Lawrence (2003) (dalam Sugiyono, 2014: 34) menyatakan bahwa,

“survey are quantitative beasth. The survey ask many people (call respondent) about their belief, opinions, characteristic, and past or present behavior. Survey are appropriate for research questions about self reported belief or behavior”.

Selanjutnya juga dinyatakan bahwa,

“survey researches sample many respondent who answers the same question. They measure many variables, test multiple hypotheses, and infer temporal order from question about past behavior, experiences, or characteristic survey research is often call correlational”.

Berdasarkan semua pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian survey adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang variabel psikologis dan sosiologis dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan (wawancara atau kuesioner) dan hasil penelitian cenderung untuk digeneralisasikan.

d. Proses Penelitian Survei

Berdasarkan semua uraian di atas, maka dapat dilukiskan bagan proses penelitian survei sebagai berikut.

Proses penelitian survei
Proses penelitian survei

Dari bagan tersebut terlihat bahwa, proses penelitian survei berawal dari permasalahan, bagian permasalahan utamanya terdiri dari dua hal, yaitu latar belakang masalah dan perumusan masalah.

Kemudian peneliti menyusun teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, tujuannya adalah untuk memperjelas masalah dan menentukan alternatif solusi dari permasalahan.

Setelah diperoleh alternatif solusi, maka langkah selanjutnya, peneliti harus merumuskan dugaan-dugaan yang nanti akan ditunjukkan dengan data atau diuji dengan data. Dugaan itu disebut dengan hipotesis.

Setelah berhasil dirumuskan hipotesis, maka secara bersamaan peneliti melakukan penentuan populasi dan pengembangan instrumen penelitian. Kemudian secara bersama-sama pula peneliti mengambil sampel dengan teknik sampling tertentu dan melakukan pengujian kualitas instrumen.

Setelah diperoleh sampel dan instrumen yang berkualitas, peneliti melakukan pengumpulan data sampel, melakukan analisis data sampai dengan diperoleh kesimpulan dan saran.

Terdapat beberapa contoh judul penelitian berdasarkan proses penelitian survei sebagai berikut.

  1. Perbandingan produktivitas kerja karyawan PT Kalbe lulusan 51 dan lulusan diploma.
  2. Hubungan antara tinggi badan dengan efektivitas obat X.
  3. Pengaruh keterlaksanaan SOP terhadap kualitas pelayanan di Apotek X.

Judul pertama (1) merupakan judul untuk penelitian dengan metode survei yang disebut dengan komparasi di dalam satu variabel bebas, yaitu produktivitas kerja. Namun produktivitas kerja dibagi menjadi dua sampel.

Sampel pertama adalah karyawan PT Kalbe lulusan Sl dan sampel kedua adalah karyawan PT Kalbe lulusan diploma. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan, apakah semua karyawan diploma harus segera melanjutkan studi ke S1.

Judul kedua (2) merupakan penelitian dengan jenis hubungan asosiatif simetris antara variabel tinggi badan dengan efektivitas obat X. Namun, yang dimaksud hubungan ini bukan hubungan kausal pengaruh saling mempengaruhi.

Hubungan tersebut hanya merupakan kecenderungan. Dengan demikian penelitian dengan judul tersebut hanya berkesimpulan bahwa ada hubungan antara tinggi badan dengan efektivitas obat X. Judul penelitian seperti ini lebih cocok jika diterapkan pada bidang farmasi teknologi.

Judul ketiga (3) merupakan judul penelitian hubungan kausal yang ingin melihat apakah derajat keterlaksanaan Standar Operasional Prosedur mempengaruhi kualitas pelayanan di Apotek X.

Jika memang SOP mempengaruhi kualitas layanan, maka hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan. Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan untuk meningkatkan keterlaksanaan SOP di apotek X.

2. Metode Penelitian Eksperimen

Sejalan dengan metode penelitian survey, metode penelitian eksperimen merupakan salah satu bentuk metode penelitian dengan jenis kuantitatif pula. Namun, jika metode survey dapat dilakukan tanpa perlakuan atau percobaan, maka metode eksperimen ini merupakan metode yang wajib menggunakan perlakuan atau percobaan.

Dengan demikian, untuk bidang farmasi teknologi dan bidang kandungan bahan alam, pelaksanaan penelitian yang menggunakan metode ini dilaksanakan di laboratorium, kecuali untuk bidang farmasi rumah sakit dan bidang farmasi komunitas.

Seperti pada metode penelitian sebelumnya, metode ini digunakan jika terdapat kondisi khusus. Selain itu, untuk menggunakan metode ini digunakan kemampuan khusus pula yang harus dikuasai oleh peneliti.

Untuk dapat memahami metode ini dengan lebih mendalam, maka dalam pembahasaan ini juga akan diuraikan tentang pengertian dari metode penelitian eksperimen beserta dengan proses penelitiannya. Pembahasaan yang dimaksud sebagai berikut.

a. Penggunaan Metode Eksperimen

Beberapa masalah dalam penelitian memiliki kekhasan masing-masing. Kekhasan tersebut adalah dengan metode penelitian apa permasalahan tersebut akan diselesaikan. Jika permasalahan akan diselesaikan menggunakan metode eksperimen, maka terdapat kondisi dari permasalahan tersebut yang sesuai dengan kapan metode eksperimen ini digunakan.

Pada umumnya, karena metode penelitian eksperimen merupakan metode kuantitatif, maka metode ini digunakan jika peneliti ingin mengetahui pengaruh variabel bebas yang digunakan sebagai perlakuan terhadap variabel terikat dengan kondisi yang terkontrol.

b. Kemampuan Peneliti

Seorang peneliti yang akan menggunakan metode penelitian eksperimen harus menguasai beberapa kemampuan (kompetensi).

Menurut Sugiyono (2014: 158-159), beberapa kompetensi yang harus dikuasai peneliti antara lain:

  • Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti.
  • Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian yang benar-benar merupakan masalah.
  • Mampu menggunakan teori yang tepat sehingga dapat ditemukan perlakuan yang akan dicobakan kepada subyek penelitian untuk memecahkan masalah.
  • Mampu merumuskan hipotesis secara tepat.
  • Memahami berbagai desain penelitian, sehingga dapat memilih desain yang tepat untuk eksperimen. Secara umum terdapat tiga desain penelitian eksperimen, yaitu pre experimental design, true experimental design, Factorial Design, dan quasi experimental design.
  • Memahami teknik-teknik sampling, seperti probability sampling dan non probability sampling, serta mampu menghitung dan memilih jumlah sampel yang representatif sesuai dengan sampel eror tertentu.
  • Mampu menyusun instrumen baik tes maupun non tes untuk mengukur berbagai variabel yang diteliti, mampu menguji validitas, dan reliabilitas instrumen.
  • Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara observasi, dan dokumentasi.
  • Jika pengumpulan data dilakukan oleh tim, maka harus mampu mengorganisasikan tim peneliti dengan baik.
  • Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
  • Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis.
  • Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian kepada pihak-pihak terkait.
    Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke dalam jurnal ilmiah.
  • Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.
Baca juga:  4 Contoh Laporan Keuangan Perusahaan/Organisasi Beserta Formatnya

c. Pengertian Metode Penelitian Eksperimen

Fraenkel and Wallen (2009) (dalam Sugiyono, 2014: 159) menyatakan bahwa, “to experiment is to try, to look for, to confirm”. Selain itu, Gordon L Patzer (1996) (dalam Sugiyono, 2014: 159) menyatakan bahwa, “causal relationships are the hearth of experiment”.

Selanjutnya juga dinyatakan bahwa, “causality is relationship in which change in one variable causes a change or effect in another variable. The first variable is referred to as the independent variable and it causes an effect on the second variable reffered to as dependent variable”.

Selain itu Creswell (2012) (dalam Sugiyono, 2014: 160) menyatakan bahwa, “you use experiment when you want establish possible cause and effect between independent and dependent variables. This means that you attempt to control all variable”.

Dengan demikian, dapat diperoleh kesimpulan bahwa metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (perlakuan) terhadap variabel terikat dalam kondisi yang dapat dikendalikan.

Pengendalian kondisi dimaksudkan agar tidak ada variabel lain selain variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Untuk dapat mengendalikan kondisi pada penelitian eksperimen digunakan kelompok kontrol. Penelitian eksperimen biasa digunakan di laboratorium.

d. Proses Penelitian Eksperimen

Secara garis besar proses penelitian yang menggunakan metode penelitian eksperimen serupa dengan proses penelitian yang metode penelitian survei. Sehingga bagan proses penelitian eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut.

Proses penelitian eksperimen
Proses penelitian eksperimen

Dari bagan tersebut terlihat bahwa, proses penelitian eksperimen berawal dari permasalahan, bagian permasalahan utamanya terdiri dari dua hal, yaitu latar belakang masalah dan perumusan masalah.

Kemudian peneliti menyusun teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan tersebut, tujuannya adalah untuk memperjelas masalah dan menentukan alternatif solusi dari permasalahan. Setelah diperoleh alternatif solusi, maka langkah selanjutnya, peneliti harus merumuskan dugaan-dugaan yang nanti akan ditunjukkan dengan data atau diuji dengan data.

Dugaan itu disebut dengan hipotesis. Setelah berhasil dirumuskan hipotesis, maka secara bersamaan peneliti melakukan penentuan populasi dan pengembangan instrumen penelitian. Kemudian secara bersama-sama pula peneliti mengambil sampel dengan teknik sampling tertentu dan melakukan pengujian kualitas instrumen.

Sampel yang terpilih terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan khusus yang merupakan variabel bebas.

Setelah diperoleh sampel dan instrumen yang berkualitas, peneliti melakukan pengumpulan data sampel, melakukan analisis data sampai dengan diperoleh kesimpulan dan saran.

Pelaksanaan analisis data disesuaikan dengan desain penelitian eksperimen, yaitu:

1. Pre-experimental Design

Dalam Pre-experimental Design tidak terdapat pengontrolan variabel. Dengan tidak adanya pengontrolan variabel, maka ada kemungkinan kondisi dari variabel terikat, bukan semata-mata disebabkan oleh variabel bebas.

Selain tidak adanya pengontrolan variabel, dalam Pre-experimental Design kelompok sampel juga tidak dipilih secara random (probability sampling). Beberapa macam pre-experimental design sebagai berikut, One Shot Study, One Group Pretest Posttest Design, Intact Group Comparison.

Dalam One Shot Study, peneliti hanya mengambil sebuah kelompok sampel, kemudian memberikan perlakuan, langkah selanjutnya mengadakan observasi untuk mengambil hasilnya.

Untuk One Group Pretest Posttest Design, peneliti mengambil satu sampel kemudian sebelum diberikan perlakuan, sampel diberikan pretest terlebih dahulu. Setelah diberi perlakuan diberikan posttest. Langkah terakhir hasil pretest dan posttest dibandingkan.

Selanjutnya, dalam Intact Group Comparison, peneliti mengambil sebuah sampel, lalu membagi sampel tersebut menjadi dua bagian. Belahan pertama diberikan perlakuan, belahan kedua tidak diberikan perlakuan. Kemudian hasil perlakuan dari dua buah belahan tersebut dibandingkan.

2. True Experimental Design

Design penelitian ini merupakan penelitian yang benar-benar eksperimen. Disebut benar-benar eksperimen karena peneliti mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen.

Dalam desain penelitian ini, peneliti mengambil sampel secara random yang terdiri dari dua kelompok. Yaitu sampel kelompok eksperimen dan sampel kelompok control. Desain penelitian ini memiliki dua bentuk, yaitu Posttest Only Control dan Pretest-Posttest Group Design.

Dalam Posttest Only Control terdapat dua kelompok sampel yang dipilih secara random, kelompok pertama diberi perlakuan, kelompok kedua tidak. Kemudian hasil dua kelompok tersebut dibandingkan untuk menentukan ada pengaruh secara signifikan atau tidak.

Untuk Pretest-Posttest Group Design, peneliti mengambil dua kelompok sampel. Sebelum diberikan perlakuan, dua kelompok tersebut diberikan pretest. Kemudian kelompok pertama diberikan perlakuan dan kelompok kedua tidak. Langkah selanjutnya adalah memberikan posttest kepada dua kelompok.

Hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok ditentukan selisihnya, kemudian dibandingkan selisih pretest dan posttest kelompok pertama dibandingkan dengan selisih pretest dan posttest kelompok kedua.

3. Factorial Design

Dalam desain penelitian bentuk ini, peneliti mengambil lebih dari dua sampel untuk variabel bebas, dan mengambil lebih dari dua sampel untuk variabel terikat.

Dengan demikian terdapat lebih dari satu variabel bebas dan lebih dari satu variabel terikat. Tujuannya adalah untuk melihat berbagai macam faktor yang dapat menentukan pengaruh terhadap variabel terikat dan untuk melihat apakah berbagai macam faktor tersebut juga mempengaruhi variabel terikat yang lain.

Dalam desain penelitian bentuk ini, peneliti dapat memberikan pretest dan posttest, maupun hanya posttest saja.

4. Quasi Experimental Design

Jika True Experimental Design sulit dilakukan karena harus mengontrol semua variabel lain yang tidak diteliti agar tidak mempengaruhi proses eksperimen, maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan Quasi Experimental Design.

Dalam Quasi Experimental Design peneliti tidak sepenuhnya mengontrol variabel lain selain yang diteliti, dengan kata lain variabel lain tersebut dianggap tidak mempengaruhi. Terdapat dua macam Quasi Experimental Design, yaitu Time Series Design dan Nonequivalent Control Group Design.

Dalam Time Series Design peneliti hanya mengambil satu sampel, kemudian diberikan pretest berulang ulang, sampai diperoleh hasil yang stabil. Jika hasil pretest sudah stabil selanjutnya diberikan perlakuan.

Kemudian, peneliti memberikan posttest secara berulang ulang juga sampai hasilnya stabil. Hasil pretest dan posttest kemudian dibandingkan untuk melihat pengaruhnya. Untuk Nonequivalent Control Group Design serupa dengan Pretest Posttest Group Design, hanya sampel tidak dipilih secara random.

Terdapat beberapa contoh judul penelitian berdasarkan proses penelitian eksperimen sebagai berikut.

  1. Pengaruh presensi berbasis IT terhadap kedisiplinan karyawan PT Kalbe Farma.
  2. Pengaruh penggunaan botol kaca untuk obat mag sirup terhadap kualitas dan masa expired obat.
  3. Pengaruh air daun salam rebus terhadap kadar gula darah kelompok usia di bawah 50 tahun dan di atas 50 tahun.

Judul penelitian pertama (1) memiliki variabel bebas presensi berbasis IT dan variabel terikat kedisiplinan karyawan PT Kalbe Farma. Kelompok eksperimen dapat dipilih dari populasi semua karyawan PT Kalbe Farma, kemudian diberikan perlakuan dengan presensi berbasis IT.

Kemudian kedisiplinan karyawan yang termasuk kelompok eksperimen dibandingkan dengan kedisiplinan karyawan yang termasuk kelompok kontrol.

Jika ternyata hasilnya adalah kedisiplinan karyawan yang termasuk kelompok eksperimen lebih baik daripada kedisiplinan karyawan yang termasuk kelompok kontrol, maka persensi IT berpengaruh signifikan positif terhadap kedisiplinan karyawan PT Kalbe Farma.

Penelitian judul kedua (2) memiliki satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Akan ditentukan apakah penggunaan botol kaca untuk wadah obat mag sirup berpengaruh terhadap kualitas obat dan masa expired obat. Akan diambil hasil produksi obat mag sirup kemudian dibagi menjadi dua kelompok.

Untuk kelompok eksperimen, obat mag sirup ditempatkan ke dalam botol kaca steril, kemudian akan ditunggu selamat berapa waktu. Jika kualitas dan masa expired obat mag sirup yang diletakkan dalam botol kaca lebih baik dan lebih lama, maka penggunaan botol kaca untuk obat mag sirup berpengaruh signifikan terhadap kualitas dan masa expired obat

Baca juga:  Cara Menulis Daftar Pustaka dari Internet, Buku, dan Majalah

Untuk Judul penelitian ketiga (3) variabel bebas air rebusan daun salam akan dilihat apakah berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat kadar gula darah. Variabel terikat kadar gula darah dibagi menjadi dua sub variabel yaitu berdasarkan usia, di bawah 50 tahun dan di atas 50 tahun.

Dengan demikian terdapat tiga empat kelompok sampel. Kelompok sampel eksperimen sebanyak dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan dengan meminum air rebusan daun salam dengan usia di atas 50 tahun dan di bawah 50 tahun. Kemudian kelompok sampel kontrol terdiri dari dua kelompok. Kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan sama sekali.

3. Metode Penelitian Kualitatif

Metode penelitian yang berbasis kuantitatif seperti metode penelitian survei dan eksperimen sering disebut dengan metode tradisional. Disebut metode tradisional karena metode penelitian yang berbasis kuantitatif sudah biasa digunakan dalam bidang sains.

Lawan dari metode kuantitatif adalah metode kualitatif. Dalam metode kualitatif data yang diperoleh tidak diolah secara statistik. Dengan demikian, data akhir hasil penelitian tidak berupa angka, namun berupa deskripsi yang merupakan interpretasi dari peneliti.

Oleh karena data akhir hasil penelitian tidak berupa angka, maka metode penelitian ini sering digunakan untuk meneliti permasalahan di bidang sosial. Kejelian peneliti menjadi faktor kunci keakuratan penarikan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dengan metode kualitatif.

Dalam penelitian kualitatif peneliti juga harus obyektif. Jika tidak, maka hasil penelitian yang diperoleh hanya akan memuat subyektifitas peneliti. Secara khusus pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal terkait dengan penelitian kualitatif.

Beberapa hal tersebut meliputi;

  • penggunaan metode kualitatif,
  • kemampuan peneliti,
  • pengertian penelitian kualitatif,
  • proses penelitian kualitatif.

a. Penggunaan Metode Kualitatif

Terdapat tujuh kondisi yang harus dipenuhi agar metode penelitian kualitatif dapat digunakan. Ketujuh kondisi tersebut bertolak belakang dengan kondisi kapan metode penelitian survei maupun eksperimen digunakan.

Tujuh kondisi tersebut, diuraikan sebagai berikut.

  1. Metode ini digunakan jika masalah penelitian belum jelas.
  2. Untuk mencari informasi atau makna lain di balik data yang sudah ada.
  3. Untuk memahami interaksi sosial yang terjadi.
  4. Memahami perasaan orang.
  5. Untuk mengembangkan teori berdasarkan teori yang sudah ada atau menciptakan teori baru.
  6. Untuk memastikan kebenaran data.
  7. Meneliti sejarah perkembangan.

b. Kemampuan Peneliti

Jika dalam penelitian kuantitatif semisal survei dan eksperimen, kemampuan peneliti merupakan kemampuan prosedural, yang umum harus dikuasai oleh peneliti jika akan menggunakan metode penelitian apapun, maka dalam metode penelitian kualitatif selain peneliti harus menguasai kemampuan umum tersebut, peneliti juga harus menguasai kemampuan khusus.

Kemampuan umum yang harus dimiliki oleh peneliti yang akan menggunakan metode kualitatif, yaitu:

  • Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti.
  • Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan rinci.
  • Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel yang dimuat dalam jurnal ilmiah.
  • Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

Selain empat kemampuan umum yang harus dimiliki oleh peneliti jika akan menggunakan metode penelitian kualitatif, seorang peneliti harus menguasai beberapa kemampuan khusus. Kemampuan khusus ini tidak terdapat dalam metode penelitian survei maupun eksperimen.

Beberapa kemampuan khusus tersebut, antara lain.

  • Mampu membangun hubungan sosial dengan setiap orang yang ada pada situasi sosial yang akan diteliti.
  • Kritis sehingga memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek penelitian.
  • Mampu menggali sumber data secara lebih mendalam menggunakan observasi partisipan dan wawancara secara triangulasi.
  • Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif, berkesinambungan, mulai dari analisis deskriptif, domain komponen sosial, dan tema kultur/budaya.
  • Mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas, dan transferabilitas hasil penelitian.
  • Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkonstruksi fenomena, hipotesis, atau ilmu baru.

c. Pengertian Metode Penelitian Kualitatif

Creswell (2012) (dalam Sugiyono, 2014: 228) menyatakan bahwa,

“qualitative research is a means for exploring and understanding the meaning individuals or groups ascribe to a social or human problem. The process of research involves emerging questions and procedures; collecting data in the participants setting; analyzing the data inductively, building from particulars to general themes; and making interpretations of the meaning of data. The final written report has a flexible writing structure”.

Selain itu, Sharan B. dan Meriam (2007) (dalam Sugiyono, 2014: 228-229) menyatakan bahwa:

  1. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang berfungsi untuk menemukan dan memahami fenomena sentral.
  2. Penelitian kualitatif tertarik untuk memahami bagaimana orang-orang menginterpretasikan pengalamannya.
  3. Seluruh tujuan penelitian kualitatif untuk mencapai pemahaman bagaimana orang-orang merasakan dalam proses kehidupannya, memberikan makna, dan menguraikan bagaimana orang menginterpretasikan pengalamannya.
  4. Penelitian kualitatif ingin memahami fenomena berdasarkan pandangan partisipan atau pandangan internal dan bukan pandangan peneliti sendiri atau pandangan eksternal.

Selain itu Creswell (2012) (dalam Sugiyono, 2014: 229) membagi penelitian kualitatif menjadi lima jenis, yaitu phenomenological research, grounded theory, ethnography, case study, dan narrative research.

Dalam phenomenological research, peneliti mengumpulkan data dengan observasi partisipan untuk mengetahui fenomena yang dialami partisipan dalam pengalaman hidupnya. Grounded theory mengharuskan peneliti menarik generalisasi, teori yang abstrak tentang proses, tindakan, atau interaksi berdasarkan pandangan dari partisipan yang diteliti.

Dalam ethnography, peneliti melakukan studi terhadap budaya yang dimiliki oleh kelompok tertentu dalam kondisi alamiahnya melalui observasi dan wawancara. Case study, merupakan wahana yang dapat digunakan oleh peneliti untuk melakukan eksplorasi terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap satu atau lebih orang.

Jika peneliti ingin melakukan studi terhadap satu orang individu tentang perjalanan dalam kehidupannya dan menyusunnya ke dalam narasi, maka digunakan narrative research.

Menurut Bogdan dan Biklen (1982), penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Dilakukan pada kondisi alamiah (tidak ada perlakuan), langsung ke sumber data dan peneliti merupakan instrumen kunci.
  2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, tidak menekankan pada angka.
  3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses tidak pada hasil (produk).
  4. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, dilakukan secara induktif.
  5. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna di balik data yang diamati.

d. Proses Penelitian Kualitatif

Bogdan menuliskan ilustrasi terkait penelitian kualitatif. Proses penelitian kualitatif menurutnya seperti orang yang piknik di tempat wisata baru yang belum pernah ia datangi.

Ketika akan menuju ke tempat itu orang belum tahu seperti apa sesungguhnya tempat itu, namun setelah sampai ia dapat melakukan pengamatan melalui gambar, informasi, berpikir dan melihat berbagai macam obyek, sampai akhirnya ia mampu mendeskripsikan tempat wisata itu sesuai dengan hasil pengamatan dan interpretasinya.

Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka proses penelitian kualitatif dapat digambarkan pada bagan sebagai berikut.

Proses penelitian kualitatif
Proses penelitian kualitatif

Pada tahap awal peneliti melakukan deskripsi terhadap objek penelitian dengan melakukan pengamatan. Deskripsi tersebut hanya sebatas apa yang dapat peneliti amati, sehingga hasil deskripsi masih sangat umum dan belum teratur.

Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan reduksi dengan cara mengurangi informasi yang tidak relevan, dan memilih data mana yang penting dan berguna sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil dari tahap ini sudah lebih teratur daripada hasil deskripsi.

Tahap terakhir adalah tahap seleksi, pada tahap seleksi peneliti menguraikan hasil tahap reduksi dengan melakukan interpretasi secara terperinci sampai diperoleh pemaknaan yang mendalam. Hasil interpretasi digunakan untuk menyusun sebuah bangunan pengetahuan, hipotesis, atau ilmu baru.

Dalam setiap tahap, peneliti melakukan kegiatan berpikir, bertanya, analisis, kesimpulan, dan pencandraan untuk memperoleh hasil.

Terdapat beberapa contoh judul penelitian berdasarkan proses penelitian kualitatif sebagai berikut.

  1. Kepuasan konsumen terhadap pelayanan resep di apotek X.
  2. Manfaat program database terhadap peninjauan stok obat.
  3. Pola distribusi obat generik untuk pasien rawat inap di rumah sakit Y.

Judul penelitian pertama (1) ingin melihat kepuasan yang dirasakan konsumen terhadap pelayan resep di suatu apotek. Untuk dapat melihat kepuasaan yang dirasakan konsumen, maka peneliti harus terjun langsung dengan melakukan observasi, wawancara, dan lain-lain terhadap partisipan yang dalam hal ini adalah konsumen.

Hasil wawancara akan direduksi sedemikian hingga diperoleh data-data yang relevan. Kemudian data-data tersebut diinterpretasi untuk menyimpulkan dengan mendeskripsikan bagaimana kepuasan konsumen terhadap pelayanan resep di apotek X.

Penelitian judul kedua (2) akan melihat manfaat yang diperoleh jika menggunakan program database untuk meninjau stok dari obat yang ada di gudang.

Untuk dapat melihat manfaat yang diperoleh peneliti melakukan berbagai macam deskripsi tentang penggunaan database dengan terjun dan mengamati secara langsung. Data-data tersebut kemudian direduksi, untuk memilih mana yang relevan, mana yang penting, dan mana yang akan dipakai.

Baca juga:  37 kado Pernikahan Murah dan Bermanfaat untuk Sahabat

Kemudian peneliti melakukan seleksi terhadap data-data tersebut sekaligus melakukan interpretasi sampai dapat dideskripsikan manfaat dari program database.

Untuk Judul penelitian ketiga (3) ingin mendeskripsikan pola distribusi obat untuk pasien di rumah sakit Y. Setiap rumah sakit memiliki pola yang berbeda dalam mendistribusikan obat untuk pasien rawat inap.

Untuk keperluan penyusunan panduan pendistribusian obat, maka rumah sakit perlu mengetahui bagaimana pola pendistribusian obat yang dilakukan di rumah sakitnya. Sehingga, peneliti melakukan observasi dan wawancara mendalam di setiap unit layanan pasien rawat inap.

Kemudian mendeskripsikan berbagai macam pola, sampai pada kesimpulan pola mana yang sering dipakai dan bagaimana manfaatnya untuk pasien. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk menyusun panduan pendistribusian obat.

4. Metode Penelitian Evaluasi

Metode penelitian evaluasi adalah metode penelitian yang digunakan untuk memilih atau membuat keputusan (need to choose). Andaikan terdapat suatu program, kebijakan, atau program diklat, maka beberapa hal tersebut dapat dievaluasi menggunakan metode penelitian ini.

Evaluasi digunakan untuk mengkaji apakah suatu program, kebijakan, atau program diklat telah terlaksana dengan baik. Jika beberapa hal tersebut tidak terlaksana dengan baik, maka perlu ada keputusan, apakah beberapa hal tersebut tetap dijalankan dengan melakukan perbaikan atau beberapa hal tersebut diberhentikan pelaksanaannya.

Pada saat penelitian menggunakan metode evaluasi, maka peneliti dapat pula menggunakan metode penelitian yang lain, misalnya survei maupun kualitatif. Dalam evaluasi program misalnya, terdapat empat hal yang dapat dievaluasi, yaitu konteks, input, proses, dan produk.

Konteks meliputi tujuan pelaksanaan program. Input meliputi berbagai macam bahan yang digunakan untuk melaksanakan program. Bahan tersebut antara lain, fasilitas, biaya pengadaan, siapa saja yang terlibat, dan lain-lain. Proses adalah evaluasi untuk pelaksanaan program, apakah proses yang dilakukan sudah baik. Produk adalah evaluasi mengenai output dari pelaksanaan program.

Jika yang dievaluasi adalah kebijakan, maka evaluasi ditujukan untuk menyusun suatu kebijakan, sehingga ruang lingkup penelitian evaluasi untuk kebijakan adalah profil pembuat kebijakan, rumusan kebijakan, implementasi kebijakan, output kebijakan, outcame kebijakan. Output kebijakan meliputi seberapa jauh semua kebijakan yang telah dihasilkan berdasarkan implementasi kebijakan dapat tercapai.

Untuk outcame kebijakan adalah dampak yang dihasilkan berdasarkan tingkat ketercapaian implementasi kebijakan dalam output kebijakan. Evaluasi program diklat ditujukan untuk mengkaji apakah program diklat tersebut terlaksana dengan baik, hal ini dilihat berdasarkan empat ruang lingkup, yaitu evaluasi reaksi, evaluasi belajar, evaluasi behavior, dan evaluasi result.

Dalam evaluasi reaksi akan diukur seberapa tinggi tanggapan dari peserta program diklat. Tanggapan dari peserta diklat diberikan kepada tujuan program diklat, kualitas pengajar, kualitas pembelajaran, kualitas sarana dan prasarana, dan lain-lain.

Pada evaluasi belajar akan diukur seberapa jauh tingkat pemahaman peserta diklat terhadap pengetahuan yang telah diberikan pada saat diklat. Evaluasi behavior ditujukan untuk melihat perubahan yang ditampilkan peserta program diklat setelah kembali ke instansinya masing-masing.

Apakah ada perubahan perilaku dari yang awalnya negatif, setelah mengikuti diklat menjadi berperilaku positif. Dalam evaluasi result akan dikaji dampak yang terjadi setelah pelaksaan program diklat.

Beberapa hal tersebut dapat dikaji menggunakan model penelitian evaluasi. Dengan demikian, terdapat beberapa kondisi khusus, kapan seorang peneliti dapat menggunakan metode penelitian evaluasi, yaitu:

a. Penggunaan Metode Evaluasi

Metode penelitian ini dapat digunakan apabila peneliti ingin mengetahui seberapa jauh program, kebijakan, maupun program diklat telah terlaksana. Selain itu, metode penelitian ini dapat digunakan pula untuk mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Untuk mengetahui dua hal tersebut, peneliti dapat menggunakan metode kuantitatif atau kualitatif atau keduanya. Penelitian evaluasi tingkat tinggi, sampai pada menghasilkan metode baru atau model baru dari program, kebijakan, maupun program diklat yang lebih canggih daripada program, kebijakan, maupun program diklat sebelumnya. Dapat pula sampai pada menghasilkan perbaikan sistem.

b. Kemampuan Peneliti

Seperti metode penelitian yang lain, terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh peneliti untuk dapat menggunakan metode penelitian evaluasi.

Beberapa kemampuan tersebut adalah:

  1. Peneliti harus memahami program atau kebijakan yang akan dievaluasi baik dari segi tujuan, pembiayaan secara global, dan kegiatan-kegiatannya.
  2. Peneliti harus memahami konsep dasar evaluasi.
  3. Peneliti harus mampu mengembangkan instrument evaluasi dan menguji validitas serta reliabilitas instrumen penelitian.
  4. Jika peneliti menggunakan metode kuantitatif, maka peneliti harus menguasai kemampuan-kemampuan yang digunakan untuk melaksanakan penelitian kuantitatif, misalnya seperti pengambilan sampel yang representatif, analisis menggunakan uji statistik, dan lain lain.
  5. Jika peneliti menggunakan metode kualitatif, maka peneliti juga harus menguasai kemampuan-kemampuan untuk dapat menggunakan metode kualitatif, misalnya dapat menggunakan analisis secara kualitatif.
  6. Jika peneliti menghendaki melakukan penelitian evaluasi tingkat tinggi, maka peneliti harus mampu menyusun model atau sistem baru yang lebih canggih.
  7. Peneliti harus mampu menyusun laporan penelitian yang rasional dan sistematis.
  8. Peneliti harus mampu mempublikasikan hasil penelitian evaluasi melalui artikel hasil penelitian.

c. Pengertian Metode Penelitian Evaluasi

Carol H. Weiss (1973) (dalam Sugiyono, 2014: 570) menyatakan bahwa,

“Evaluation Research is also a form applied research, one that attempts to systematically evaluate how effective a specific program, action or policy or other object of research has been, in comparison to goals or standards established when such programs were put in the place. Typically, evaluation research is the type out to improve the effectiveness of a policy or program with the goal of providing feedback to the personnel involved in the program’s operation, and may be applied in a cyclical manner as implementation progresses to ensure continuous improvement in outcomes.”

Selain itu, Creswell (2012) (dalam Sugiyono, 2014: 570) menyatakan bahwa, “evaluation research involves assessing the quality of study using standards advanced by individuals in education”.

Berdasarkan semua pendapat tersebut, maka metode penelitian evaluasi adalah cara ilmiah (rasional, empiris, dan sistematis) untuk mendapatkan data dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi proyek, kebijakan, dan program.

Metode ini dilakukan dengan menggunakan standar dan orang-orang yang terlibat dalam suatu kegiatan yang dievaluasi. Hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas, perumusan, implementasi dan hasil suatu proyek, kebijakan, dan program.

Penelitian ini dapat menggunakan metode kuantitatif, kualitatif, maupun kombinasi kualitatif kuantitatif.

d. Proses Penelitian Evaluasi

Jika penelitian evaluasi menggunakan metode kuantitatif, maka proses penelitian evaluasi dapat diadaptasi dari proses penelitian survei. Namun, jika penelitian evaluasi menggunakan metode kualitatif, maka proses penelitian dapat diadaptasi dari proses penelitian kualitatif.

Untuk penelitian evaluasi dengan kombinasi, gabungan antara kuantitatif dan kualitatif, maka peneliti diberi kebebasan untuk menggabungkan dua proses penelitian tersebut. Tidak ada rambu-rambu khusus dalam penggabungan dua metode tersebut untuk melaksanakan metode penelitian evaluasi.

Bagan berikut ini adalah proses penelitian evaluasi yang menggunakan metode kuantitatif.

Proses penelitian evaluasi dengan metode kuantitatif
Proses penelitian evaluasi dengan metode kuantitatif

Pada bagan di atas, proses penelitian evaluasi dimulai dari penetapan program yang akan dievaluasi, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan latar belakang masalah dan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian ekuivalen dengan rumusan masalah pada proses penelitian eksperimen.

Selanjutnya, kajian program merupakan tinjauan pustaka yang diakhiri dengan teori yang ekuivalen dengan hipotesis penelitian. Untuk proses penelitian evaluasi yang menggunakan metode kualitatif, maka proses penelitian serupa dengan proses penelitian kualitatif.

Terdapat beberapa contoh judul penelitian berdasarkan proses penelitian evaluasi sebagai berikut.

  1. Evaluasi pendistribusian obat generik untuk pasien rawat inap di Rumah SakitY.
  2. Evaluasi pengadaan serum untuk imunisasi Campak dan Rubella tahun 2017 di kota Madiun.
  3. Evaluasi program pendidikan dan pelatihan kinerja Laboratorium bagi asisten apoteker di Rumah Sakit X.

Judul penelitian pertama (1) ingin mengevaluasi kebijakan tentang pendistribusian obat generik untuk pasien rawat inap di Rumah Sakit Y.

Jika hasil evaluasi menyatakan bahwa sistem atau model pendistribusian obat sudah baik dan memiliki banyak manfaat, maka kebijakan tersebut dapat dilanjutkan, namun jika sebaliknya, sistem pendistribusian obat tersebut dapat diganti atau diperbaiki.

Penelitian judul kedua (2) akan mengevaluasi pengadaan serum yang digunakan untuk imunisasi campak dan rubella 2017 di Kota Madiun. Masalah yang dievaluasi dapat dilihat dari segi perencanaan, pelaksanaan, sampai pada pembiayaan.

Dapat pula dilanjutkan sampai pada pengkajian hasil dari imunisasi campak dan rubella, meliputi seberapa banyak anak atau balita yang telah diimunisasi.

Untuk Judul penelitian ketiga (3) ingin melihat apakah pelatihan yang telah dilaksanakan dapat memberikan dampak yang positif terhadap para asisten apoteker di sebuah rumah sakit. Apakah setelah mengikuti pelatihan kinerja laboratorium mereka menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Pustaka:
Kristanto, Vigih Hery. 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Yogyakarta: Penerbit Deepublish