Kisah Nabi Yahya dan Nabi Isa ‘Alaihissalam

Kepada Yahya:

“Dan kesejahteraan bagi dirinya, pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam [19]:15).

Kepada Isa:

“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS. Maryam [19]:33)

Berikut kisah Nabi Yahya dan Nabi Isa dari sebelum lahir hingga diangkat menjadi nabi dan rasul.

Kelahiran Maryam binti Imran

Suatu hari, Hanna sedang berjalan-jalan. Tiba-tiba matanya terpesona pada suatu pemandangan indah. Ia melihat seekor induk burung yang sedang menyuapi anaknya. Induk burung menyuapi anaknya menggunakan paruhnya dengan sangat hati-hati. Sementara anak burung menciap-ciap senang karena perutnya kenyang.

Terkesan dengan kasih sayang sang induk burung, Hanna tergugah perasaannya. Ia juga ingin melampiaskan rasa sayangnya sebagaimana induk burung tersebut terhadap anak-anaknya. Dalam sepi malam, Hanna pun bermohon kepada Allah agar diberi keturunan.

Ia pun bernazar kepada Allah, jika hamil nanti, anaknya akan ia jadikan hamba untuk berkhidmat di Baitul Maqdis.

“Ya Rabb, sesungguhnya kami bernazar kepadaMu, agar janin dalam kandunganku kelak menjadi hamba yang mengabdi kepada-Mu, maka terimalah nazar ini dariku. Sungguh, Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Tak lama, Hanna melahirkan bayi perempuan yang dinamakan Maryam. Sempat tebersit ragu untuk menyerahkan anak perempuan tersebut, karena pada masa itu, orang biasa menazarkan anak laki-lakinya sebagai pengabdi Baitul Maqdis, sementara Maryam adalah perempuan.

Sungguh di luar kebiasaan jika perempuan yang tinggal dalam mihrab tempat ibadah. Namun Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi Maryam. Setelah Maryam akil baligh, maka Hanna menyerahkan pemeliharaan Maryam kepada Zakariya bukan hanya karena mereka saling berkerabat, melainkan juga karena Zakariya adalah pemuka agama dan nabi di masa itu.

Hanna adalah sepupu Elisabeth. Elisabeth merupakan istri Zakariya. Zakariya menerima dengan baik perintah dari Allah untuk membimbing Maryam, mengajarkan kitab suci dan melakukan kebaktian kepada Allah.

Doa Nabi Zakaria untuk Mendapatkan Anak Sholeh

Sedari kecil Maryam tinggal di dalam mihrab di bawah pengawasan pamannya, Zakariya. Setiap hari Maryam berdoa kepada Allah sambil menyucikan dirinya. Sebagaimana ibunya yang ahli ibadah, Maryam tumbuh sebagai ahli ibadah juga.

Hari demi hari, Maryam tumbuh dewasa. Setiap kali Zakariya menemui Maryam selalu didapatkan makanan terhidang di sisi Maryam, buah-buahan yang tidak ada pada musimnya. Tentu saja hal ini menimbulkan keheranan bagi Zakariya.

Ia pun bertanya kepada Maryam, dari manakah makanan ini berasal? Karena sehari-hari Maryam berada dalam mihrab tidak pernah keluar dari tempat tersebut. Maryam menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

Melihat buah-buahan yang tersaji bukan pada musimnya, Allah juga punya kuasa untuk memberi anak meski usia Zakariya telah uzur. Keinginan Zakariya untuk memiliki keturunan dan rasa kasihnya terhadap Maryam terus merasuki pikirannya.

Bagaimanakah kelak Maryam jika Zakariya sudah tiada? Ia mengkhawatirkan Maryam. Bagaimana pun Maryam adalah perempuan. Maka di tengah malam nan syahdu saat semua orang terlelap dalam tidurnya, Zakariya berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut dan lirih.

“Ya Rabb, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadamu, ya Tuhanku. Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku (Maryam) sepeninggalku nanti. Maka, anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu yang akan mewarisi aku dan mewarisi dari keluarga Yaqub; dan jadikanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang diridhoi.”

Robbi hablii miladunka dzurriyyatan thoyyiban. Innaka samii ’ud du’aa,” Ya Rabb, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa kami.” Amiin.

Zakariya berdoa agar dikaruniai anak
Zakariya berdoa agar dikaruniai anak

Mendengar doa tulus dan ikhlas dari Zakariya, maka Allah mengabulkan permohonannya. Didatangkanlah malaikat untuk memberitakan kepadanya tentang kelahiran Yahya, yaitu “Seorang yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya. Dialah seseorang yang membenarkan firman Tuhannya, menjadi panutan, berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu, dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.”

Mendengar kabar dari malaikat bukan main gembira hati Zakariya. Namun terbersit keraguan bagaimana seorang tua seperti dirinya bisa memiliki keturunan? Waktu itu usia Zakariya 90 tahun. Allah menjawab keraguan Zakariya dengan mengatakan bahwa ketetapan tersebut telah ada sejak sebelum Zakariya memiliki wujud seperti saat ini.

Zakariya merasa telah berkata tak pantas kepada Allah karena mempertanyakan kuasa Allah. Maka, Zakariya puasa bicara selama 3 hari. Ia mengisyaratkan umatnya untuk memperbanyak tasbih di pagi dan petang hari.

Kelahiran Nabi Isa dan Nabi Yahya

Kelahiran Nabi Isa
Kelahiran Nabi Isa as

Ketika Maryam tengah beribadah di mihrabnya, terdengar suara, “Semoga Allah bersamamu, wahai Maryam.” Lalu Jibril menampakkan dirinya.

“Jangan takut, Maryam, karena engkau telah memperoleh berkah dari Tuhanmu yang telah memilihmu menjadi ibu dari seorang nabi, di mana ia kelak akan diutus kepada Bani Israil agar mereka dapat berjalan dalam naungan hukum-Nya dengan sepenuh hati.”

“Lalu bagaimana aku akan mendapatkan anak tanpa seorang laki-laki yang menjadi ayahnya?” Tanya Maryam.

“Wahai Maryam, Allah menciptakan Adam tanpa melalui seorang ibu, tidak ada yang tak mungkin bagi-Nya.”

Baca juga:  Kisah Nabi Ayub As

Mendengar kabar kehamilan Maryam, Zakariya bertanya pada Maryam, “Adakah seorang anak lahir tanpa adanya lelaki (ayah)?”

Maryam menjawab, “Ya ada, bukankah Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu?” Jika demikian, beritahukan padaku apa yang sebenarnya terjadi.”

Lalu Maryam menceritakan tentang malaikat yang mengabarkan tentang janin yang ada dalam kandungannya, yaitu Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang dekat dengan Allah yang dapat berbicara semasa dalam buaian dan dia termasuk golongan hamba yang saleh.

Mendengar uraian dari Maryam, percayalah Zakariya akan ketetapan Allah. Apa pun dapat terjadi jika dalam kehendak-Nya. Bukankah Elisabeth, istri Zakariya dapat memiliki keturunan saat usianya demikian uzur? Apa yang tak mungkin bagi Allah? Kun fa ya kun, maka terjadilah.

Demikian pula pada apa yang terjadi pada Maryam, ia bisa saja mengandung anak tanpa ada ayahnya. Meskipun untuk memiliki anak harusnya ada ayah dan ibu. Namun, keajaiban bisa terjadi. Tak ada yang mustahil dalam pandangan Allah.

Ketika Elisabeth sedang mengandung Yahya, ia bertemu dengan Maryam. Elisabeth pun langsung memeluk Maryam dan bekata, “Sungguh, aku bermimpi, anak yang ada dalam perutku sujud pada anak yang ada dalam perutmu.”

Ketika itulah, ibunda Yahya merasakan letupan kuat dalam perutnya. Itulah kenapa disebut Yahya. Asal katanya dari AI-ahya, yang berarti “dihidupkan” oleh ruh Isa. Isa sendiri mendapat gelar ruhullah atau ruhnya Allah yang artinya memiliki kuasa untuk menghidupkan jiwa.

Isa putra Maryam dan Yahya bin Zakariya saling berkerabat. Kehamilan keduanya terjadi hampir bersamaan. Yahya lahir lebih dulu, tiga bulan lebih awal sebelum kelahiran Isa.

Saat kelahiran Yahya semua menyambut dengan gembira. Lain halnya dengan kelahiran Isa yang disembunyikan karena Maryam harus menghadapi tudingan masyarakat.

Kelahiran Nabi Yahya
Kelahiran Nabi Yahya

Meskipun belakangan masyarakat mengetahui ketika Maryam membawa pulang bayinya. Tentu saja semua orang menjadi terkejut, karena anak tersebut lahir tanpa ayah.

Ketika orang-orang mempertanyakan siapakah ayah bayi tersebut, maka Maryam hanya menunjuk ke arah bayi tersebut seolah mengatakan, “Biarlah bayi itu sendiri yang menjelaskannya.” Maryam melakukan puasa bicara sebagaimana Zakariya saat dikabari akan kehadiran Yahya.

Tentu saja orang-orang merasa heran, bagaimana bisa bayi seperti itu berbicara? Mustahil rasanya. Sampai tiba-tiba, terdengar suara dari mulut sang bayi,

“Sesungguhnya, aku hamba Allah, Dia memberiku kitab, dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan, Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku untuk shalat dan berzakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

Saat Isa lahir, yang berkuasa adalah Raja Herodes, seorang raja romawi. Saat kelahiran Isa, muncul bintang paling terang di atas tempat kelahiran Isa.

Raja mendengar semua orang membicarakan keajaiban tersebut, yang menjadi penanda akan hadirnya seorang Mahdi, seorang nabi yang akan memerdekakan bangsanya dari kekuasaan Herodes, Raja Romawi.

Raja Herodes khawatir jika cahaya tersebut menjadi penanda akan runtuhnya kekuasaannya. Maka ia memerintahkan pengawalnya untuk mencari bayi tersebut.

Maryam, atas petunjuk Allah, kemudian membawa Isa keluar dari Yerusalem. Ketika Herodes sudah wafat dan digantikan oleh raja lain, barulah Isa kembali ke Yerusalem.

Semua orang yang menyadari mukjizat Nabi Isa semenjak bayi, berharap agar bayi tersebut kelak akan memimpin mereka memenangkan pertempuran melawan Romawi, sebagaimana Daud memimpin umat mengalahkan bangsa Filistin.

Namun ‘amr Isa bukan sebagai pemimpin perang apalagi menjadi Raja. Isa adalah keturunan Lewi (salah satu dari 12 suku Bani Israil) yang lebih kental warna imamnya.

Saat Isa berusia 5 tahun, ia membuat 12 burung-burungan dari tanah liat. Orang di sekitarnya bertanya untuk apa ia membuat itu? Kemudian Nabi Isa menepukkan tangannya, seketika burung tersebut hidup dan terbang. Dengan penguatan ruhul Allah, Isa memiliki kuasa untuk membangkitkan jiwa.

Nabi Isa juga dapat berjalan di atas air. Ketika orang bertanya bagaimana caranya supaya bisa berjalan di atas air, Nabi Isa mengatakan, “Jika kau memiliki iman sehelai rambut saja pastilah kau bisa melakukan ini. Sungguh hal ini (berjalan di atas air) bukanlah suatu keajaiban, andai ada iman di hatimu.”

Nabi Isa terkenal sebagai sosok yang penuh kasih dan lembut hatinya. Suatu ketika Isa mendengar kisah pembangkangan Azazil terhadap Allah karena tak mau sujud pada Adam. Lalu Isa bertanya kepada malaikat, apakah dosa Azazil dapat diampuni?

Malaikat Jibril kemudian menghadap Allah menanyakan hal tersebut. Lalu malaikat kembali pada Nabi Isa, “Wahai nabiyullah nan lembut hati. Sesungguhnya Allah telah berkenan menjawab pertanyaanmu. Allah akan mengampuni dosa Azazil jika ia mengakui dosanya dan mohon ampunan pada Allah.”

Sukacita Isa mendengar apa yang disampaikan Jibril. Ketika bersua Azazil, Isa berkata, “Wahai Azazil tidakkah kau ingin ampunan dari Tuhanmu agar dapat kembali ke surga?”

“Ya, tentu saja kami mau kembali ke surga, serta mendapatkan wujud keindahan dan pakaian surga kami,” jawab Azazil.

“Jika demikian, ucapkanlah doa ini: ‘Ya Allah, kami bersalah, kami mohon ampunan-Mu.” Mendengar ucapan Isa, Azazil menolak. Kenapa Azazil menolak berdoa? Karena ia merasa dirinya benar. Untuk kedua kalinya Azazil menolak kesempatan yang Allah berikan untuk kembali masuk surga.

Baca juga:  Kisah Nabi Musa 'Alaihissalam

Kisah Nabi Yahya

Kisah Nabi Yahya

Nabi Yahya terkenal dengan kesederhanaan hidupnya, sangat rendah hati, dan menghindari kenikmatan duniawi. Ia hanya makan tumbuhan dan rerumputan hingga perutnya berwarna kehijauan, semata karena khawatir dosa dan tak ingin menyakiti makhluk lain.

Yahya juga dikenal sebagai orang alim yang memiliki pengetahuan tentang kitab suci dan menjadi tempat umat bertanya. Ia juga seorang pemberani, tidak takut dicerca dan tak menghiraukan ancaman penguasa dalam menegakkan kebenaran.

Selain itu, Yahya juga selalu menyeru orang untuk bertaubat, dan sebagai tanda taubat orang tersebut dimandikan di sungai Jordan. Air yang digunakan merupakan simbol penyucian diri. Bahkan Isa sebelum diangkat menjadi nabi, juga disucikan oleh Yahya.

Meskipun Yahya merupakan nabi besar dan memiliki umat yang banyak, namun ketika Isa diangkat menjadi nabi, Yahya menitahkan semua muridnya untuk datang dan belajar kepada Isa karena pada Isa telah diturunkan kitab suci Injil.

“Wahai Yahya izinkan aku untuk tetap bersamamu dan melayanimu,” seorang murid bernama Andreas memohon kepada Yahya.

Namun Yahya menjawab, “Andai engkau benar mencintaiku, maka ikutilah jalan Isa, karena Isa membawa kitab suci dari Tuhan. Jika engkau mencintaiku, maka cintailah Allah melalui kata-kata-Nya yang tercantum dalam kitab yang dibawa Isa.

Demikianlah dukungan Yahya terhadap Isa. Meskipun saat itu umat Yahya sangat besar dan banyak namun tetap saja ia rendah hati dan tak mau beradu unggul dengan Isa yang baru diangkat sebagai nabi.

Nabi Isa berkata, “Tidak ada seorang manusia pun yang lahir dari perempuan yang lebih utama selain Yahya.” “Karomah Yahya lebih besar dariku,” demikian sabda Isa.

Sayangnya, sebagian umatnya saat ini menganggap Isa sebagai Tuhan sementara peran Nabi Yahya tak banyak disebut. Padahal Isa dan Yahya sama-sama merupakan utusan Tuhan. Yahya yang membaptis Isa di sungai Yordan, saat Isa diangkat menjadi Nabi Allah.

Saat Isa dan Yahya bertemu, Yahya berkata kepada Isa, “Mohonkan ampunan untukku, kau lebih baik dariku.”

Isa balik berkata, “Kau yang mohonkan ampun untukku, kau yang lebih baik dariku.” Isa melanjutkan lagi kata-katanya, “Kau lebih baik dariku, karena yang memberi ucapan sejahtera kepadaku adalah diriku sendiri, sementara kau diberi ucapan sejahtera oleh Allah.”

Isa bersabda, “Wahai umatku, sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu yang membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang datang setelahku, dia adalah Muhammad.”

Kisah Nabi Isa

1. Keimanan setengah atom (dzarrah)

Suatu ketika Nabi Isa sedang berjalan melintasi kebun. Seorang petani yang melihatnya segera menyapa dan menjamu Nabi Isa dengan baik dan sopan. Terkesan dengan kebaikan sang petani, Nabi Isa akan berdoa sesuai permintaan sang petani.

Lalu petani itu berkata, “Wahai nabi Allah, doakan aku agar memiliki sedikit saja keimanan, sebesar biji atom (dzarrah), agar aku dapat mencicipi indahnya iman di hati.”

Nabi Isa menjawab, “Jangan. Keimanan sebesar biji atom itu terlalu besar bagimu,”

“Baiklah. Kalau begitu bagaimana dengan cahaya iman yang besarnya setengah atom saja?” Ia balik bertanya. Nabi Isa menyanggupi untuk mendoakan sang petani agar dapat merasakan cahaya iman sebesar setengah biji atom. Selesai berdoa, Nabi Isa pun pamit untuk melanjutkan perjalanan.

Selang beberapa bulan kemudian, Nabi Isa kembali melintasi kebun tersebut, namun tak ditemukannya sang petani yang waktu itu.

Kemana gerangan sang petani? Kenapa ia tak mengurusi kebunnya, tanya Nabi Isa. Seorang petani lainnya menjawab, “Sejak engkau doakan, tak lama ia pergi ke sebuah bukit dan tak pernah kembali lagi. Kau bisa menemuinya di sana.”

Pergilah Nabi Isa ke tempat yang dimaksud untuk menemui sang petani. Dilihatnya sosok sang petani berada di bukit tertinggi tengah tengadah menghadap langit dengan wajah berseri-seri. Mulutnya mengembangkan senyum seolah tengah menatap sosok yang paling dicintainya.

Nabi Isa pun menghampiri petani tersebut, tetapi ia sama sama sekali tidak membalas salam Nabi Isa.

Nabi Isa berkata, “Aku ini Isa as.”

Tiba-tiba terdengarlah suara dari langit, Allah menurunkan wahyu, “Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar pembicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat setengah berat atom (dzarrah) cintanya kepada-Ku. Demi keagungan dan keluhuran-Ku, jika engkau memukulnya sekali pun, tentu dia tak akan merasakannya.”

Ya. Andai ada setengah biji atom, setengah berat dzarrah saja cahaya iman di hatimu, maka engkau tak akan sanggup menahan luapan cintamu kepada Allah. Seluruh isi hati, pikiran dan perasaan hanya tertuju pada Allah. Hanya berharap untuk bisa menjumpai sosok yang dicintainya saja, yaitu Allah semata.

2. Berjalan di atas air

Hawariyyun, adalah sebutan untuk para sahabat Nabi Isa, hari itu kebingungan mencari beliau. Beliau tidak berada di tempat biasanya. Seseorang berkata, ia melihat Nabi Isa tengah berjalan di tengah laut. Para sahabat bergegas pergi ke tepi pantai. Di sana mereka menyaksikan kedatangan Nabi Isa berjalan di tengah laut.

Baca juga:  Kisah Nabi Ilyasa As

Sesampainya Nabi Isa di tepi pantai, mereka bertanya, apakah gerangan yang membuatnya bisa berjalan di atas air. Nabi Isa menjawab, “Melalui iman dan keyakinan. Jika saja ada keimanan sebesar biji gandum di hatimu, niscaya engkau dapat melakukan apa yang dikerjakan oleh burung di udara dan ikan di lautan.”

Seorang sahabat ingin menguji imannya sendiri, lalu ia mulai melangkahkan satu kakinya, ketika akan melangkahkan kaki berikutnya, ia mulai ragu.

“Apa yang membuatmu ragu?” tanya Nabi Isa,

“Sesungguhnya aku takut tenggelam,” jawab orang tersebut.”

“Mengapa engkau tidak takut kepada Rabb pemilik ombak lautan ini? Sungguh yang akan menyelamatkan kalian adalah iman yang ada dalam dada kalian sendiri,” demikian Nabi Isa menjawab.

3. Kisah Nabi Isa dan Tiga potong roti

Kisah Nabi Isa dan pencuri roti
Kisah Nabi Isa dan pencuri roti

Suatu ketika, Nabi Isa dan sahabat-sahabatnya sedang melakukan perjalanan. Di tengah perjalanan, mereka melakukan ibadah bersama.

Saat sedang melakukan ibadah, salah seorang di antara mereka mengambil sepotong roti dan memakannya sendiri. Ketika Nabi Isa dan sahabat akan makan, mereka hanya menemukan dua potong roti. Kemudian beliau bertanya,

“Mengapa hanya ada dua potong roti? Mana roti yang ketiga?”

Si pencuri roti menjawab, “Tapi memang hanya ada dua potong roti.”

Nabi Isa pun membagi dua potong roti tersebut untuk sahabat-sahabatnya. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Di tengah perjalanan mereka berjumpa dengan seorang buta. Nabi Isa mendoakan kesembuhan bagi orang buta tersebut hingga bisa melihat lagi.

Semua orang berdecak kagum oleh dahsyatnya kemukjizatan beliau. Kemudian Nabi Isa berkata, “Demi Zat yang dapat menyembuhkan, siapakah yang telah mengambil roti yang ketiga?”

Orang itu kembali menjawab, “Tapi memang hanya ada dua potong roti.”

Kembali Nabi Isa dan para sahabat melanjutkan perjalanan. Ketika memasuki hutan mereka melihat seekor rusa. Kemudian Nabi Isa berdoa, dengan kuasa Allah, rusa tersebut tiba-tiba tersembelih sendiri, dagingnya terkuliti dan terpanggang menjadi daging matang sehingga semua orang bisa memakan daging tersebut sampai kenyang.

Nabi Isa bertanya kembali, “Demi Allah yang Maha Kuasa, siapakah yang telah mengambil roti ketiga?”

Kembali orang tersebut menjawab, “Tapi memang hanya ada dua potong roti.”

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, saat mereka akan menyeberangi sungai, air sungai tengah meluap deras, menakutkan siapa pun yang akan melintas di sana. Nabi Isa memukulkan tongkatnya hingga air sungai terbelah dan tercipta jalan kering di tengah untuk mereka melintas.

“Dengan nama Allah, engkau sungguh nabi yang terpilih,” semua orang mengagumi mukjizat Nabi Isa sambil bertakbir menyebut kekuasaan Allah.

Kemudian Nabi Isa kembali berkata, “Demi Allah yang telah menyelamatkan kita dari banjir, dan atas kuasa-Nya membuat jalan kering di tengah sungai. Siapakah yang telah mengambil roti ketiga?”

Tetap saja orang itu menjawab, “Tapi memang hanya ada dua potong roti.”

Akhirnya sampailah mereka di sebuah gurun di mana ada 3 gundukan pasir besar. Nabi Isa mengubah gundukan pasir itu menjadi emas, lalu beliau bersabda, “Ketiga gundukan emas ini akan kuberikan pada orang yang telah mengambil roti ketiga.”

“Aku yang mengambil potongan roti yang ketiga,” sahut orang itu cepat.

Akhirnya ia mengaku kalau dirinya yang telah mengambil roti tersebut. “Ambillah semua emas ini, tapi tinggalkan aku. Jangan ikuti kami.”

Si pencuri roti sudah tak peduli lagi. Baginya yang penting adalah tumpukan emas itu menjadi miliknya. Hatinya meluap-luap oleh rasa senang. Padahal ia sudah memakan roti dengan puas, masih pula dihadiahi emas ini. Ia pun segera pergi meninggalkan rombongan Nabi Isa untuk mengumpulkan semua pasir emas tersebut.

Ketika sedang mengambil emas-emasnya datanglah 3 orang pencuri. Mereka merampok semua emas itu dan meninggalkan si pencuri roti dalam keadaan terikat.

Tinggallah penyesalan dalam hati pencuri roti. Ia ditinggalkan oleh Nabi dan sahabat-sahabatnya, berada sendirian di tengah gurun tanpa ada yang menolongnya. Jika sudah demikian siapakah yang akan menolongnya?

4. Hidup abadi

Seorang umat Isa bertanya, “Bagaimana caranya untuk memperoleh hidup kekal nan abadi?”

Isa menjawab, “Cintailah Tuhanmu dan tetanggamu. Engkau akan mencintai Tuhanmu melampaui segala sesuatu, dengan sepenuh hatimu dan pikiranmu serta menganggap tetanggamu sebagai dirimu sendiri.”

5. Khutbah Nabi Isa

“Jangan bebani hatimu dengan hasrat-hasrat duniawi dengan mengatakan: ‘siapa yang akan memberi kita pakaian?*atau, ‘siapa yang akan memberi kita makan?’

Perhatikanlah oleh kalian bunga-bunga, pepohonan dan burung-burung. Tuhan memberi mereka pakaian dan merawat mereka dengan keagungan yang dimiliki oleh seorang Sulaiman. Dan, Dia Maha Kuasa untuk merawatmu, hanya Tuhan yang menciptakanmu dan memanggilmu dalam pelayanannya. Tuhan yang mengirimkan Manna dan Salwa dari surga kepada Bani Israil selama 40 tahun lamanya. Tidak ada yang dapat menggagalkan rahmat-Nya kepada mereka yang beriman kepada-Nya.”

“Bermunajatlah tanpa henti, oh murid-muridku. Karena siapa yang mencari akan mendapatkan dan siapa yang mengetuk pintuNya akan dibukakan dan siapa yang meminta akan menerima. Dan jangan memperbanyak materi doa karena Tuhan hanya melihat kepada hati manusia, sebagaimana firman-Nya melalui Sulaiman: Oh hamba-Ku, berikan hatimu kepada-Ku.”