Cara Menanam Lobak: 5 Langkah Mudah (Dari Persiapan s/d Panen)

Diperlukan persyaratan dan teknis cara menanam lobak untuk mencapai hasil yang optimal, di samping pemilihan varietas unggul sebagai kunci utama.

Penggunaan benih unggul tidak akan memberikan hasil baik apabila tidak diimbangi teknik budidaya lobak yang baik. Demikian pula sebaliknya. Usaha tani yang berhasil ditunjukkan dengan peningkatan jumlah hasil per satuan luas (ton/ha) dan mutunya.

Oleh sebab itu agar suatu usaha tani berhasil baik, diperlukan teknik budidaya lobak dan penggunaan benih (bibit) yang unggul bersama-sama.

Adapun tata cara budidaya lobak meliputi kegiatan:

1. Persiapan Lahan

Setiap melakukan pergantian tanaman, lahan harus diolah kembali untuk membersihkan tanaman pengganggu (gulma) dan memperbaiki struktur tanah supaya gembur sehingga layak ditanami kembali.

Bekas tanaman sebelumnya dan tanaman pengganggu yang telah dibersihkan harus segera disingkirkan di tepi lahan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman lobak.

Kegiatan persiapan lahan hingga siap tanam melalui beberapa tahapan berikut ini.

Perencanaan

Kegiatan pengerjaan lahan merupakan faktor penting untuk memperoleh hasil yang baik dalam waktu tepat. Perencanaan kegiatan meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman, dan pemupukan.

Pada lahan datar, sebaiknya bedengan dibuat memanjang ke arah Barat – Timur agar memperoleh sinar matahari secara optimal, sedangkan pada lahan berbukit, arah bedengan tegak lurus kemiringan tanah sehingga merupakan teras-teras yang sekaligus berfungsi mencegah terjadinya erosi.

Selokan jangan dibuat terlalu lebar karena lahan menjadi tidak efisien, sedangkan selokan yang terlalu kecil akan mengganggu kegiatan pemeliharaan tanaman, seperti penyemprotan, pemupukan, dan penyiangan.

Pembajakan Tanah

Pembajakan tanah bertujuan untuk mengubah tanah yang padat menjadi tanah yang gembur (remah). Pembajakan tanah merupakan proses pembalikan tanah sebelah dalam yang terangkat ke permukaan lahan dalam bentuk gumpalan-gumpalan besar.

Pembajakan sangat penting guna membasmi hama atau penyakit yang berada di dalam tanah, memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah, serta mempermudah penguapan gas beracun yang berada di dalam tanah.

Sistem pembajakan tanah pada lahan datar sedikit berbeda dengan pembajakan di lahan berbukit yang lokasinya cukup sulit. Pengolahan tanah pada lahan datar lebih praktis menggunakan traktor singkal, sapi atau kerbau.

Sedangkan pada lahan berbukit, menggunakan cangkul beberapa kali sampai tanahnya gembur terutama pada tanah lempung yang agak berat.

Pembajakan tanah dapat diulangi sekali lagi bila perlu sampai kedalaman antara 40-50 cm. Untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar, lahan dihaluskan dengan garu atau cangkul sambil diratakan.

Kondisi tanah yang gembur sangat membantu perkembangan akar tanaman dan pertumbuhan vegetatif tanaman serta pembentukan umbi.

Membuat Bedengan dan Selokan

Akar tanaman lobak sangat peka terhadap genangan air sehingga mudah mengalami pembusukan, dan pertumbuhan tanaman terganggu.

Adanya bedengan berperan sangat penting dalam melindungi kerusakan akar dan umbi lobak terhadap genangan air.

Pembuatan bedengan merupakan pengolahan tanah tahap ketiga setelah pembajakan dan pencangkulan tipis atau penggemburan bongkahan tanah hasil pembajakan.

Dua minggu setelah pembajakan tanah dan penggemburan, dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi (pengairan). Bedengan dibuat membujur ke arah Timur – Barat agar cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman.

Bedengan berukuran lebar 40 cm (untuk sistem satu baris tanaman) atau 80 cm (untuk sistem dua baris tanaman), tinggi 30-40 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm, dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30-40 cm). Selanjutnya di sekeliling petak bedengen dibuat selokan untuk membuang air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm.

Dengan terbentuknya bedengan dan selokan, berarti media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman telah siap, baik dari segi sifat tanah secara fisik, kimia, biologis, dan kebersihan medium tanah dari tumbuhan pengganggu.

Di samping itu, bedengan dan selokan akan memudahkan kegiatan pemberian pupuk, pengairan, pembuangan air yang berlebihan, pemberantasan hama dan penyakit, dan lain-lain.

Bentuk bedengan pada lahan lobak
Arah bedengan yang dianjurkan, memanjang ke arah barat dan timur.

Keterangan:

  1. Bedengan
  2. Tinggi bedengan 30-40 cm
  3. Lebar bedengan 40 cm untuk sistem 1 baris, 80 cm untuk sistem 2 baris tanaman
  4. Lebar selokan 40 cm.

Pemupukan Dasar

Pupuk dasar terdiri dari pupuk organik dan an-organik diberikan sebelum tanam. Pupuk organik (kotoran ayam, kambing) diberikan pada permukaan bedengan kira-kira satu minggu sebelum tanam.

Apabila menggunakan pupuk kotoran ayam diperlukan 10 ton/ hektar, kotoran kambing 15 ton/hektar, dan untuk kotoran sapi 20 ton/hektar. Pupuk kotoran hewan yang diberikan harus sudah jadi, karena pupuk kadang yang belum jadi akan menghambat pertumbuhan tanaman.

Pupuk kandang yang belum jadi masih mengalami proses pelapukan yang akan menghasilkan energi panas sampai 75°C. Dalam kondisi ini akar tanaman tidak kuat menahan panas, sehingga dapat menimbulkan kematian tanaman.

Selain itu, pupuk kandang yang belum masak banyak mengandung bibit penyakit yang membahayakan kehidupan tanaman.

Pupuk kandang sangat baik untuk memperbaiki struktur tanah, menambah bahan organik tanah, mengikat air tanah, dan dapat merangsang pertumbuhan tanaman lebih cepat karena pupuk kandang mengandung enzim sytokinin dan giberalin merupakan hormon yang berfungsi merangsang pertumbuhan tanaman.

Ciri pupuk kadang yang telah jadi adalah berbau mirip tanah. Pemberian pupuk pada lobak yang benar dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

  • Pupuk organik dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm, dilakukan saat penggemburan tanah yang terakhir. Pupuk organik diberikan merata. Sebagai pedoman, setiap tanaman diberi 0,5-1 kg. Jika dalam satu bedengan terdapat 90 tanaman, maka pupuk kandang yang diberikan berkisar 45-90 kg.
  • Pupuk organik diberikan pada lubang tanam sebanyak 0,5-1 kg, lalu dicampur dengan tanah dari sekitar lubang tanam tersebut. Takaran pupuk organik tergantung kesuburan tanah. Pada tanah yang subur, takaran pupuk lebih rendah dari dosis anjuran.

Selain menggunakan pupuk kandang, pemupukan dasar dapat juga menggunakan pupuk anorganik/pupuk kimia (sistem budidaya pertanian an-organik).

Pupuk kimia yang digunakan berupa Harmony BS1 dan Harmony P1 sebagai pengganti pupuk organik/pupuk kandang atau kompos. Pupuk Harmony BS1 dan Harmony Pl berbentuk cairan berwarna cokelat muda yang aplikasinya dilarutkan dalam air terlebih dahulu dengan dosis 1 liter pupuk per 500 liter air.

Larutan pupuk tersebut disiramkan pada bedengan. Untuk luas lahan 1 hektar, diperlukan pupuk Harmony BS1 dan Harmony P1 sebanyak 8 liter.

Pupuk Harmony BS1 mengandung senyawa bioaktif Bacillus subtilis (merupakan mikrobia pengurai) yang berfungsi sebagai penambat nitrogen, pelarut fosfat, pelarut kalium, dan menguraikan bahan organik menjadi zat yang tersedia bagi tanaman sehingga dapat mengembalikan kesuburan tanah seperti semula.

Sedangkan pupuk Harmony P1 juga mengandung mikrobia yang berfungsi menguraikan fospat (P) di dalam tanah menjadi zat fosfat yang tersedia bagi tanaman.

Dengan demikian pupuk Harmony P1 dapat memacu pertumbuhan perakaran tanaman yang pada akhirnya tanaman dapat secara maksimal menyerap zat hara sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Pemasangan Mulsa Plastik Hitam Perak

mulsa plastik hitam

Pemasangan mulsa plastik segera dilakukan setelah penebaran pupuk supaya unsur nitrogen tidak menguap bila terkena sinar matahari.

Curah hujan yang tinggi dapat melarutkan unsur hara yang lain sehingga akhirnya tidak tersedia unsur hara bagi perkembangan tanaman lobak.

Dalam perkembangan teknologi pertanian, saat ini mulsa plastik telah banyak digunakan dalam budi daya komoditas hortikultura, seperti tomat, cabai, semangka, melon, kubis, brokoli, buncis, dan lain-lain, termasuk lobak.

Mulsa plastik ini memiliki dua permukaan yang berbeda, yakni hitam pada salah satu sisinya dan perak pada sisi yang lain.

Kedua permukaan mulsa plastik tersebut memiliki sifat yang berbeda. Permukaan perak berfungsi memantulkan sinar matahari sehingga mengubah iklim mikro di sekitar tanaman. Keadaan demikian dapat menekan perkembangan hama aphids dan thrips.

Pemantulan cahaya matahari juga akan menyempurnakan proses fotosintesis sehingga perkembangan tanaman menjadi lebih sempurna.

Sementara permukaan hitam, yang menghadap ke permukaan tanah, berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma dan cendawan dalam tanah.

Tanpa dilengkapi mulsa plastik, gulma akan tumbuh cepat sehingga terjadi kompetisi penggunaan unsur hara dan agroklimat seperti cahaya matahari, O2, dan lain-lain, dengan tanaman lobak yang dibudidayakan.

Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman lobak menjadi lambat dan produkvitas per satuan luas lahan menjadi rendah. Di samping itu, jika mulsa plastik tidak digunakan, penyiangan gulma harus sering dilakukan sehingga menambah biaya.

Penggunaan mulsa plastik sangat dianjurkan agar produktivitas tanaman optimal. Ditinjau dari segi ekonomi, penggunaan mulsa plastik juga lebih menguntungkan karena walaupun harganya agak mahal, namun biayanya tetap lebih murah dibanding tanpa mulsa plastik.

Mulsa plastik tersebut dapat digunakan sampai dua kali tanam atau lebih.

Baca juga:  [3 Langkah] Cara Pemijahan Ikan Gurame Secara Alami di Kolam

Cara Pemasangan Mulsa Plastik

Setelah semua pupuk anorganik atau pupuk organik disebar secara merata di permukaan bedengan maka bedengan harus segera ditutup plastik hitam perak. Plastik harus dipersiapkan sebelumnya sehingga pada waktunya dapat dipasang dengan segera.

Untuk memperoleh hasil yang baik, pemasangan mulsa plastik dilakukan sekitar pukul 09.00-14.00 (saat sinar matahari mulai panas hingga tengah hari). Pemasangan jangan sampai terbalik.

Permukaan yang berwarna hitam harus di bawah (berhadapan dengan permukaan tanah), sedangkan permukaan perak di atas (menghadap sinar matahari).

Mulsa plastik dipancang dan harus diusahakan agar dapat menutup permukaan tanah secara sempurna. Pemasangan dilakukan dengan menjepit sisi kiri dan kanan mulsa dengan belahan bambu sepanjang 20-25 cm.

Harus diusahakan agar jangan sampai ada bagian sisi mulsa plastik yang terbuka karena akan mudah sobek bila tertiup angin kencang.

Mulsa plastik ini sangat tipis dan lentur sehingga permukaan bedengan harus benar-benar halus dan rata. Tonjolan sedikit saja pada permukaan bedengan dapat menyobek mulsa plastik tersebut. Oleh karena itu pemasangan mulsa plastik harus dilakukan dengan hati-hati.

Kegunaan Mulsa Plastik

Tanah tersusun dari unsur biotik dan abiotik. Unsur biotik (bahan hidup) berupa mikroorganisme tanah yang sangat membantu penggemburan tanah, sementara unsur abiotik dalam tanah meliputi air, udara, dan senyawa-senyawa organik.

Kedua unsur tersebut berinteraksi sehingga terbentuk berbagai jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang berbeda-beda.

Faktor lingkungan yang berada di permukaan tanah seperti intensitas cahaya, curah hujan, suhu, dan kelembapan tanah sangat berpengaruh terhadap kondisi tanah.

Intensitas cahaya matahari yang tinggi menyebabkan air tanah cepat menguap sehingga pemberian air irigasi harus sering dilakukan agar air tanah cukup tersedia bagi tanaman.

Curah hujan yang tinggi dapat melarutkan unsur hara tanah untuk masuk ke dalam tanah lebih jauh sehingga justru tidak dapat digunakan oleh tanaman.

Pada kondisi lahan yang terbuka, keadaan selalu berubah-ubah sesuai keadaan lingkungan. Perubahan lingkungan ini akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Gulma juga akan berkembang lebih cepat daripada tanaman pokok (tanaman lobak) karena dukungan sinar matahari dan unsur-unsur hara dalam tanah.

Penggunaan mulsa plastik Hitam-Perak (H-P) dapat mengurangi risiko pemadatan tanah akibat curah hujan yang tinggi pada musim hujan, penguapan air tanah pada musim kemarau, dan kelembapan serta suhu tanah yang tinggi.

Dengan demikian akar tanaman dan umbi lobak dapat berkembang lebih baik, yang pada akhirnya tentu akan memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta perkembangan umbi.

Secara ringkas, beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan mulsa plastik H-P adalah sebagai berikut:

  • Menjaga kestabilan suhu dan kelembapan tanah agar tetap ideal bagi pertumbuhan tanaman.
  • Menjaga tanah tetap gembur sehingga mempermudah perkembangan akar.
  • Mencegah penguapan pupuk an-organik (terutama nitrogen) dalam tanah, karena mulsa plastik dapat mengurangi penguapan air tanah serta mengurangi larutnya unsur hara dalam tanah karena curah hujan yang tinggi.
  • Menekan pertumbuhan gulma sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penyerapan unsur air dan hara tanah.
  • Dari segi ekonomi dapat menekan biaya karena tenaga kerja untuk penyiangan gulma dapat dikurangi.
  • Pemupukan hanya dilakukan satu kali hingga tanaman berproduksi (panen). Ini berarti menghemat biaya pemupukan.

Untuk menjaga agar kondisi lingkungan tanaman tetap bersih, penyiangan gulma pada selokan harus dilakukan secara rutin. Gulma dapat menjadi tempat berkembangnya hama maupun penyakit yang sewaktu-waktu dapat menyerang tanaman lobak.

2. Penanaman

Penanaman lobak

Bibit lobak yang telah siap dapat langsung ditanam di lahan penanaman tanpa harus disemai terlebih dahulu di persemaian. Penanaman benih harus dilakukan dengan hati-hati,jangan sampai terlalu dalam supaya benih dapat tumbuh dengan baik.

Lubang tanam pada mulsa plastik harus dipersiapkan dua hari sebelum tanam. Pembuatan lubang pada mulsa plastik dilakukan dengan menggunakan alat yang dibuat dari kaleng berdiameter 10-12 cm.

Diameter lubang tanam hendaknya jangan terlalu sempit untuk memudahkan proses penanaman. Di samping itu, diameter lubang tanam yang terlalu sempit juga akan menyebabkan sirkulasi udara dalam tanah kurang lancar sehingga persediaan O2 dalam tanah bagi akar tanaman tidak mencukupi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penanaman lobak adalah waktu tanam, jarak tanam, lubang tanam, dan cara penanaman.

Waktu Tanam

Saat tanam yang tepat bagi tanaman lobak adalah awal musim kemarau (akhir musim penghujan). Tanaman lobak juga bisa ditanam pada musim hujan, namun hasilnya tidak akan optimal, bahkan berisiko gagal panen.

Namun demikian apabila diimbangi dengan penanganan yang lebih intensif, seperti penyemprotan pestisida lebih sering, pembuatan selokan lebih dalam sehingga pengairan berjalan baik, dan penyiangan lebih sering dilakukan, maka produksinya dapat cukup baik.

Keadaan agroklimat pada musim hujan sangat buruk, cuaca lembap dan basah, suhu terlalu rendah, dan lain-lain, yang semuanya kurang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman lobak.

Namun kondisi tersebut justru sangat sesuai bagi perkembangbiakan patogen, misalnya jamur dan bakteri. Hal ini merupakan ancaman bagi tanaman lobak.

Oleh karena itu apabila penanaman lobak dilakukan pada musim hujan, pemeliharaannya harus ekstra-intensif, terutama berkaitan dengan pengendalian hama dan penyakit, serta drainase.

Jarak Tanam

Budidaya lobak umumnya dilakukan dengan sistem baris berganda (dua sampai tiga baris tanaman per gulud). Jarak tanam yang secara umum baik digunakan dalam budidaya lobak adalah 40 cm (jarak antar barisan) x 30 cm (jarak dalam barisan), atau 50 cm (jarak antar barisan) x 40 cm (jarak dalam barisan).

Tingkat kepadatan tanaman per satuan luas berpengaruh terhadap jumlah produksi. Jarak tanam yang terlalu rapat justru dapat menurunkan produksi karena akan meningkatkan kelembapan di sekitar tanaman yang tentu saja akan mendukung perkembangbiakan patogen.

Tanaman menjadi lebih mudah terserang penyakit sehingga tidak dapat tumbuh normal dan produktivitasnya rendah.

Di samping itu, jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan penerimaan sinar matahari menjadi berkurang untuk setiap tanaman sehingga proses asimilasi berjalan kurang baik. Akibatnya, produktivitas menurun.

Sebaliknya apabila jarak tanam terlalu lebar juga kurang menguntungkan karena penggunaan lahan yang kurang optimal.

Penentuan jarak tanam dapat dilakukan dengan menggunakan tali rafia yang telah diberi tanda sesuai jarak tanam yang dikehendaki. Tali rafia tersebut dipancangkan pada bagian tepi bedengan ke tepi bedengan yang lain.

Dapat pula digunakan cara lain, yaitu menggunakan tinta spidol yang ditorehkan hingga membentuk titik pada mulsa plastik.

Supaya jarak tanam yang nantinya dibuat sesuai dengan yang dikehendaki, maka titik yang telah dibuat tadi dijadikan sebagai titik pusat lubang pada mulsa plastik. Dengan demikian jarak tanam antar lubang yang dihasilkan akan sama.

Lubang pada mulsa dibuat menggunakan kaleng yang diisi bara api. Bara api tersebut harus mampu memanaskan kaleng sehingga mulsa plastik yang terkena kaleng (tepat pada tanda titik) akan meleleh sehingga terbentuk sebuah lubang.

Demikian seterusnya hingga semua lubang pada mulsa terbentuk dengan cara yang mudah.

Pembuatan Lubang Tanam

Pembuatan lubang tanam dilakukan bersamaan dengan pelubangan mulsa plastik. Pembuatan lubang tanam ini harus dilakukan oleh dua orang.

Lubang tanam dibuat menggunakan alat bantu yang dibuat dari kayu berbentuk bulat berdiameter sama dengan lubang pada mulsa plastik. Ujung kayu tersebut dibuat runcing.

Lubang tanam dibuat dengan menusukkan ujung kayu bulat tersebut tepat di tengah-tengah lubang pada mulsa plastik.

Kedalaman lubang tanam dibuat sekitar 0.5-1 cm, kira-kira cukup untuk menempatkan benih. Lubang tanam yang terlalu dalam tidak baik bagi pertumbuhan benih.

Cara Menanam Lobak

Benih lobak yang akan ditanam di kebun harus sudah diseleksi terlebih dulu. Benih yang dipilih adalah benih yang sehat, tidak keriput, bersih dan murni. Benih yang tidak sehat dapat menjadi sumber penyakit yang dapat menular pada benih lainnya.

Sebelum benih ditanam, sebaiknya media tanam (bedengan) diairi terlebih dahulu supaya tanah basah dan lembap. Setelah itu benih ditaburkan dalam lubang tanam yang telah dibuat. Setiap lubang tanam diisi 1 benih, lalu ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis.

Setelah benih ditanam, lahan harus diusahakan selalu dalam keadaan lembap dengan cara disiram air secara berkala. Jika penanaman dilakukan pada musim hujan, benih tidak perlu diairi lagi, tetapi saluran drainasenya harus bagus untuk menghindari terhadinya genangan.

Sebaliknya, apabila penanaman dilakukan pada musim kemarau, bedengan harus diairi melalui selokan antar bedengan hingga ketinggian 3/4 tinggi bedengan. Cara ini sangat bermanfaat terutama bagi perkembangan akar benih.

Penanaman benih dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih lobak sudah tumbuh 4-5 hari setelah benih ditanam.

Baca juga:  Pendederan Ikan Gurame (Pemeliharaan) di Kolam, Keramba, atau Bak

Pemantauan Pertumbuhan Bibit di Ladang

Sekitar 5-7 hari setelah tanam perlu dilakukan pemantauan terhadap perkembangan bibit. Bibit yang mati atau pertumbuhannya lamban harus segera diganti dengan bibit yang baru.

Dengan demikian diharapkan semua bibit dalam satu lahan memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang seragam.

Pertumbuhan dan perkembangan bibit ditandai dengan perubahan tinggi tanaman maupun pembesaran bagian tanaman, seperti diameter batang dan ukuran daun.

3. Memelihara Tanaman

Kebun lobak

Benih yang baru tumbuh masih sangat peka terhadap perubahan lingkungan sekitar, terutama pada cuaca dan ketersediaan air dalam tanah.

Selama tanaman tumbuh dan berkembang hingga berproduksi akan selalu mengalami berbagai kendala, baik yang bersifat internal (dalam tanaman) maupun eksternal, yaitu dari lingkungan tumbuh tanaman yang umumnya kurang menguntungkan, misalnya keterbatasan unsur hara dalam tanah dan gangguan hama penyakit.

Perawatan tanaman harus dilakukan dengan baik agar tanaman dapat tumbuh normal dan akhirnya berproduksi dengan baik. Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut ini.

Pemupukan

Tujuan pemupukan susulan pada tanaman lobak hanya bersifat sebagai penunjang, karena sebagian besar kebutuhan pupuk telah dipenuhi sebelum tanam, yakni pada saat akan menutup bedengan dengan mulsa plastik

Pupuk susulan yang diberikan berupa pupuk pelengkap cair (pupuk daun) yang dapat berupa pupuk kimia (anorganik) atau pupuk alam (organik).

Pupuk susulan tersebut diberikan dalam bentuk larutan, dengan cara dikocorkan di sekitar pangkal batang tanaman atau disemprotkan melalui daun.

Sebaiknya pemupukan susulan ini dilakukan dengan cara disemprotkan melalui daun, karena lebih efektif dan efisien.

Pupuk daun yang berupa pupuk organik cair mulai diberikan pada tanaman 21 hari setelah tanam dengan interval 7-10 hari sekali sesuai kebutuhan tanaman. Konsentrasi larutan berkisar antara 1-2 cc larutan/ liter air.

Bersama dengan penyemprotan pupuk daun tersebut ditambahkan insektisida maupun fungisida bila memang perlu. Penyemprotan pupuk daun berupa pupuk organik cair tersebut cukup dilakukan 2-3 kali saja.

Penyemprotan harus dilakukan di permukaan daun bagian bawah, di mulut daun (stomata) berada. Jika disemprotkan di permukaan daun bagian atas, pupuk daun tersebut akan sulit diserap sehingga pemupukan lewat daun tersebut gagal.

Penyemprotan dapat dilakukan kapan saja (pagi, siang, sore, atau malam hari) selama tidak ada angin dan tidak hujan 2-3 jam setelah penyemprotan. Dengan demikian maka penyemprotan akan efektif.

Pengairan

Pemberian air pada tanaman lobak sangat tergantung pada musim yang sedang berlangsung dan fase pertumbuhan tanaman.

Pada musim hujan tidak perlu dilakukan pengairan, tetapi saluran-saluran drainase harus diperbaiki agar tidak terjadi genangan di sekitar tanaman. Air yang tidak segera dibuang akan mengganggu pertumbuhan umbi dan sistem perakaran tanaman.

Sebaliknya, pada musim kemarau tanaman lobak perlu mendapatkan pengairan yang cukup terutama pada periode awal pertumbuhan vegetatif.

Tanaman lobak sangat peka terhadap kekurangan air terutama selama periode stolonisasi dan inisiasi umbi, karena dapat berpengaruh buruk terhadap hasil umbi lobak.

Kekurangan air pada awal periode pembentukan umbi dapat menyebabkan umbi yang dihasilkan memiliki bentuk yang tidak normal, berukuran kecil, dan pecah.

Pada awal pertumbuhan, tanaman harus mendapatkan cukup air agar perkembangan batang dan daun berlangsung normal. Apabila pada periode tersebut air yang diperoleh tanaman terlalu banyak, maka akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga tanaman sulit hidup.

Akar tanaman tidak berkembang sempurna sehingga sistem perakaran yang terbentuk menjadi dangkal. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan tanaman karena zat hara yang terserap terbatas.

Sistem pengairan yang biasa dilakukan pada budidaya tanaman lobak adalah leb. Apabila pemberian air dirasa cukup, air segera dikeluarkan melalui saluran drainase (pembuangan).

Tanah yang terlalu lembap tidak baik bagi tanaman lobak karena merangsang perkembangan cendawan yang sangat berbahaya bagi tanaman. Serangan cendawan dapat menurunkan produksi atau bahkan menyebabkan gagal panen.

Waktu yang paling tepat untuk melakukan pengairan tanaman lobak adalah pada sore hari dan sangat tidak dianjurkan untuk dilakukan pada siang hari. Penyiraman tanaman dapat juga dilakukan menggunakan gembor (air disiramkan ke tanaman dengan gembor).

Penyiangan

Gulma selalu menjadi tantangan bagi para petani. Walaupun bedengan telah ditutup dengan mulsa plastik H-P, namun gulma masih tetap dapat tumbuh di sekitar lubang tanam.

Pada saat tanaman masih muda, gulma tersebut cukup berpengaruh dalam persaingan pengambilan unsur hara dalam tanah.

Di sisi lain, gulma yang tumbuh di antara bedengan (parit/selokan) dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit yang berbahaya bagi tanaman lobak karena dapat mengakibatkan gagal panen. Di samping itu, gulma tersebut juga dapat menghambat drainase sehingga air jadi menggenang.

Gulma yang tumbuh sangat bervariasi. Ada yang berdaun lebar, ada yang berdaun sempit memanjang seperti golongan teki-tekian (Cyperus sp). Jenis ini paling banyak ditemui di lahan penanaman lobak.

Pemberantasan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar perakaran tanaman lobak, sementara untuk gulma yang tumbuh di selokan dapat dibasmi menggunakan cangkul atau disemprot dengan herbisida secara hati-hati agar tidak mengenai tanaman lobak.

Dapat juga menggunakan alat mekanik penyiang rumput (gulma) yang sederhana, yaitu Cono weeder.

4. Panen Lobak

Panen lobak

Tanaman lobak sudah dapat dipetik hasilnya pada umur 40-90 hari setelah benih ditanam. Bagian tanaman yang diambil sebagai hasil adalah umbinya.

Kualitas umbi lobak tergantung umur tanaman dan teknik memanen. Umur panen tanaman sangat dipengaruhi oleh cuaca dan ketinggian tempat penanaman. Semakin tinggi lokasi penanaman, semakin lama atau panjang umur tanaman lobak dapat dipanen.

Jika dipanen pada umur 40-90 hari setelah tanam, hasilnya belum tentu baik semua. Di dalam memanen umbi lobak, selain memperhatikan umur panen hendaknya juga memperhatikan kondisi fisik tanaman.

Penanganan pascapanen lobak berpengaruh terhadap kualitas hasil. Oleh karena itu penanganan pascapanen hendaknya dilakukan dengan baik dan benar agar umbi dapat sampai ke tangan konsumen dalam kualitas yang baik.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat umbi lobak termasuk komoditas pertanian yang mudah dan cepat rusak.

Pengumpulan hasil panen harus dilakukan di tempat yang teduh, tidak terkena sinar matahari secara langsung. Pengangkutan lobak harus dilakukan dengan baik dan hati-hati supaya umbi tetap utuh dan segar hingga ke tangan konsumen.

Tanaman lobak yang telah cukup umur harus segera dipanen. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan panen umbi lobak agar tetap terjamin kualitas dan keamanan umbinya.

Penentuan Kemasakan Tanaman

tanaman lobak yang siap dipanen

Petani lobak harus benar-benar mengetahui tanda-tanda tanaman lobak yang siap dipanen. Hal ini sangat penting agar umbi lobak jangan sampai dipanen terlalu muda ataupun terlalu tua.

Berdasarkan umur tanaman, tanaman lobak sudah dapat dipanen pada umur 40-90 hari setelah benih ditanam. Berdasarkan umur panen tersebut, petani harus memperhatikan kondisi fisik tanamannya.

Secara fisik, ciri-ciri tanaman lobak yang siap dipanen adalah sebagai berikut:

  • Tanaman belum berbunga.
  • Batang dan daun belum terlihat menua.
  • Ukuran tanaman telah maksimal, dan
  • Sebagian umbi sudah menyembul ke permukaan tanah dan ukurannya sudah maksimal.

Penentuan masa petik lobak ini sangat berpengaruh terhadap kualitas akhir umbi setelah dipanen dan ketahanannya dalam penyimpanan.

Bila pemanenan terlambat maka akan diperoleh umbi yang telah tua, berukuran terlalu besar, berkayu sehingga menjadi keras, tidak enak dikonsumsi. Bila demikian tentu menyulitkan pemasarannya.

Sebaliknya, apabila dipanen terlalu awal atau terlalu muda maka akan diperoleh umbi yang berukuran kecil (belum maksimal) sehingga hasil panennya akan rendah.

Produksi umbi lobak per hektar dapat mencapai kisaran 51,3-73,3 ton, tergantung dari varietas yang ditanam (lobak hibrida) dan 25,6-29,3 ton (lobak lokal/non-hibrida).

Cara Memanen Lobak

Memanen Lobak

Cara memanen umbi lobak sangat sederhana dan mudah dilakukan. Namun demikian bila salah penanganannya maka dapat menimbulkan kerusakan atau perlukaan umbi.

Umbi lobak yang cacat, terpotong atau lecet akibat kena garpu tanah atau cangkul akan merosot mutunya dan memiliki nilai jual rendah. Di samping itu, umbi menjadi mudah terinfeksi patogen, mudah rusak, dan daya simpan pendek.

Untuk mencegah kerusakan mekanis pada saat panen, hal yang perlu diperhatikan adalah saat pembongkaran umbi dari dalam tanah.

Lakukanlah pembongkaran umbi dengan garpu tanah atau cangkul dengan mencangkul tanah di sekitar umbi, lalu mengangkatnya hingga semua umbi keluar dari dalam tanah. Umbi kemudian dikumpulkan di tempat yang teduh.

Di negara maju pemanenan umbi lobak umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin pertanian. Pemanenan umbi dapat juga dilakukan dengan mencabut tanamannya.

Baca juga:  Cara Menanam Pepaya California Dalam Pot atau Pekarangan Rumah

Untuk memudahkan pencabutan tanaman, tanah diairi terlebih dahulu sampai cukup basah kemudian tanaman dicabut sampai semua umbi keluar dari tanah.

5. Penanganan Pasca Panen

Penanganan Lobak Pasca Panen

Hama dan penyakit tanaman tidak hanya menyerang di kebun, tetapi juga dapat menyerang hasil tanaman setelah dipanen hingga sampai ke konsumen.

Bahkan ancaman kerusakan hasil tidak hanya terjadi akibat serangan hama dan penyakit, tetapi juga karena faktor lain, seperti masih adanya proses hidup dari hasil tanaman itu sendiri yang menyebabkan masih terjadinya perubahan fisiologis, fisis, dan biokemis.

Kerusakan yang diakibatkan oleh faktor ini dikenal sebagai gangguan fisiologis; kerusakan mekanis terjadi saat pengangkutan, dan kerusakan karena penyakit non-parasiter disebabkan karena faktor lingkungan, seperti pengaruh suhu, kelembapan nisbi atau udara, dan kemikalia, seperti adanya residu pestisida, gas SO2, NCI, dan uap asam.

Kerugian akibat serangan hama, penyakit dan faktor-faktor lain selepas panen sangat besar bilamana tidak ditangani dengan baik. Kerusakan lepas panen akan menurunkan jumlah produksi dan mutu produksi.

Untuk mencegah kerusakan diperlukan penanganan yang baik dengan memperhatikan teknologi pascapanen. Untuk keperluan ini dibutuhkan biaya yang mahal untuk peralatan, sarana, dan upah tenaga yang menanganinya.

Penanganan pascapanen tidak dilakukan oleh petani yang memiliki fasilitas yang serba terbatas dan mereka hanya berperan aktif sebagai produsen saja. Penanganan pascapanen harus dilakukan oleh para distributor ataupun eksportir yang telah memiliki fasilitas, sarana, dan teknologi yang memadai.

Penanganan pascapanen pada dasarnya adalah kegiatan untuk mencegah kerusakan hasil akibat serangan hama atau penyakit, gangguan fisiologis, dan gangguan nonparasiter atau lingkungan yang kurang menguntungkan, dengan tujuan untuk mempertahankan mutu hasil panen sehingga tetap baik sampai ke konsumen.

Kegiatan pascapanen lobak yang dilakukan untuk komoditas meliputi pembersihan, sortasi dan grading, penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan.

Pembersihan

Umbi lobak yang dibongkar dari dalam tanah umumnya kotor oleh tanah. Di samping itu juga masih terdapat bagian tanaman yang lain, seperti batang, daun, ataupun akar.

Kotoran dan bagian dari tanaman yang menempel pada umbi merupakan sumber kontaminasi bermacam-macam patogen yang dapat menginfeksi umbi dan merusaknya dalam proses penyimpanan. Pembersihan umbi sangat penting untuk memudahkan penanganan selanjutnya.

Potonglah bagian tanaman hingga menyisakan daun secukupnya saja. Bersama sebagian daun, umbi lobak dibersihkan dari segala kotoran dengan menggunakan lap.

Lakukanlah pembersihan dengan hati-hati, jangan sampai terjadi gesekan kuat antara partikeI-partikel tanah yang masih menempel dengan permukaan kulit umbi. Gesekan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kulit umbi lecet sehingga dapat mempercepat serangan patogen.

Bersihnya umbi dari segala kotoran hingga meniadakan jasad-jasad renik yang menempel pada umbi. Dengan demikian umbi terjamin dari serangan patogen selama penyimpanan hingga ke konsumen.

Di samping itu, penampilan umbi menjadi lebih menarik sehingga lebih disukai pembeli, baik tengkulak, pedagang besar, maupun konsumen.

Sortasi dan Grading

Umbi lobak yang telah dibersihkan selanjutnya disortasi dan grading. Lakukan pemisahan (sortasi) antara umbi yang baik dan sehat, yaitu umbi yang tidak cacat dan tidak terserang hama atau penyakit dengan umbi yang rusak, yaitu umbi yang cacat dan terserang hama penyakit.

Kegiatan ini dapat mencegah penularan penyakit dari umbi yang sakit atau rusak ke umbi yang sehat

Setelah sortasi dilakukan pengelompokan terhadap umbi lobak yang sehat menurut ukuran besar umbi atau beratnya, varietas, dan tingkat kematangan umbi. Kegiatan pengelompokan ke dalam kelompok-kelompok tertentu ini disebut dengan grading.

Hasil grading adalah umbi lobak mutu kelas I, II, III, dan IV. Grading ini dapat dilakukan bersamaan dengan sortasi.

Umbi lobak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan ukuran panjang dan beratnya, serta jenisnya, misalnya kelompok umbi lobak yang berwarna ungu kemerahan dengan panjang umbi sekitar 20 cm dan yang beratnya berkisar antara 400-500 g/umbi; kelompok umbi lobak yang berwarna putih dengan panjang sekitar 33 cm dan beratnya sekitar 1 kg/umbi; dan sebagainya.

Pengemasan dan Pangangkutan

Umbi lobak yang akan diangkut untuk jarak yang cukup jauh harus dikemas dengan baik. Pengemasan atau pengepakan bertujuan melindungi lobak dari kerusakan mekanis akibat himpitan, benturan, goncangan, dan sebagainya selama dalam proses pengangkutan.

Pengemasan yang baik harus dapat melindungi umbi lobak dari pengaruh lingkungan, seperti sinar matahari, lembap, memar, ataupun goresan yang dapat menimbulkan kerusakan pada umbi.

Peti kemasan untuk umbi lobak harus cukup kuat dan dapat mencegah terjadinya kerusakan umbi yang telah disusun di dalamnya. Peti kemasan dapat dibuat dari beberapa macam bahan, misalnya kayu, bambu, karton tebal, dan sebagainya.

Peti dapat dibuat dalam bentuk yang berupa keranjang, silinder, persegi panjang, dan sebagainya.

Peti kemasan tersebut harus diberi ventilasi agar peredaran udara dapat berjalan lancar sehingga temperatur dan kelembapan udara dalam peti kemasan tidak terlalu tinggi. Dengan demikian umbi dapat terhindar dari kerusakan fisiologis maupun mikrobiologis.

Pemasaran

Pemasaran Lobak

Pemasaran merupakan kegiatan akhir dari penanganan pascapanen yang dilakukan oleh petani produsen terhadap konsumen.

Untuk meningkatkan arus barang terdapat empat jenis kegunaan yang dapat ditingkatkan dalam proses tata niaga yang efisien, yaitu sebagai berikut:

1. Kegunaan Tempat (Place Utility)

Areal penanaman umbi lobak terpencar-pencar dan umumnya berjauhan dengan konsumen atau pusat-pusat pemasaran yang letaknya juga terpencar-pencar pada daerah yang berlainan.

Untuk menjangkau pusat-pusat pemasaran tersebut maka harus ada sarana transportasi untuk menyampaikan barang dari produsen ke konsumen.

Di samping itu, pengemasan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat perlindungan umbi lobak dari kerusakan yang mungkin terjadi dalam kegiatan pemasaran.

Dengan demikian kegunaan tempat ini sangat berpengaruh terhadap kualitas akhir umbi lobak hingga sampai ke konsumen.

2. Kegunaan Waktu (Time Utility)

Kebutuhan konsumen terhadap umbi lobak dapat dipastikan akan selalu ada dan meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi pada umumnya produksi lobak belum berkesinambungan sepanjang tahun, tergantung musim yang ada.

Oleh karena itu tata niaga umbi lobak memerlukan penyimpanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Namun, di Indonesia, sarana penyimpanan yang demikian itu belum dirasa perlu mengingat umbi lobak tidak mampu terlalu lama dalam tempat penyimpanan.

Untuk meningkatkan kegunaan waktu ini, penanaman dapat dilakukan di luar musim dengan perlakuan khusus, sehingga umbi lobak dapat tersedia di pasaran sepanjang tahun.

3. Kegunaan Hak Milik (Possesion Utility)

Dengan adanya proses pemasaran, maka terjadi pemindahan hak dari produsen ke konsumen melalui pihak-pihak lain yang terlibat dalam pemasaran, sehingga terjadi pertukaran yang dapat memberikan nilai.

Di dalam program pemasaran, selain meningkatkan kegunaan, penentuan harga dan jalur-jalur lembaga tata niaga harus diperhatikan.

Penentuan harga harus disesuaikan dengan harga dasar atau harga pokok. Harga dasar adalah harga yang dihitung dengan membagi biaya produksi dengan jumlah produksi.

Lembaga-lembaga tata niaga yang berperan dalam pendistribusian lobak dari petani produsen hingga ke konsumen adalah:

  1. tengkulak,
  2. pedagang pengumpul,
  3. pedagang besar,
  4. industri makanan,
  5. pedagang kecil, dan
  6. pedagang pengecer (pasar umum, swalayan, supermarket).

Penyampaian produk hasil panen umbi lobak dari petani produsen sampai ke konsumen dapat melalui mata rantai pemasaran yang panjang maupun jalur distribusi yang pendek.

Tipe pemasaran dengan mata rantai yang panjang akan melibatkan lebih banyak lembaga pemasaran sehingga menjadi tidak efisien karena akan memperbesar margin pemasaran (marketing margin).

Marketing margin adalah selisih antara harga yang dibayar oleh konsumen (harga eceran) dengan harga yang diterima oleh petani atau produsen.

Keadaan demikian akan menjadi beban bagi konsumen untuk meningkatkan daya belinya dan menyebabkan rendahnya harga pada tingkat petani produsen. Hal ini jelas akan menurunkan pendapatan yang diterima oleh petani produsen.

Jalur rantai pemasaran yang pendek dapat meningkatkan daya beli konsumen pada harga yang layak dan meningkatkan penerimaan petani produsen karena dengan jalur tata niaga yang pendek maka petani produsen dapat menjual produknya dengan harga lebih tinggi.

Secara sistematis jalur pemasaran umbi lobak dapat digambarkan melalui diagram berikut:

Diagram tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Rantai pemasaran I : Petani produsen-tengkulak-pedagang pengumpul-pedagang kecil-pedagang pengecer-konsumen
  • Rantai pemasaran II : Petani produsen-tengkulak-pedagang pengecer-konsumen
  • Rantai pemasaran III : Petani produsen-tengkulak-pedagang pengumpul-pedagang pengecer-konsumen
  • Rantai pemasaran IV : Petani produsen-pedagang pengecer-konsumen
  • Rantai pemasaran V : Petani produsen-tengkulak pedagang pengumpul-industri makanan (restoran)
  • Rantai pemasaran VI : Petani produsen-tengkulak-industri makanan (restoran)
  • Rantai pemasaran VII: Petani produsen-industri makanan (restoran)

Dari gambaran tersebut, rantai pemasaran yang paling efisien yaitu rantai pemasaran IV, VI dan VII, karena hanya melibatkan sedikit lembaga pemasaran.