Kisah Nabi Adam AS dan Hawa

Kisah Nabi Adam AS dan Hawa, mulai dari proses penciptaan manusia pertama, hingga diturunkan ke bumi karena terpengaruh oleh godaan Iblis. Simak kisah lengkapnya di bawah ini.

“Engkau Adam, ayah manusia, Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, meniupkan ruh ciptaan-Nya padamu, memerintahkan para malaikat sujud padamu, dan mengajarkan nama segala sesuatu padamu.” (HR. Bukhari)

Penciptaan Nabi Adam As

Suatu ketika, Allah Swt. memanggil para malaikat datang ke ‘arsy-Nya. ‘Arsy adalah singgasana Allah untuk menyampaikan maklumat atau keputusan penting. Allah bersabda, “Wahai malaikat-Ku, Aku hendak memaklumatkan sesuatu.”

Malaikat menjawab, “Ada apakah gerangan, wahai Allah, hingga Engkau memanggil kami?”

“Sesungguhnya, hendak kuberitakan pada kalian semua bahwa akan Aku ciptakan makhluk dari ras manusia. Ialah makhluk yang aku ciptakan dari tanah bumi, yang kelak akan Aku jadikan khalifah di muka bumi,”

Mendengar maklumat tersebut, para malaikat kembali bertanya, “Wahai Allah mengapa hendak Kau ciptakan makhluk yang gemar berperang dan menumpahkan darah? Tidakkah cukup kami bagi-Mu? Bukankah kami selalu setia dalam pengabdian kepada-Mu? Bukankah kami tak pernah lalai berdzikir mengagungkan nama-Mu?”

Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui hal-hal yang kalian tak memiliki pengetahuan tentang itu.”

Mendengar jawaban Allah, seketika malaikat sujud kepada Allah,”Wahai Allah kami mendengar dan kami taat akan perintah-Mu,” jawab malaikat dengan takdzim. Mereka, para malaikat yang berdialog dengan Allah adalah malaikat dengan kategori muqorrabun, yaitu, malaikat yang dekat kedudukannya dengan Allah.

Yang termasuk malaikat muqorrabun adalah malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Masing-masing malaikat memiliki tugas yang spesifik. Seperti Israfil sang peniup nafiri/sangkakala sekaligus memegang catatan lauhul mahfuzh.

Para malaikat tersebut bertambah takut dan meningkat takwanya mendengar firman Allah. Mereka lekas-lekas mengelilingi (thawaf) ‘arsy sebanyak tujuh kali sebagai perwujudan permohonan ampun kepada Allah. Tentu saja, Allah yang menerima taubat para malaikat.

Lalu Allah memaklumkan para malaikat untuk membangun Baitullah di bumi agar manusia yang melakukan kesalahan juga dapat melakukan thawaf (simbol mengelilingi ‘arsy sebanyak tujuh kali sebagaimana yang dilakukan malaikat.

Dan, agar Allah mengampuni manusia sebagaimana Allah mengampuni para malaikat. Para malaikat segera turun ke bumi dan membangun Ka’bah, Baitullah, rumah Allah di bumi.

Allah menetapkan Mekkah sebagai tempat berdirinya Baitullah di bumi karena simetri letaknya dengan baitul makmur, Baitullah di surga.

Ketika hari Jumat tiba, Malaikat Jibril naik ke menara Baitul Makmur lalu adzan. Disusul Malaikat Israfil naik ke atas mimbar dan melakukan khutbah Jumat. Sedangkan Malaikat Mikail mengimami shalat berjamaah. Adapun pahala yang didapat oleh Malaikat Jibril saat mengumandangkan adzan diberikan kepada semua muadzin di bumi, begitu pula pahala yang didapat oleh Malaikat Israfil saat khutbah diberikan kepada semua khatib di bumi.

Malaikat Mikail juga berkata,”Pahala yang telah aku dapat atas imamku, aku berikan kepada semua imam shalat Jumat di bumi.” Kemudian semua Malaikat yang bermakmum juga berkata, “Pahala yang telah aku dapat atas makmumku, aku berikan kepada semua orang yang melakukan shalat Jumat di belakang imam.”

Allah bersabda, “Wahai malaikat-Ku, apakah kalian semua memberi kemuliaan kepada para hamba-Ku, sedangkan Aku adalah Zat yang maha mulia. Wahai malaikat-Ku, Aku bersaksi kepada kalian semua bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni hamba-hamba-Ku.”

Demikianlah, Allah hendak menciptakan makhluk bernama manusia yang kelak akan dijadikan khalifah di muka bumi, meskipun manusia dipandang buruk oleh malaikat karena aspek keinsanannya yang cenderung berbuat dosa dan ingkar.

Dalam pandangan malaikat, manusia mungkin tidak sepatuh malaikat dalam pengabdiannya kepada Allah Swt., namun Allah tetap menciptakan manusia, karena Dia Maha Tahu kebaikan tertinggi yang tersimpan dalam qalb insan ciptaan-Nya.

Manusia, mesti bertarung untuk menentukan langkah hidupnya. Manusia punya potensi untuk melakukan kebaktian yang melebihi kebaktian para malaikat. Malaikat tidak memahami apa kehendak Allah di balik setiap ciptaan-Nya tersebut.

Sesungguhnya Allah menciptakan banyak alam yang tidak diketahui bahkan oleh para malaikat terdekatnya sekali pun. Selain alam semesta, galaksi, bintang, planet, dan sejenisnya ini, ada kehidupan lainnya lagi di luar semesta ini dengan langit yang berbeda bahkan memiliki malaikat yang berbeda. Jibril pun terkejut saat mengantar Rasulullah isra’ karena bertemu dengan malaikat yang tidak dikenali dari alam yang lain. Maha besar Allah.

Izrail Mengambil Saripati Tanah

Kemudian diutuslah para malaikat muqorrabun, yaitu, malaikat yang dekat kedudukannya di sisi Allah ta’ala untuk mengambil tanah yang paling putih bersih dan suci di muka bumi untuk dijadikan materi pembuat manusia.

“Hai bumi, Aku akan ciptakan manusia dari saripatimu. Sebagian mereka ada yang taat pada-Ku, sebagian lainnya tidak taat pada-Ku,” demikian maklumat Allah kepada bumi.

Malaikat muqorrabun pertama yang diutus oleh Allah, adalah Jibril. Maka turunlah Jibril ke bumi mencari tanah yang dimaksud. Setelah berkeliling bumi, sampailah malaikat Jibril di suatu tempat di mana tanah tersebut masih suci dan berwarna putih bersih, sebagaimana yang diperintahkan Allah.

“Wahai bumi aku meminta ridhomu untuk mengambil tanahmu untuk dijadikan bahan pembuat manusia,” kata malaikat Jibril. Mendengar permintaan tersebut, bumi bergoncang kuat, setelah reda guncangannya, bumi pun berkata,

”Wahai malaikat Jibril, maafkan aku, sesungguhnya aku telah bersumpah tak akan memberikan diriku untuk dijadikan bahan pembuat makhluk yang kelak akan menumpahkan darah dan menodai bumiku. Sungguh aku tak akan sanggup menanggung beban manusia di bumi.”

Mendengar permohonan tanah, malaikat Jibril tidak jadi mengambil tanah tersebut. “Baiklah aku hargai sumpahmu, wahai tanah, akan aku sampaikan pada Allah ‘azza wa jalla tentang sumpahmu.”

Maka kembalilah malaikat Jibril ke ‘arsy untuk menghadap Allah. “Wahai Jibril, mana tanah yang Aku pinta? Tidakkah kau menemukan tanah suci yang masih putih bersih untuk Kujadikan makhluk bernama manusia?”

Takzim Jibril menjawab, “Ya Allah, maafkan aku tidak berhasil memenuhi permintaan-Mu. Sesungguhnya bumi mengatakan padaku akan sumpahnya. Bumi tak rela dirinya dijadikan bahan pembuat manusia, yaitu, ras yang akan mengotori tanahnya melalui pertumpahan darah.”

Karena Jibril telah gagal menunaikan tugas yang diminta, maka Allah mengutus malaikat muqorrabun berikutnya, yaitu, Mikail untuk pergi ke bumi mencari tanah suci yang masih putih bersih, sebagaimana yang diperintahkan Allah.

Maka turunlah malaikat Mikail ke bumi mencari tanah yang dimaksud. Setelah berkeliling bumi, sampailah malaikat Mikail di suatu tempat di mana tanah tersebut masih suci dan berwarna putih bersih. Maka berkatalah Mikail, “Wahai bumi aku meminta ridhomu untuk mengambil tanahmu untuk dijadikan bahan pembuat manusia,”

Mendengar permintaan Mikail, bumi kembali bergetar kuat, setelah reda getarannya, lalu bumi berkata, “Wahai malaikat Mikail, maafkan aku, sesungguhnya aku telah bersumpah tak akan memberikan diriku untuk dijadikan bahan pembuat makhluk yang kelak akan menumpahkan darah dan menodai bumiku. Aku tidak akan sanggup menanggung beban manusia di bumi.”

Mendengar permohonan bumi, malaikat Mikail tidak jadi mengambil tanah tersebut. “Baiklah aku hargai sumpahmu, wahai tanah, akan aku sampaikan pada Allah ‘azza wa jalla tentang sumpahmu.”

Sekembalinya malaikat Mikail ke ‘arsy, ia langsung menghadap Allah. Kembali Allah bertanya,”Wahai Mikail, mana tanah yang Aku pinta? Tidakkah kau menemukan tanah suci yang masih putih bersih untuk Kujadikan makhluk bernama manusia?”

Santun Mikail menjawab, “Ya Allah, maafkan aku tidak berhasil memenuhi permintaan-Mu. Sesungguhnya bumi mengatakan padaku akan sumpahnya. Bumi tak rela jika dirinya dijadikan bahan pembuat manusia, yaitu, ras yang akan mengotori tanahnya melalui pertumpahan darah.”

Sekali lagi Malaikat utusan Allah tidak mampu menunaikan tugas yang diminta Allah. Allah kembali mengutus malaikat pilihan-Nya. Kali ini Allah mengutus malaikat Izrail pergi ke bumi untuk mencari tanah suci yang masih putih bersih, untuk dijadikan bahan pembuat manusia.

Maka turunlah malaikat Izrail ke bumi mencari tanah yang dimaksud. Setelah berkeliling bumi, sampailah malaikat Izrail di suatu tempat di mana tanah tersebut masih suci dan berwarna putih bersih. Malaikat Izrail pun berkata, ”Wahai bumi aku meminta ridhomu untuk mengambil tanahmu untuk dijadikan bahan pembuat manusia,”

Mendengar permintaan tersebut, bumi bergetar kuat, lalu berkata, “Wahai malaikat Izrail, maafkan aku, sesungguhnya aku telah bersumpah tak akan memberikan diriku untuk dijadikan bahan pembuat makhluk yang kelak akan menumpahkan darah dan menodai bumiku. Aku tidak akan sanggup menanggung beban manusia di bumi.”

Mendengar permohonan tanah yang demikian memelas, Izrail bukannya iba, ia langsung menghentakkan pedangnya hingga bumi kembali berguncang kuat sambil berkata, “Wahai bumi, aku tak peduli sumpahmu. Sesungguhnya perintah Allah lebih penting dibandingkan sumpahmu.”

Kemudian Izrail mengambil tanah tersebut, tanah bersih suci yang berwarna putih, merah, cokelat, kuning dan hitam dari bumi dan kembali ke ‘arsy untuk menghadap Allah.

Kelak keturunan Nabi Adam pun masing-masing terlahir sesuai jenis tanah tersebut. Di antara mereka ada yang berkulit cokelat, hitam, putih, kuning, kemerahan, dan campuran di antaranya. Warna kulit tersebut menunjukkan ras masing-masing yang memiliki watak dan keunggulan masing-masing.

Atas keberhasilan malaikat Izrail menunaikan perintah Allah, yaitu membawa saripati tanah sesuai yang diminta Allah, maka Allah memberikan keistimewaan bagi Izrail. Kelak, malaikat Izrail juga yang diutus Allah untuk menjemput manusia yang kembali pada haribaan-Nya.

Baca juga:  Kisah Nabi Sulaiman 'Alaihissalam

Tugas Izrail mengawal jiwa yang akan kembali pada Allah dan mengembalikan raga pada haribaan bumi. Nama Izrail sendiri memiliki arti: seorang yang kuat dalam ‘amr. Allah pun bersabda kepada bumi, “Sesungguhnya, kelak akan Aku kembalikan kepadamu apa yang telah Aku ambil darimu itu.”

Demikianlah, tanah pembentuk Nabi Adam sudah didapat. Sayangnya, Azazil, makhluk Allah lainnya, mendengar rencana Allah tentang penciptaan makhluk yang sempurna. Ketika ia mendengar bahwa makhluk tersebut dibentuk dari tanah makin ia merasa aneh. Bagaimana mungkin makhluk yang dibuat dari tanah memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Allah? Azazil terbuat dari api, mestinya ia makhluk yang lebih istimewa dibandingkan manusia, demikian pikir Azazil.

Mengapa Azazil demikian cemburu? Karena sebelumnya, Azazillah yang ditugaskan Allah untuk menata bumi saat bumi baru dicipta. Setelah bumi tertib, Allah menciptakan manusia untuk menjadi pemakmur bumi. Mencipta manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi.

Azazil iri, mengapa setelah bumi tenang justru diciptakan makhluk lain? Azazil ingin menjadi penguasa bumi. Dia tak suka dengan ciptaan Allah yang baru. Azazil mulai menentang Allah.

Manusia Sebaik-baik Ciptaan

Kenapa manusia menjadi ciptaan Allah yang paling sempurna? Karena manusia dibekali ‘aql. ‘Aql adalah ciptaan yang Allah cintai yang disematkan pada jiwa manusia. Bukan akal jasad, melainkan akalnya jiwa. Inti dari Qalb manusia.

Sabda Allah, “Aku tidak menciptakan suatu makhluk pun yang paling Aku cintai selain engkau (‘aql), dan tiada kusempurnakan seorang manusia dengan ‘aqlnya, kecuali dia adalah orang yang Aku cintai.”

‘Aql adalah ciptaan yang lebih besar daripada ‘arsy Allah, yang batasannya tak berhingga (Hadist Qudsi), maka tak heran jika “tak akan memuat bumi dan lelangitku melainkan qalb orang mukmin.”

Allah berfirman, “Tak ada makhluk yang Aku jadikan, yang lebih Aku cintai selain engkau (‘aql). Melalui engkau Aku memberi dan melalui engkau Aku mengambil.” (HR. Ahmad)

Selain itu manusia juga diberikan tubuh yang sempurna dan cahaya jiwa. Azazil begitu cemburu mendengarnya. Kenapa makhluk dari tanah yang gemar berbuat kerusakan justru diberi keistimewaan demikian tinggi? Saking cemburunya, Azazil sengaja meludahi tanah Adam.

Tak hanya itu, Azazil juga menghasut kuda dengan mengatakan bahwa kelak kuda akan menjadi sengsara akibat ulah manusia. Kuda akan dijadikan tunggangan manusia seumur hidupnya, menjadi budak yang akan membawa beban mengikuti perintah manusia.

Mendengar apa yang dikatakan Azazil, kuda pun menjadi marah. Ia lekas-lekas mencari tanah Adam dan mulai menginjak-injaknya. Melihat apa yang dilakukan kuda tersebut, cepat-cepat Jibril mengambil tanah yang diludahi tersebut, kemudian atas kuasa Allah ditiupkan ruh sehingga hiduplah anjing dari tanah yang telah diludahi Azazil tadi.

Setelah dihidupkan, anjing itu segera menggonggong dan menyalak sekuat-kuatnya mengusir kuda pergi jauh-jauh. Kuda menjadi takut dan lari secepat mungkin. Kelak, kuda memang akan menjadi binatang tunggangan manusia.

Namun harkat kuda terangkat karena kehebatannya dalam berlari dan kemampuannya membawa beban yang banyak, sehingga memberi manfaat yang banyak bagi manusia. Sedangkan anjing, karena terbuat dari materi yang sama dengan manusia, ia akan menjadi makhluk yang setia mengabdi pada keturunan Adam. Namun, air liur anjing menjadi haram karena ada bekas liur Azazil saat meludahi tanah Adam dulu.

Adapun bagian tanah bekas ludah Azazil yang dicuil malaikat itu menjadi bercekung. Cekungan bekas cuilan itu yang kemudian menjadi pusar di tubuh manusia. Oleh sebab pusar berada di bagian perut manusia, menjadi pertanda bahwa Azazil bisa mengganggu manusia melalui perutnya. Bagaimana caranya?

Bagaimana cara Azazil mengganggu manusia? Yaitu melalui apa yang dimakan oleh manusia. Apa yang dimakan manusia akan berpengaruh pada karakternya, pada ketaatannya. Makanan yang tidak halal dapat menghalangi makbulnya doa.

Karena itulah tiap manusia wajib membaca doa dulu sebelum maupun setelah selesai makan. Pilihlah selalu makanan yang halal dan baik bagi tubuh, karena Azazil bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang tidak sehat. Kecenderungan untuk makan makanan yang tidak sehat merupakan pengaruh bujukan Azazil.

Jika makanan tidak sehat terlanjur diserap tubuh, dialirkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah, maka hal tersebut akan turut membentuk tubuh manusia seperti tulang, otot, bahkan saraf. Ketahuilah bahwa semua yang masuk ke tubuh akan mempengaruhi karakter manusia.

Makanan yang tidak halal dan tidak baik akan merembes pada watak jasad. Watak jasad manusia dipengaruhi oleh apa yang ia makan. Selain itu, makanan bisa menyebabkan tubuh menjadi lemah, malas, sulit diajak pada kebaikan, pikiran menjadi sulit dikendalikan, dan susah untuk khusyu’ saat beribadah kepada Allah.

Jadi, berhati-hatilah dengan apa yang kita makan. Karena karakterlah yang menjadi penentu apakah kita akan tumbuh menjadi seorang abdi Allah atau sebaliknya.

Kisah Nabi Adam Dihidupkan

Tanah Adam yang sudah diambil Malaikat Izrail dari bumi, digenggam oleh Allah dan diberikan wewangian dari cahaya sifat Allah, lalu diembunkan dengan tetesan ‘barul uluhiyyah,’ yaitu disifati dengan cahaya pentauhidan, selama 20 tahun.

Setelah itu, tanah Adam dikeringkan selama 20 tahun lagi. Terakhir, tanah pembentuk Adam disemai di sebuah tempat bernama Al-ma’arif yang merupakan perlintasan para malaikat selama 20 tahun lamanya. Para malaikat yang melintasi tempat tersebut mengirimkan cahaya dan dzikir pada tanah Adam.

Kelak, perlintasan ini akan menjadi cikal bakal didirikannya Baitul Maqdis, yang dikenal sebagai tangga Yakub dan juga merupakan tempat Rasulullah dan para nabi melakukan mikraj ke sidratul-muntaha.

Betapa Allah telah menyempurnakan tanah Adam melalui siraman air surga dan cahaya malakutiyyah. Tanah itu akhirnya mulai mendingin pada usianya yang ke-60 tahun. Setelah cukup waktunya, kemudian Allah mengirimkan ruh untuk menghidupkan Adam.

Namun ruh itu hanya berputar-putar mengelilingi Adam selama 100 tahun lamanya, hingga kemudian malaikat Izrail, dengan seizin Allah, membantu memasukkan ruh tersebut ke jasad Adam melalui ubun-ubun Adam. Malaikat Izrail yang telah membantu memasukkan ruh tersebut, kelak akan ditugaskan oleh Allah untuk mengeluarkan ruh tersebut dan membawanya kembali ke hadirat Allah Swt.

Perlahan ruh tersebut masuk meresap pada jasad, menghidupi indra-indra Nabi Adam. Ubun-ubun Adam terlihat mulai berdenyut, mata mulai terbuka sehingga bisa melihat buah-buah surga nan segar. Selanjutnya ruh tersebut masuk ke telinga, hidung, hingga sampailah ruh di mulut.

Saat ruh di mulut itulah seketika Adam bersin sambil mengucapkan ‘Alhamdulillah’ segala puji bagi Allah. Itulah ucapan pertama dari seorang Adam, manusia pertama di surga. Allah menyambut ucapan Adam dengan menjawab ‘Yarhamukallah’, Rahmat Allah atasmu. Ucapan ini menjadi penanda syukur atas segala nikmat yang Allah berikan.

Ketika ruh memasuki dada, Adam sangatlah gembira. Seketika Adam tergesa-gesa ingin bangkit berdiri, namun belum bisa berdiri karena ruh masuk secara perlahan, sedangkan bagian bawah tubuh Adam masih keras membatu. Sifat ketergesa-gesaan ini menjadi sifat khas Nabi Adam dan keturunannya.

Bagaimana pun, Adam harus menunggu dengan sabar hingga ruh meresap dalam jasadnya dengan sempurna. Ketika ruh memasuki perut hingga sempurnalah organ pencernaannya, Adam menjadi sangat lapar. Apalagi ketika matanya terbuka yang pertama dilihat adalah buah-buahan surga. Santapan pertama Nabi Adam adalah buah-buahan surga.

Setelah Nabi Adam menjadi manusia sempurna, lalu malaikat Mikail memakaikan jubah berwarna hijau tua dan mahkota penutup kening dari surga. Lantas dari kening Adam memancarkan cahaya yang terang seperti bintang matahari yang berasal dari nur Muhammad.

Meskipun Nabi Muhammad belum diciptakan saat itu, namun nur-nya telah ada menjadi penghidup bagi semua makhluk ciptaan Allah. Kemudian atas perintah Allah, para malaikat menemani Nabi Adam mengelilingi 7 langit sambil diajarkan oleh Allah berbagai pengetahuan yang tidak diketahui oleh malaikat sekalipun.

Nabi Adam diajarkan berbagai nama, al-asma’a kullaha, suatu keistimewaan khusus yang diberikan Allah kepada Adam dan keturunannya. Tentu saja nama-nama yang dimaksud bukan sekadar tahu nama suatu benda, melainkan memahami esensi atau hakikat dari penciptaan Allah, memahami rahasia langit dan bumi. Karena pada semua ciptaan itulah Allah menghadirkan diri-Nya. Semua ciptaan memancarkan aspek ke-illahiyyah-an.

Hal itu merupakan keistimewaan yang dimiliki oleh Bani Adam. Manusia diberi kemampuan untuk memahami hakikat dari perintah Allah tersebut. Untuk memaknai dan mengambil hikmah melalui khasanah Illahiyyah. Sedangkan malaikat hanya bertugas memberitakan, menyampaikan sesuai apa yang diperintah Allah.

Tentu untuk bisa memahami maksud Allah dibutuhkan qalbu yang jernih dan ‘aql yang matang. ‘Aql adalah ciptaan yang paling Allah cintai yang hanya disematkan pada manusia. ‘Aql manusia bertingkat-tingkat dari akal jasmaniah, berupa kecerdasan yang kita miliki, hingga akal batin. Akal batin bertingkat-tingkat juga dari fu’ad hingga Lubb. Semoga kita dikaruniakan Allah pengetahuan untuk memahami kebijakanNya Ta’ala. Aamiin.

Setelah mengenalkan semua ciptaan-Nya, lalu Allah mengusap punggung Adam. Dari punggung Adam berjatuhan seluruh jiwa yang Allah ciptakan di antara keturunannya hingga hari akhir bagai debu bintang-bintang. Allah memberikan kilauan cahaya di antara kedua mata setiap insan di antara mereka.

Baca juga:  Kisah Nabi Ayub As

Melihat itu Adam bertanya, “Ya Rabb, siapakah mereka itu?” Allah menjawab, “Mereka itu keturunanmu.” Adam melihat seseorang di antaranya yang memiliki kilauan cahaya paling terang di antara kedua matanya, seperti cahaya bintang yang paling terang di langit. Adam bertanya, “Ya Rabb, siapa dia?” Allah menjawab, “Seseorang yang berasal dari salah satu umat terakhir keturunanmu, namanya Daud.”

Mengapa Nabi Daud paling terang cahayanya? Apakah keistimewaan Nabi Daud hingga memiliki cahaya seterang itu? Karena kelak beliau yang pertama kali membangun Baitul Maqdis di Yerussalem. Baitul Maqdis yang menjadi tempat pijakan awal Rasulullah dan nabi-nabi lainnya untuk mikraj, di mana saat mikraj tersebut Rasulullah menerima perintah shalat. Selain itu, Baitul Maqdis juga menjadi perlintasan tempat naik turunnya para malaikat dari surga ke bumi.

Lalu Adam meneruskan pertanyaannya kepada Allah, “Ya Rabb berapakah usia Daud di muka bumi?”,

“Enam puluh tahun” jawab Allah.”

“Kalau begitu ambillah jatah usiaku sebanyak empat puluh tahun agar genap usia Daud menjadi seratus tahun di bumi,” kata Adam kepada Allah. Allah pun mengabulkan permintaan Adam.

Sumpah Azazil

Tak terasa selesailah perjalanan Nabi Adam. Waktu itu bertepatan pada hari Jumat. Kemudian Nabi Adam naik mimbar sambil menyapa malaikat dengan doa keselamatan, “Assalamu’alaykum yaa malaikata robbi warrohmatullahi wabarokatuuh”, keselamatan semoga menyertaimu wahai malaikat Tuhanku juga rahmat Allah dan keberkahan-Nya.

Malaikat menjawab “Wa’alaikassalam yaa shofwatallohi warohmatullahi wabarokatuuh”, keselamatan juga menyertaimu wahai pencerah Allah juga rahmat Allah dan keberkahan-Nya.

Allah berfirman, “Wahai Adam, inilah salam penghormatan bagimu dan anak cucumu sampai alam akhir kelak.” Mari saling mendoakan keselamatan dengan mengucapkan “Assalamu’alaykum” saat saling bertemu.

Kemudian para malaikat melakukan sujud penghormatan pada Adam sesuai perintah Allah. Semua patuh mengikuti perintah Allah, kecuali Azazil. Ia menolak melakukan sujud penghematan pada Adam.

Kenapa Azazil menolak perintah Allah untuk sujud pada Adam?

Karena Azazil merasa dirinya lebih baik dari Adam. Azazil hidup abadi, sedangkan manusia ada ajalnya. Azazil hidup lebih lama sehingga merasa lebih banyak tahu. Azazil juga pernah ditugaskan Allah untuk menata bumi, jadi ia merasa lebih banyak tahu tentang bumi dan apa-apa saja yang tersembunyi di dalamnya.

“Bukankah aku diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari segumpal tanah saja? Api lebih mulia dibandingkan segumpal tanah,”

Demikian kata Azazil sombong. Azazil telah merendahkan Adam, menganggap dirinya sendiri lebih mulia dibanding makhluk Allah lainnya. Azazil menganggap Adam tak sempurna dan lebih buruk dari dirinya karena Adam dibuat dari gumpalan tanah.

Sifat merendahkan orang lain itu tidak disukai Allah. Semua makhluk adalah ciptaan Allah, semua makhluk adalah karya Allah, tidak boleh merendahkan dan memburuk-burukkan sesama ciptaan Allah. Tak boleh ada seorang pun yang mengecilkan makna kehadiran manusia lainnya.

Sifat buruk seperti Azazil itu tidak layak berada di surga. Azazil harus pergi dari surga. Surga tidak menerima keburukan hati. Di dalam surga hanya ada kebaikan dan keindahan. Saat akan keluar dari surga, Azazil bersumpah di hadapan Allah untuk mengganggu anak cucu Adam agar tidak taat pada Allah.

Azazil yakin sekali bisa mengganggu manusia karena Azazil tahu titik lemah manusia. Azazil tahu watak manusia yang juga cenderung sombong, tergesa-gesa, dan mudah berprasangka. Azazil tahu manusia tidak tahan dengan kelezatan makanan dan harta yang banyak.

Tapi Azazil lupa bahwa manusia memiliki akal dan dijaga malaikat. Manusia memiliki hati nurani atau qalb yang menjadi penyambung dengan Allah. Allah akan menjaga manusia melalui bisikan kebaikan pada qalb manusia, agar manusia selalu ingat kepada Allah.

Manusia diberi kemampuan untuk berjuang berbuat kebaikan, beramal saleh, dan mengabdi pada Allah. Selain itu, Allah maha pengampun dan penyayang bagi hamba-Nya yang bertaubat. Hamba yang menyesali kesalahannya dan mengembalikan segala urusannya hanya kepada Allah.

Siti Hawa Memakan Buah Khuldi

Ketika Nabi Adam dihidupkan, ia langsung merasa lapar. Maka disantaplah buah-buahan surga nan segar dan lezat. Setelah selesai makan, Adam merasakan matanya mulai mengantuk dan tak lama jatuh tertidur.

Saat tertidur, Adam bermimpi bertemu perempuan. Saat itulah Allah mengambil tulang rusuk kiri Adam dan menjadikan darinya seorang perempuan yang menjadi teman hidupnya, Siti Hawa. Siti Hawa dibangkitkan saat Adam jatuh tertidur.

Allah berfirman,

“Wahai Adam! Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon khuldi ini.” (QS.Al-’Araaf [12]: 12).

Tentu saja Adam patuh dengan perintah Allah. Tak pernah sekali pun ia melanggar perintah Allah. Jangankan untuk memakan buah tersebut, mendekatinya saja Adam enggan.

Mengapa Allah melarang Adam mendekati pohon khuldi? Apakah rahasia yang tersimpan di balik larangan tersebut? Apa keistimewaan pohon tersebut, hingga untuk mendekatinya pun Adam dilarang?

Pohon khuldi sebenarnya merupakan representasi dari jiwa Adam. Bukankah pertumbuhan jiwa manusia disimbolkan melalui suatu pohon? Di mana akarnya adalah iman, batangnya adalah takwa, dan buahnya adalah hasanah, simbol dari amal saleh.

Pohon diri Adam belum tumbuh karena Adam belum beramal saleh. Sedangkan amal saleh merupakan karakter manusia bumi. Hanya di bumi saja manusia dapat beramal saleh. Di surga, Adam tak bisa beramal saleh. Maka Adam belum berhak atas buah tersebut karena jiwanya belum tumbuh, raganya belum menyentuh bumi.

Maka, adalah ketetapan Allah untuk menurunkan Adam ke muka bumi agar Adam dapat beramal saleh, menguji keimanannya dan takwanya kepada Allah, barulah ia berhak atas buah khuldi tersebut. Itulah hakikat dari pohon khuldi.

Melihat keteguhan Adam, Azazil merasa tidak puas. Ia ingin mengganggu Adam agar melanggar perintah Allah. Ia yakin manusia pasti lebih lemah dibanding dirinya. Bukankah aku terbuat dari api? Pasti aku lebih kuat darinya. Pasti aku mampu menguasai manusia, demikian pikir Azazil.

Namun bagaimana cara menghasut Adam? Sedangkan Adam selalu menjauh jika melihat Azazil. Karena tak jua berhasil mengganggu Adam, maka Azazil mencoba menganggu melalui Siti Hawa.

Namun, sejak Azazil menolak perintah Allah untuk sujud pada Adam, ia tidak bisa leluasa masuk ke dalam surga. Selama 300 tahun Azazil hanya berdiri di gerbang surga menunggu kesempatan agar bisa masuk ke dalam surga. Hasratnya untuk mengganggu Adam dan Hawa tak pernah padam.

Suatu hari kesempatan yang ditunggu Azazil pun tiba. Azazil bertemu dengan merak, raja para burung di surga. Merak memiliki sayap nan indah rupawan. Keindahannya sungguh mengagumkan. Dengan berbagai cara dihasutlah merak untuk mau membantu Azazil. Merak tidak bisa memasukkan Azazil ke surga, karena akan mudah ketauan. Tapi ia punya ide untuk memasukkan Azazil melalui rahang ular.

Kemudian Merak memanggil ular. Saat itu ular merupakan binatang yang sangat cantik. Ular juga merupakan salah satu binatang terindah di surga, memiliki kulit nan indah dan memiliki empat buah kaki. Kelak, saat keluar dari surga kaki ular dipotong karena telah digunakan untuk membantu Azazil, sehingga ular harus mengalami penderitaan berjalan dengan perutnya. Selain itu gigi ular dibuat beracun karena pernah menyembunyikan Azazil dalam rahangnya.

Mendengar rencana Merak yang telah dihasut Azazil, Ular pun setuju membantu Azazil. Mengapa ular mau membantu Azazil? Padahal ular dipercaya sebagai penjaga pintu surga dan selama ini taat pada perintah Allah? Karena ular sudah dihasut oleh Azazil yang mengatakan kelak ular akan diburu manusia untuk diambil kulitnya dan dibunuh. Kenapa ular percaya pada Azazil? Karena Azazil selama ini ditugaskan Allah untuk menjaga bumi, jadi ia tahu betul bagaimana keadaan di bumi. Itulah sebab ular mau membantu Azazil.

Lalu Azazil masuk menyusup ke dalam tubuh ular yang panjang. Ular tersebut kemudian berjalan-jalan di taman surga dan melingkar di batang pohon khuldi untuk menarik perhatian Siti Hawa. Ular menonjolkan kulit cantiknya untuk menarik perhatian Siti Hawa.

Usaha ular tidak sia-sia. Melihat kecantikan kulit ular dan keindahan sayap merak di bawah pohon Khuldi, hati Siti Hawa tergerak untuk mendekati pohon tersebut. Saat Siti Hawa bercengkrama dengan hewan-hewan tersebut, mulailah ular membisikkan kepada Siti Hawa agar berkenan mencoba buah yang ada di pohon tersebut.

Buah segar dan indah dari pohon khuldi itu sungguh menggugah rasa penasaran Siti Hawa, selain bentuk buah khuldi yang juga sangat menarik. Siti Hawa tergiur iming-iming ular yang mengatakan kalau buah tersebut adalah buah keabadian yang akan membuatnya kekal di surga.

“Bukankah engkau Siti Hawa akan menemani Adam turun ke muka bumi? Sungguh hidup di bumi berbeda dengan surga. Bumi penuh kesengsaraan dan kepedihan, engkau tak akan bahagia di sana. Tubuhmu kelak akan menua, kecantikanmu akan pudar. Engkau akan menjadi lemah dan renta serta berumur pendek,”

“Makanlah buah khuldi ini. Hanya buah ini yang akan membuatmu kecantikanmu tetap abadi di dalam surga.” Bisik Azazil yang bersemayam dalam tubuh ular.

Baca juga:  Kisah Nabi Idris As

“Tapi mengapa Tuhanku hendak menurunkanku ke bumi?” Tanya Hawa,

“Ya karena kalian berasal dari tanah bumi, maka kalian akan turun ke bumi,” bisik ular lagi.

“Tapi dengan buah khuldi ini kau dapat mencegah ketetapan Tuhan, sehingga kau tak dapat diturunkan ke bumi, karena engkau telah menjadi abadi.”

Tak tahan dengan bujukan ular yang telah disusupi Azazil, mulailah Siti Hawa memakan buah khuldi. Segigit dua gigit memang terasa kesegaran buah tersebut. Siti Hawa merasa dirinya baik-baik saja. Justru rasa buah itu membuatnya makin ketagihan.

Azazil mulai membujuk Siti Hawa untuk mengajak Adam mencicipi buah tersebut. “Hai Siti Hawa, ajaklah Adam mencicipi buah ini agar kalian berdua tetap abadi dalam surga. Bukankah kau ingin tinggal abadi bersama Adam? Ajaklah dia bersamamu,” demikian bujukan Azazil.

Siti Hawa mulai terpengaruh dengan bujukan tersebut. Maka dengan segala daya upaya Hawa membujuk rayu Adam agar mau mencicipi buah khuldi juga. Siti Hawa berharap Adam memakan buah tersebut agar bisa hidup abadi di surga, sebagaimana yang dikatakan ular.

Agar mereka tak perlu menjalani kehidupan di muka bumi, tak perlu berpayah-payah menjalani kehidupan di bumi. Bukankah kehidupan di surga telah mencukupi semua kebutuhan mereka? Tentu saja awalnya Adam menolak. Jangankan memakan buah khuldi, mendekati pohonnya pun ia tak mau. Karena Adam berusaha taat pada perintah Allah.

Hawa membujuk Nabi Adam memakan buah khuldi
Hawa membujuk Nabi Adam memakan buah khuldi

Namun, Siti Hawa tak kenal lelah membujuk Adam hingga hati Adam mulai goyah. Apalagi ketika dilihatnya tidak ada perubahan buruk dalam diri Siti Hawa setelah menyantap buah tersebut. Akhirnya, Adam berkenan mencoba buah tersebut. Adam pun mulai mencoba buah terlarang tersebut.

Namun apa yang terjadi saat Adam mulai menggigit buah tersebut? Seketika itu juga seluruh pakaian surga Adam terlepas dan mahkotanya turut terjatuh. Adam terkejut sekali. Ia berusaha memuntahkan kembali buah tersebut.

Namun sayang, buah tersebut tersangkut ditenggorokan Adam. Buah khuldi yang tersangkut ditenggorokan Adam itulah yang kelak menjelma sebagai jakun di tenggorokan laki-laki. Jakun ini dijadikan Allah sebagai pengingat bagi keturunan Adam tentang pelanggaran pertama yang dilakukan Adam di surga.

Karena buah itu masih tersangkut, tak juga bisa dikeluarkan, Adam mencoba memotong bagian tubuhnya, namun untunglah cepat-cepat malaikat Jibril melarangnya. Dari peristiwa inilah, Allah perintahkan laki-laki untuk bersunat, yaitu, memotong bagian yang berlebih, sebagai simbol “memotong, sari buah khuldi yang terlanjur tertelan.

Adam segera menyadari kesalahannya. Ia mulai ketakutan. Ia berusaha lari menjauh sambil menutupi tubuhnya dengan dedaunan, namun Allah memegang ubun-ubunnya sambil berkata,”Mau kemana engkau pergi?” Sambil ketakutan Adam bermohon, “Ya Rabb, aku memohon kepada-Mu dengan hak Muhammad, ampunilah aku.”

Allah bertanya, “Bagaimana kau mengenal Muhammad sementara Aku sama sekali belum menciptakannya?” Adam menjawab, “Ya Rabb! Saat Kau menciptakanku dengan tangan-Mu dan meniupkan sebagian ruh (ciptaan)-Mu, aku mengangkat kepala lalu aku melihat tulisan di kaki-kaki ‘Arsy; ‘Tiada Illah (yang berhak diibadahi dengan sebenarnya) selain Allah, Muhammad utusan Allah,’ aku pun tahu, nama orang yang Kau sandingkan dengan namaMu adalah makhluk yang paling Engkau cintai.”

Allah berfirman, “Kau benar, wahai Adam. Sungguh, dia adalah makhluk yang paling Aku cintai. Karena kau meminta-Ku melalui wasilahnya, maka kau Kuampuni. Andai bukan karena Muhammad, tentu Aku tidak menciptakanmu.”

Meski Allah sudah mengampuni Adam, namun sudah menjadi ketetapan Allah agar Adam tetap turun ke bumi, menjalani kehidupan di sana serta menjalankan perintah Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Berbuat kebaikan dan beramal saleh di bumi sampai tiba waktunya kelak kembali ke surga.

“Lalu, jika aku telah di bumi bagaimana caranya aku dapat berbicara denganmu, ya Allah?” Tanya Adam lagi, “Aku bicara kepadamu melalui qalbmu,” sabda Allah.

Nabi Adam dan Hawa Turun ke Bumi

Setelah bertaubat, Adam dan Hawa menjalani kehidupan di muka bumi 40.000 tahun yang lalu. Mereka diturunkan terpisah tempat ratusan tahun lamanya, Adam di daerah India, sedangkan Hawa di Jeddah.

Saat turun ke bumi, banyak yang menyertai Adam, termasuk Azazil, ular, merak, kuda, anjing, dan lainnya. Adam juga membawa batu hajar aswad yang masih berwarna putih bersih dan segenggam daun surga. Dedaunan surga tersebut tumbuh menjadi tanaman nan harum di bumi.

Adapun hajar aswad adalah batu yang serupa dengan batu penanda yang ada di Baitul Makmur. Baitul Makmur merupakan Baitullah di surga, tempat thawafnya para malaikat. Hajar aswad akan diletakkan pada Baitullah di bumi, agar Adam dan keturuannya kelak dapat melakukan tawaf di bumi.

Hajar aswad memiliki ruh yang ditugaskan untuk mencatat janji Allah, bahwa siapa pun Bani Adam yang bertaubat akan kembali pada surga. Karena berasal dari surga maka hajar aswad memiliki cahaya yang bisa menerangi bumi dari ujung timur hingga ke barat. Maka saat dibawa turun ke bumi, Allah menghapus cahaya hajar aswad tersebut.

Adam turun ke bumi saat gelap gulita, saat bumi memasuki zaman es. Adam merasa takut dengan suasana gelap yang tentu berbeda dengan suasana di surga yang dipenuhi cahaya. Menjelang fajar, muncul semburat cahaya mentari, Adam kemudian bangkit berdiri untuk mengucapkan syukur. Inilah yang menjadi asal usul shalat Subuh.

Adam dan Hawa yang terpisah saling mencari dalam rindu. Saking sedihnya karena terpisah dari surga dan Hawa, Adam terus menangis selama 300 tahun sambil bersujud hingga air matanya membentuk aliran air yang menganak sungai. Sambil berdoa, “Ya Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau, Yang Mahasuci lagi Maha Terpuji. Ya Tuhanku, ampunilah aku, terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai hamba yang meminta maaf pada-Mu, maka maafkanlah aku.”

Mendengar ratapan Adam, Jibril datang untuk menghibur agar Adam tidak berkecil hati. Sesungguhnya Allah telah menerima taubatnya Adam. Adapun keluarnya Adam dari surga adalah suatu ketetapan Allah. Karena Adam memang diciptakan dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi.

Qodarullah, sudah tertulis di lauhul-mahfuzh bahwa merupakan takdir Adam untuk turun ke bumi melalui peristiwa buah khuldi tersebut. Lalu Jibril menghibur Adam dengan mengumandangkan adzan. Adam menjadi terhibur hatinya mendengar lafadz adzan yang dikumandangkan Jibril.

Allah bersabda kepada Adam, “Aku memiliki tanah haram (terhormat) dalam posisi sejajar dengan singgasana-Ku (‘arsy). Karena itu, datanglah ke sana dan thawaf-lah sebagaimana di kelilinginya singgasana-Ku. Shalatlah di sana sebagaimana dilaksanakan shalat di sisi singgasana-Ku. Di sanalah Aku memperkenankan doamu.”

Berangkatlah Adam ke tempat yang Allah tentukan. Setelah menempuh perjalanan sekian lama dan mengikuti apa yang disabdakan oleh Allah, untuk melakukan thawaf di Mekah, akhirnya Allah pertemukan Adam dan Hawa di Jabal Rahmah, padang Arafah.

Selama mereka hidup di bumi, Jibril mengajari Adam dan Hawa untuk belajar bercocok tanam, bagaimana menumbuhkan pohon dari sebutir biji. Dari sebutir biji yang Jibril berikan, ditumbuhkan seratus ribu pohon. Jibril juga mengajari bagaimana mengolah makanan dari gandum. Juga belajar membuat pakaian dari bulu binatang, menenun, menjahit, dan membangun rumah.

Mereka melanjutkan kehidupan di bumi dan melahirkan keturunan sebanyak 40 orang, masing-masing lahir kembar. Demikianlah, Adam menjalani takdir sebagai khalifah di muka bumi, sesuai ketetapan Allah.

Anak-anak Adam di antaranya, Qabil, Habil, Iqlima, Labuda, dan Syith. Seorang anak Adam yang bernama Syith meneruskan risalah kenabian. Allah menurunkan 104 shuhuf (lembaran kitab suci), di antaranya diberikan kepada Syith sebanyak 50 shuhuf/shahifah. Dari keturunan Syith inilah umat manusia berkembang biak dan berpencar ke seluruh dunia, termasuk kita hari ini.

Syits (Set), Keturunan Nabi Adam As

Sejak kecil Syits sudah menampakkan bakat kebijaksanaannya. Syits menikah dengan Azura yang melahirkan Enos. Enoslah yang mempersiapkan Idris untuk menguasai berbagai keterampilan, di antaranya mengajarkan membaca, menulis, ilmu falak, dan menjinakkan kuda. Kelak Idris menjadi salah satu Nabiyullah juga.

Ketika Nabi Adam wafat, ia menyerahkan tampuk kepemimpinan pada Syits. Selain itu Adam juga memberikan tabut berisi lembaran kitab suci (shuhuf/shahifah), tali, pedang dan seekor kuda yang diturunkan dari surga bernama Maimun.

Syith adalah manusia pertama yang mengeluarkan kata-kata hikmah, mengadakan transaksi emas perak, membuat takaran dan timbangan, serta menggali tambang bumi.

Ketika Enos (Anusy) lahir, cahaya Muhammadiyyah di kening Syits berpindah ke kening Enos. Demikian juga ketika Enos memiliki anak, anak yang terpilih akan memiliki cahaya di keningnya, begitu terus terjadi hingga akhirnya pada keturunan ke-7. Jika dihitung Adam sebagai generasi pertama, maka Idris adalah generasi ke-7. Pada Idris, hak kenabian kembali diberikan.

Nabi Adam memberi nasihat kepada Syits,

“Janganlah engkau merasa tenang dan aman hidup di dunia, karena saat aku merasa tenang hidup di surga ternyata dikeluarkan juga dari surga. Berhati-hatilah terhadap kaum hawa, karena akibat bujukannya aku memakan buah khuldi. Sebelum bertindak, renungkan dulu akibatnya agar engkau tak tertimpa musibah. Ketika merasa ragu terhadap sesuatu, maka tinggalkanlah. Utamakan bermusyawarah sebelum mengambil suatu keputusan.”