Cara Menulis Kutipan dalam Karya Ilmiah (Dari Buku/Jurnal) yang Benar

Cara Menulis Kutipan – Menyisipkan kutipan-kutipan dalam sebuah tulisan ilmiah bukanlah merupakan suatu keaiban. Tak jarang pendapat, konsep, dan hasil penelitian dikutip kembali untuk dibahas, ditelaah, dikritik, dipertentangkan atau diperkuat.

Dengan kutipan sebuah tulisan, akan terkait dengan penemuan penemuan atau teori-teori yang telah ada. Namun demikian, mengutip dilakukan hanya kalau memang dianggap perlu. Janganlah tulisan kita itu penuh dengan kutipan.

Pengertian Kutipan

Mengutip bisa pula diartikan menyadur, yakni cara penuturan dan bentuk tulisan berbeda dari aslinya, namun gagasan-gagasannya sama dengan aslinya. Dalam skripsi, tesis, dan disertasi, kutipan biasanya berupa saduran, dan kalimat atau bagian kalimat tidak ditulis persis sama. Mengambil idenya saja, sedangkan cara penyampaiannya dan penjelasannya berbeda dari sumber aslinya.

Berhubungan dengan hal tersebut, maka fungsi kutipan adalah sebagai landasan teori; sebagai penjelasan; dan penguat pendapat yang dikemukakan penulis.

Ada dua jenis kutipan, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

Kutipan Langsung

Kutipan langsung merupakan pernyataan yang ditulis dalam susunan aslinya tanpa mengalami perubahan sedikit pun. Bahan yang dikutip harus direproduksi tepat seperti apa adanya sesuai sumber, termasuk ejaan, tanda-tanda baca, dan sebagainya.

Pada hakikatnya seorang ilmuwan harus mampu menyatakan pendapat orang lain dalam bahasa ilmuwan itu sendiri yang menunjukkan kepribadiannya. Tulisan karya ilmiah yang terlalu panjang berisi kutipan langsung, tampaknya kurang mencerminkan kepribadian penulis, dan seolah-olah merupakan koleksi pendapat orang lain.

Apalagi jika kutipan-kutipan tersebut tidak disusun menjadi suatu kerangka pemikiran yang utuh dan meyakinkan. Sebaiknya kutipan langsung intensitasnya tidak melebihi 30% dari seluruh kutipan yang ada.

Baca juga:  10 Contoh Surat Rekomendasi Kerja, Beasiswa, Kegiatan, Sekolah, Dsb

Kutipan langsung memang terkadang dibutuhkan atau diperlukan dengan tujuan untuk mempertahankan keaslian pernyataan itu. Seseorang mungkin membuat pernyataan yang otentik, yang bila disalin ke dalam bentuk pernyataan lain, akan kehilangan keotentikannya.

Kutipan langsung tidak dapat menghindari hal-hal berikut:

  1. Mengutip rumus-rumus;
  2. Mengutip peraturan-peraturan hukum, undang-undang, anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan sebagainya;
  3. Mengutip peribahasa, sajak, atau dialog drama;
  4. Mengutip beberapa landasan pikiran yang dinyatakan dalam kata-kata yang sudah pasti;
  5. Mengutip pernyataan ilmiah;
  6. Mengutip ayat-ayat dari kitab suci.

Contoh kutipan langsung panjang:

Banyak batasan yang telah dikemukakan mengenai pengertian definisi. Keraf, misalnya mengemukakan: Definisi pada prinsipnya adalah suatu proses menempatkan suatu objek yang akan dibatasi ke dalam kelas yang dimasukinya (berarti klasifikasi lagi), dengan menyebutkan ciri-ciri yang membedakan objek tadi dari anggota-anggota kelas lainnya.

Contoh kutipan langsung pendek:

Mengenai kalimat efektif, Anton M. Moeliono mengemukakan: “Kalimat efektif dapat dikenal karena ciri-cirinya yang berikut: keutuhan, perpautan, pemusatan perhatian, dan keringkasan.”

Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung merupakan pengungkapan kembali maksud penulis dengan kata-katanya sendiri. Dalam hal ini, seorang ilmuwan dituntut untuk mampu menyatakan pendapat orang lain dalam bahasa sendiri yang merupakan cerminan kepribadiannya.

Yang dikutip adalah pokok-pokok pikiran, atau ringkasan dan kesimpulan dari sebuah tulisan, kemudian dinyatakan dengan bahasa sendiri. Walaupun yang dikutip berasal dari bahasa asing, namun tetap dinyatakan dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Baca juga:  10 Contoh Surat Pengunduran Diri (Resign) dengan Alasan yang Baik dan Sopan

Contoh kutipan tidak langsung panjang:

Bagaimana ujud penalaran ilmiah itu dalam pelaksanaannya? Berikut ini dikemukakan penjelasan Shutter dan Pierce.

Penalaran induktif merupakan proses penalaran untuk menarik suatu prinsip/sikap yang berlaku umum atau suatu kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan atas fakta-fakta khusus. Penalaran induktif mungkin merupakan generalisasi, analogi atau hubungan kausal. Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu.

Di dalam analogi, inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus ditarik berdasarkan kebenaran gejala khusus yang bersamaan. Hubungan kausal adalah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, atau akibat-akibat.

Penalaran deduktif adalah penalaran untuk menarik kesimpulan yang bersifat individual/khusus dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum. Penalaran itu mencakup bentuk silogisme, yaitu bentuk penalaran deduktif formal untuk menarik kesimpulan dari premis mayor dan premis minor.

Kesimpulan di dalam silogisme selalu harus lebih khusus dari premis-premisnya. Bentuk penalaran deduktif lainnya ialah entimem, yaitu bentuk silogisme yang dihilangkan salah satu premisnya. Di dalam kehidupan sehari-hari bentuk inilah yang lebih banyak dipergunakan.

Contoh kutipan tidak langsung pendek:

Muass (1975) mengadakan penelitian untuk menjawab masalah apakah perkembangan pemikiran operasional formal tidak dapat dipercepat melalui pengajaran seperti yang mula-mula dikemukakan Piaget. Dari penelitiannya ia menyimpulkan bahwa pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang terarah mempengaruhi struktur pemikiran anak.

Di Indonesia penelitian perkembangan kongitif dengan menggunakan perangkat tugas dari teori Piaget dan perangkat tugas dari Bruner, pernah dilakukan oleh tim penelitian dari Universitas Kristen Satya Wacana dengan menggunakan 144 orang sampel dari Salatiga.

Ketentuan Mengutip

Kita harus bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian, terutama dalam hal kutipan tidak langsung.

Ketentuan mengutip:

  1. Mengutip kata demi kata, walau hanya beberapa kata, tetapi berurutan maka harus ditulis di antara tanda koma dan menyebutkan sumbernya. Ketentuan ini tidak berlaku untuk penulis abstrak yang terpaksa harus menggunakan kata kata dalam tulisan aslinya. Juga tidak berlaku untuk kutipan bagian buku yang telah diketahui umum secara luas dan setiap pembaca mengetahui sumbernya, contohnya peribahasa yang lazim dipakai umum, petikan yang diambil dari syair-syair, atau karangan karangan atau uraian uraian orang terkemuka.
  2. Mengutip bagian suatu karangan haruslah dilakukan secara cermat dan lengkap. Hati-hati dan dengan ketelitian yang seksama. Tak ada yang kurang, sehingga tidak menimbulkan salah pengertian.
  3. Jika kutipan itu bukan satu kalimat utuh dan panjangnya kurang dari satu baris, maka kutipan tersebut dapat disisipkan dalam bagian uraian pokok dengan tanda pembuka dan penutup.
  4. Bila kutipan itu satu kalimat utuh dan panjangnya lebih dari lima baris, maka sebaiknya kutipan diketik dengan huruf-huruf yang lebih kecil dan diatur dalam kolom terbitan yang lebih kecil pula. Dalam hal ini tidak diperlukan tanda buka dan tutup apabila memakai bahasa yang sama dalam tulisan
    asli.
Baca juga:  Cara Penulisan Gelar yang Benar (Sarjana, Magister, Doktor, dan D3)

Cara Menulis Kutipan yang Dikutip Orang Lain

Mengutip dari kutipan sedapat mungkin harus dihindari. Tetapi dalam keadaan terpaksa, misalnya sulit menemukan sumber aslinya, mengutip dari kutipan bukanlah merupakan suatu pelanggaran.

Jika terpaksa mengutip dari kutipan, haruslah bertanggung jawab terhadap ketidaktepatan dan ketidaktelitian kutipan yang dikutip. Selain itu, pengutip wajib mencantumkan dalam catatan kaki bahwa ia mengutip sumber itu dari sumber lain. Kedua sumber itu dituliskan dalam catatan kaki dengan dibubuhi keterangan “dikutip dari”.

****

Seperti itulah cara menulis kutipan yang baik dan benar dalam tulisan ilmiah. Semoga bermanfaat.