Puisi Ibu – Perjuangan seorang Ibu mulai dari mengandung, melahirkan, hingga merawat dan membesarkan kita dengan kasih sayang tidak dapat kita bayar dengan harta apapun. Puisi tentang Ibu hanyalah sebuah ungkapan hati kita atas cinta yang teramat sangat kepada beliau.
Setelah sebelumnya kita memberikan kumpulan puisi tentang ayah, kali ini kita akan persembahkan kumpulan puisi untuk Ibu. Yah, Ibu. Sosok yang melahirkan kita ke dunia ini. Orang yang paling kita cintai dalam hidup.
Sebagai putra-putri yang berbakti kepada Ibu, sudah sepantasnyalah kita berusaha membalas jasa-jasa beliau semampu dan sebisa kita. Puisi Ibu yang kita tuliskan disini hanya secuil di antara banyak cara yang bisa kita lakukan sebagai bukti cinta kita kepada Ibu. Silakan baca dan resapi setiap pesan dari puisi untuk Ibu di bawah ini.
Puisi Ibu
Saat ku menutup mata
Saat ku menutup mata bunda
Aku tak ingin mata itu melihat ku dengan penuh air
Saat ku menutup mata bunda
Aku tak ingin hati itu seakan tergores
Saat ku menutup mata bunda
Aku ingin bibir itu tersenyum
Aku tidak ingin engkau terluka
Bunda
Mungkin ini adalah lihatan yang sangat bagimu
Tapi aku tak ingin melihat dengan seakan tak sanggup melepaskanku
Bunda
Aku hanya ingin engkau merelakanku
Dan mengantar kan aku pulang ke rumahku dengan senyumm
Saat ku menutup mata bunda
Aku ingin kau tau bahwaku
Menyayangimu
Bahwa aku
Mencintaimu
Aku bahagia bisa jadi anakmu
(Oleh: Fahmi Mohd)
Bunda dalam cahaya
Dia wanita bernama cahaya
Hatinya memancar
Tergurat dalam doa-doa
Tangan kecilnya mengantar kami
di gerbang cahaya
Dia berjalan dengan cinta
Dia berjalan menerjang luka
Bahkan dia menempuh tanpa
batas rasa
Dialah Ibu dari segala cahaya
Ibu dari semua luka kami
Ibu dari jejak yang terukir
dalam tinta sejarah.
(Oleh: Romadona)
Ibu, malaikatku
Ibu…
Di sini kutulis cerita tentangmu
Nafas yang tak pernah terjerat dusta
Tekad yang tak koyak oleh masa
Seberapa pun sakitnya kau tetap penuh cinta
Ibu…
Tanpa lelah kau layani kami
Dengan segenap rasa bangga dihati
Tak terbesit sejenak fikirkan lelahmu
Kau terus berjalan diantara duri-duri
Ibu…
Tak pernah kuharap kau cepat tua dan renta
Tak pernah ku ingin kau lelah dalam usia
Selalu kuharapkan kau terus bersamaku
Dengan cinta berikan petuahmu
Ibu..
Kaulah malaikatku
Penyembuh luka dalam kepedihan
Penghapus dahaga akan kasih sayang
Sampai kapanpun itu..
Aku akan tetap mencintaimu..
(Oleh: Mosdalifah)
Puisi tentang Ibu
Menagislah Bunda
Bunda,
aku memang tak melihat,
hari di mana kau dilahirkan,
tetapi aku yakin,
hari itu pastilah hari yang indah,
langit memerah jambu,
awan berdesakan hendak turun,
mentari mengerlingkan mata,
sorepun tak ingin
beranjak menjadi malam,
karena gembiranya dunia,
menyambut kehadiran wanita
mulia.
Bunda,
aku memang tak melihat,
hari di mana aku dilahirkan,
hari yang kau senyumi,
hari yang kutangisi,
hari yang tak pernah kunanti,
karena ketakutanku yang amat sangat,
tentang sebuah balas budi,
dan janji-janji bakti,
yang tak mungkin kupenuhi,
untuk mewujudkan harapanmu.
Bunda,
aku masih bisa melihat senyummu,
kurang lebih,
hampir sama seperti senyummu dulu,
ketika kau melahirkanku,
tetapi ijinkan aku bertanya,
bukankah bulan tak selamanya purnama?
dan embun pagi akan diteguk binatang melata,
akupun telah tak telanjang lagi,
karena berbaju tebal keangkuhan,
maka seyogyanya,
menangislah bunda.
Selamat Hari Ibu!
Ibu,
Kaulah yang
kubanggakan
Kaulah tempatku berpijak
Kaulah tempat sandaranku
Kaulah panutanku
segalanya bagiku…
Di tangan ibulah aku dapat merasakan betapa bahagianya aku
Masih mempunyai orang tua
Betapa senangnya aku melihat ibu tertawa lepas.
Betapa hancurnya
hatiku ketika melihat ibu menangis
Betapa ibu mengharapkanku menjadi orang yang berhasil
Setiap kali ibu menutup telepon dengan
berkata
”Belajar yang rajin ya!”
Ya Allah… Berkatilah ibuku, curahkanlah rahmat-Mu untuk ibuku.
Berkatilah pekerjaannya
dan buatlah supaya aku dapat berbakti kepada ibuku dengan
sepenuh hatiku.
Ya Allah, ke dalam tangan-Mu kuserahkan keluargaku…
Aamiin!!
*ditulis tepat di Hari Ibu”.
(Oleh: Rananda)
Ibu
Beredar bintang di garisnya
Bulan bercahaya pada lintasnya
Waktu bergulir dalam takdirnya
Aku…
Terlahir dari manusia hebat
Sepertinya…
Merupakan anugerah terbesar Tuhan untukku
Menjadikanku pelipur lara jiwanya
Kau…
Perempuan hebat di jiwa lemahku
Menyayangi tanpa batas
Mendampingi di semua kisahku
Kau…
Perempuan terbaik dalam kerajaanku
Motivasi terbaik di setiap lika-liku hidupku
Ibu…
Aku mencintaimu
Terima kasih untuk semua waktu dan lelahmu
Ibu…
Aku mencintaimu.
(Oleh: Yulis Marika)
Puisi untuk Ibu
Cahaya Ibu
Cinta yang kau beri membuatku terasa hangat
Padahal dunia bernaung dengan kerasnya
Senyumanmu membuat diri ini nyaman
Walaupun letih yang kau sembunyikan terasa berat
Ibu,
Kau adalah cahaya satu-satunya di hidupku, tanpamu apa jadinya aku?
Maafkan aku yang tak mengingatnya
Saat kau mengganti popokku, memberiku Asi.. Menghiburku di kala aku menangis
Ibu, maafkan aku yang pernah berfikir kau membeciku di kala memarahiku
Terimakasih telah memayungiku selama ini
Mungkin saatnya aku berdiri tanpamu di kala aku terpukul kerasnya palu dunia
Dan harapanku kau jangan pergi
Sampai saat nanti kau menangis bahagia karenaku
(Oleh: Rananda)
Puisi untuk Ibu
Ibu…
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa
Ibu…
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku
dalam buaian
tatkala kaki-kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun di waktu pagi, siang dan
malam
Ibu…
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian
Ibu…
telah kupandang wajahmu di waktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih dan
sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku
Aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga
muncul tangismu
Ibu…
engkau menangis karena aku
engkau sedih karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kurus karena aku
engkau korbankan segalanya untuk aku
Ibu…
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga
Ibu…
hanya do’a yang bisa kupersembahkan
untukmu
karena jasamu
tiada terbalas
Hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu
Ibu…, I LOVE YOU SO MUCH
juga kepada Ayah…!!
(Oleh: Suroya “roy”)
Dari anakmu di tanah rantau
Salah besar,
Kalo yang dibahagiain mati-matian sosok pacar..
Orang yang terbilang baru kita kenal ketimbang Ibu,
Orang yang baru kita cintai ketimbang Ibu,
Orang yang bisa jadi esok, akan mengecewakan kita..
Bilang Cinta & Sayang bisa setiap saat pada dia kekasihmu..
Padahal, Ibu juga inginkan anaknya berikan kasih sayangnya meski hanya sacuil sayang..
*Ahh.. Untung beliau yang paling mengerti tidak pernah marah atau bahkan sampai cemburu menguras hati dengan dia sang kekasih*
Kasihnya Ibu,
Cintanya Ibu,
Sayangnya Ibu,
Engga ada ujung finishnya..
Beliau takkan lelah sedikitpun mengurusimu..
Beliau takkan jenuh mendengar celotehmu..
Bahkan, Beliau akan lakukan sesuatu apapun untuk kebahagian kita..
Meski, senyumnya harus selalu mengumpat dari rasa letihnya..
Gurat keriputnya menjadi saksi tulus kebaikannya tanpa kepura-puraan..
Sungguh, aku malu..
Saat diri ini lupa mengabarinya barang seminggu sekali,
Sibuk mengurusi hal lain, kesibukan yang lain,
Yang padahal ada sosok tangguh yang mengkhawatirkan keadaanku..
Tetap sehat selalu yaa Ibuu..
Jaga Pola makanmu..
Aku rindu, dengan senyum tanpa kepalsuan seperti yang kadang orang lain lakukan untukku..
Aku rindu, dengan solusi dari curhatanku yang meski hanya itu-itu saja “Sabar, ya Nak.. 🙂
Dari Anakmu di tanah Rantau.
Puisi hangat untuk Ibu
Kumenatap ke atas langit yang bertaburan bintang
Saat kupalingkan wajahku ke bumi yang kulihat adalah pecahan mimpi yang mengalir bersama luka jiwaku
Ingin kusatukan mimpi itu kembali tuk melihat senyumanmu ibu
Walau senyum itu tak lagi nyata :-/
Apa yang dapat kulakukan jika kerinduan menjemur jiwaku?
Tapi entahlah… yang kupikirkan hanyalah wajah kecilku yang kau peluk saat itu
Ibu…
Takdir kemarin yang melepas peluk hangatmu
Peluk kasih sayang yang ingin kubalas
Walau saat ini kau tiada lagi di sini
Kutau harapanmu adalah saat aku jadi yang terbaik
Saat keceriaan selalu ada di langkah-langkahku
Ibu…
harapan itu akan di peroleh jika aku mengejarnya
Dan saat ini pula aku akan terus hidup di penghujung harapan
bersama mimpi yang menghubungkan kita
Sampai saatnya aku melihat senyum itu di langit
Miss You Mom 😐
(Oleh: Rananda Pramana)
Puisi Ibu singkat
Ibu…!
Aku tahu…
Semua letihmu itu tulus
Dan…akupun tahu
Bukan apa-apa yang engkau ingin
Engkau tak pernah inginkan apa-apa.
***
Ibu…!
Dulu engkau pernah bilang
Cepatlah besar anakku !
Jadilah engkau orang besar
Yang membesarkan hati Ibu.
***
Ibu…!
Semua hebatku
Tak kan pernah ada
Tanpa ikhlas pengorbananmu.
***
Ibu…!
Sabdamu adalah do’a
Do’a yang nyaring terdengar
Dan pasti… didengar !
***
Bukan gelimang harta tuk membalas
Bukan pula, tahta dan mahkota
Bhakti, taat… menjaga hati
Itu saja…cari dan mesti kau beri.
***
Bunda… Bunda…
Usiamu kini tak lagi muda
Tapi aku jua belum bisa apa-apa.
***
Aku tak tau apa yang harus kulakukan tanpa dia
Dia yang selalu mengerti aku
Dia yang tak pernah letih menasehatiku
Dia yang selalu menemani.
***
Ibu…
adalah wanita yang penuh perhatian
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
bila aku kesepian.
***
Ibu…
jasamu tiada terbalas
jasamu tiada terbeli
jasamu tiada akhir
jasamu tiada tara
jasamu terlukis indah di dalam surga.
***
Ibu…
hanya do’a
yang bisa kupersembahkan untukmu
karena jasamu tiada terbalas.
***
Ibu
Maafkan atas tangis ini
Maafkan aku atas rasa bodoh ini
Maafkan atas segala laraku untukmu
Maaf.
***
Ibu
Mengapa tak sadar diri ini
kalau dia selalu menyayangiku
Lebih dari siapapun
Apapun.
Puisi Ibu tersayang
Jasamu Ibu
Jasamu teramat besar untukku
Engkau rela gantung nyawa saat mengeluarkanku
Darah dan lelahmu menjadi saksi biru hebatnya cintamu.
Sampai menjadi abu sekalipun
Kutetap tiada bisa membayar lunas jasamu
Engkau terlalu besar berkorban untukku.
Wahai ibu maafkan aku
Aku berbuat salah
Aku menyakiti hatimu dengan tingkahku
Aku minta maaf ibu.
Engkau adalah segalanya untukku
Gunung uang tidak akan bisa membelimu
Tidak, tidak ada materi yang bisa menukarmu.
Ibu jika nanti aku sukses
Aku berjanji akan membahagiakanmu
Tidak akan aku biarkan hidupmu merana
Akan kujaga kau hingga ujung nyawaku.
(Oleh: Rayhandi)
Sedikit puisi buat mama
Kau berusaha agar dapat memberi warna-warni yang indah di hidupku
Walau letihmu terasa kau selalu tersenyum di depanku
Banyak badai yang runtuh kau mampu menahan dengan kesabaranmu
Kuatnya kasih darimu hingga surga pun tunduk di telapak kakimu
Mama…
Di saat aku belum mengerti, kaulah guruku
di saat aku sakit, kaulah dokterku
di saat aku merasakan lapar, kau siap menjadi kokiku
Bagiku kau adalah superhero di duniaku
Kini aku mengerti
Akulah yang mampu menutup awan dengan pelangi
Memberi semua harapan yang selama ini kau inginkan
Walau jika aku gagal..
Aku berjanji kan terus mencobanya hingga akhirnya air mata bahagia yang kau tampilkan di wajahmu.
(Oleh: Ranand Pramana)
Ibu aku merindukanmu
Ibu aku sangat merindukanmu
Ingin rasanya memelukmu
Mencium aroma tubuhmu
Mendekapmu dalam sayang.
Ibu aku sangat merindukanmu
Ingin kupandang wajahmu
Ingin kusentuh jemarimu
Ingin kukatakan aku sangat sayang padamu.
Ibu aku sangat merindukanmu
Disini aku selalu mengisi hatiku dengan tabah
Kujadikan setiap rindu airmata.
Ibu aku sangat merindukanmu
Ingin ada di dekatmu
Merasakan sayangmu
Merasakan hangatmu.
Ibu aku sangat merindukanmu
Disini aku berkutak dengan sakit
Ingin rasanya aku menyusulmu
Ingin rasanya aku bersamamu di putih surga.
Ibu aku sangat merindukanmu
Tuhan dengarkanlah ini
Dengarkanlah bisu ini
Dengarkanlah sayatan rindu ini.
Ibu aku sangat merindukanmu
Semoga nanti kita bisa bertemu kembali
Berjanji untuk selalu bersama di kehidupan setelah mati.
(Oleh: Rayhandi)
Kamu adalah malaikatku
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Wanita baik berhati baja
Wanita yang hidupnya hanya untuk kami.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Aku lahir dari rahimmu
Keluar dari jasadmu.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Wanita yang ada disetiap malamku
Mendoakan malamku.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Saat aku tersenyum kau ada
Saat aku menangis kau juga ada.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Dari merah aku sudah merasa cintamu
Cintamu untukku yang membuatmu berani.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Engkau berani raib untukku
Engkau mau berkorban nyawa untukku anakmu ini.
Ibu
Kamu adalah malaikatku
Seorang hawa yang tuhan kirim untuk menjagaku
Engkau tiada putih juga tiada sayap.
(Oleh: Rayhandi)
Contoh puisi Ibu
Bunda Airmata
Kalau engkau menangis
Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih
Ibundamu yang kesakitan
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kali pun untuk membuat Tuhan
naik pitam kepada hidupmu
Kalau Ibundamu menangis, para malaikat menjelma
butiran-butiran air matanya
Dan cahaya yang memancar di airmata ibunda
membuat para malaikat itu silau dan marah
kepadamu
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci
sehingga Allah tidak melarang mereka tatkala
menutup pintu sorga bagimu.
(Oleh: M.H. Ainun Najib)
Bulan untuk Ibu
Ibu, di tubuhmu yang tabu untuk kusentuh
Kulabuhkan ingatan keparat dan menyesakkan
demi sebait puisi yang menjadikan engkau bulan
Akan bangkit gairah yang runtuh
Meski ajal dan kepulangan terlanjur sudah dijanjikan
Tungku-tungku telah dinyalakan
Kutu-kutu telah ditindas
dari rambut. Sagu-sagu telah di tebang
dari lahan gambut. Susu-susu sudah di peras
dari setiap daging yang tumbuh
Padi-padi telah ditumbuk
dari lumbung dan lesung
Lalu, apalagikah yang belum genap
dari tubuhmu, Ibu?
Di tubuhmu bersarang seluruh
rangrang dan burung-burung
luruh sayap. Pisau tak bersarung
Alu yang berderap. Pun sepatu dan debu
Bumbu-bumbu dan warung kopi
penuh cakap
tapi tidak tentang kepulangan ! Biarlah, Ibu,
kepulangan menjadi milikku seseorang,
milik ajal dan gairah tak tertahankan
Agar bangkeit segala yang runtuh,
Hingga tubuhmu tak lagi tabu aku sentuh
dengan tangan panjang kenanganku
Begitulah Ibu, tuubuhmu menjelma jadi sepotong labu
dalam arus pikiranku
hijau, telanjang, berlumut, terapung hanyut
ke laut pengembara
Maka di ujung puisi ini, sebelum turun hujan
Kujadikan engkau bulan.
(Oleh: Raudal Tanjung Banua)
Ibu
Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan
Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan
Manusia yang kehilangan ibunya berarti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat
dan menjaganya tanpa henti
Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang susuk Ibu
Matahari ada lah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannyadengan
pancaran panasnya
Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari
meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-
burung dan anak-anak sungai
Dan bumi adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bungan menjadi ibu yang baik
bagi buah-buahan dan biji-bijian
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh
dengan keindahan dan cinta.
(Oleh: Khalil Gibran)
Puisi Ibu
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia obati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu
Ibu…
Aku sayang padamu….
Tuhanku….
Aku bermohon pada-Mu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya…
(Oleh: Chairil Anwar)
Sajak Ibu
Ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
Tetapi menangis ketika aku susah
Ibu tak bisa memejamkan mata
Bila adikku tak bisa tidur karena lapar
Ibu akan marah besar
Bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
Ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
Ketabahan ibuku
Mengubah rasa sayur murah
menjadi sedap
Ibu menangis ketika aku mendapat susah
Ibu menangis ketika aku bahagia
Ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
Ibu menangis ketika adikku keluar penjara
Ibu adalah hati yang rela menerima
Selalu disakiti oleh anak-anaknya
Penuh maaf dan ampun
Kasih sayang Ibu adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
Membangkitkan haru insan
dengan kebijakan
Ibu mengenalkan aku kepada Tuhan.
(Oleh: Widji Tukul)
Puisi Ibu sedih
Baca dan resapilah
Umur 5 tahun : Aku sayang ibu
Umur 12 Tahun : Ibu ketinggalan jaman
Umur 15 Tahun : Aku sudah besar Ibu.
Umur 17 Tahun : Aku membenci Ibu!!
Umur 20 Tahun : Aku tidak butuh saranmu Ibu.
Umur 25 Tahun : Mungkin Ibu bisa membantu.
Umur 35 Tahun : Aku ingin menemui Ibu 🙁
umur 50 Tahun : Aku harap Ibu masih berada disini :'(
Sayangi Ibumu, share tulisan ini jika kamu menyayangi ibumu 🙂
(Oleh: Rananda)
Aku ingin Bertemu Ibu
Di saat aku bermain air mata ini selalu kututupi dengan senyumanku dan saat itu pula sedihku tertancap dalam hatiku
Engkau ibu kandungku, kemanakah kau Ibu?
Mungkin sedikit waktu aku bertahan melupakanmu
Namun di setiap renungku wajah lamamu kembali tersenyum di otakku
Mengapa kalian berpisah? Di saat aku haus akan kasih yang tulus
Mengapa ayah tak mengerti perasaanku
Perasaan yang tak ingin lepas dari buaian seorang ibu
Tapi entahlah, kupikir Ibu hanya ada di masa lalu
masa yang sekarang hanya ada rindu dan kerinduan.
Mungkinkah kku bisa menemukanmu Ibu?
Jikalau terjadi aku akan memelukmu.. walau nyawa ini lepas aku akan tetap memelukmu Ibu
*Beruntunglah kita yang masih memiliki Ibu.
Jangan buat dia menangis
(Oleh: Rananda)
Derita Ibu
Ibu..
dulu pernah aku sakiti hatimu
karen aku anggap kau tak sayang padaku.
ibu..
sempat aku iri pada temanku
karen aku merasa kasih sayang darimu tidak pernah buat untukku
ibu…
makianmu saat aku melakukan kesalahan
amarahmu saat aku tak mendengarkan nasehat darimu
pukulan dan tamparan sering kali melayang,jika
emosimu datang.
ibu…
kini aku sudah menjadi seorang ibu.
kini aku tahu betapa sakitnya jika nasehat kita tidak
pernah di anggap oleh anak kita,,
ibu..
kini aku paham
kini aku mengerti
kenapa kau dulu didik aku begitu kerasnya
karena aku tahu.. kau menginginkan aku menjadi
wanita yang tegar dan kuat menjalani hidup
ibu…
kini aku hanya bisa menyesal
belum Sempat aku membalas jasa
tapi kau sudah dipanggil oleh sang kuasa..
maaf kan aku ibu.. deritamu dulu kini telah aku rasakan semenjak aku sudah menjadi seorang ibu.
Puisi Ibu tercinta
Aku cinta Ibu
Ibu..
Kupejamkan mata di balik sunyinya malam..
Menenangkn jiwa yang selama ini meronta..
Coba untuk merasakan apa yang tak pernah kurasa..
Memikirkan yang selama ini sempat terlupa..
Ibu..
Kata itu yang terlintas di benakku..
Menyita seluruh perhatian alam pikiranku..
Membawa sisi ke masa lalu..
Terjebak oleh dimensi waktu..
Ibu..
Kau bintang yang menerangi di kala kesunyian..
Laksana embun pagi yang menyejukkan..
Bagaikan semilir angin yang memberi harapan..
Seumpama mentari yang selalu menghangatkan..
Ibu..
Mungkin ku tak bisa membalas semua cintamu..
Meski kuraih jutaan bintang bertaburan di langit tua..
But.. Just this that I Can Say for You..
Mom, I Love U forever..
(Oleh: Da_LizZ)
Selembar puisi untukmu, Ibu
Dentang nafasmu menyeruak
hari hingga senja
Tak ada lelah menggores
di wajah ayumu
Tak ada sesal kala semua harus kau lalui
Langkah itu terus berjalan untuk kami
Dua bidadari kecilmu
Desah mimpimu berlari
mengejar bintang
Berharap kami menjadi mutiara terindahmu
Dalam semua peran yang kau mainkan di bumi
Ini peran terbaikmu
Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami
Mengurai senyum disetiap perjalanan kami
Mendera doa disetiap detik nafas kami
Ibu…
kau berlian dihati kami
Relung hatimu begitu indah
Hingga kami tak sanggup menggapai dalamnya
Derai air matamu menguntai sebuah harap
Di setiap sholat malammu
Ibu…
Kami hanya ingin menjadi
sebuah impian untukmu
Membopong semua mimpimu
dalam pundak kami
Ibu…
Jangan benci kami
jika kami membuatmu menangis.
(Oleh: Rananda)
Terima kasih Ibu
Tiap-tiap kasih yang kau hujani
Yang bahkan hujan pun tak mampu menandingi
Luas tak berbatas cintamu
Yang bahkan langit pun tak juga mampu menandingi luasnya cintamu
Terdalamnya seluruh sayangmu. Yang juga bahkan laut, bahkan samudra tak juga mampu menandingi dalamnya sayangmu..
Tertiap ku terjatuh, tertiap ku terpukul oleh kerasnya palu dunia.
Kau mampu membangkitkanku kembali dengan kasihmu..
Juga saat aku terlarut, aku tertipu oleh kasih cinta yang sementara di dunia.
Kau juga mampu menyambungkan kembali semangatku yang telah terputus dengan lembutnya cintamu..
Tak mengingat seberapa hancurnya diriku,
tak peduli seberapa dalamnya ku terjatuh,
kau datang dan datang kembali dengan sayap kasih cinta, kasih sayang disetiap sentuhan jemari jemari lembutmu..
Tak pernah bisa ku balas semua kasih sayang juga cintamu,
meski kuterbalikkan dunia, meski kugenggam dunia di tanganku dan kuberikan kepadamu
itu masih jauh dan jauh dari semua jasamu
“Terima kasih Ibu”,
hanya kata sederhana itu yang bisa kuberikan untukmu dari orang tak berguna sepertiku
Terima kasih telah merawatku, telah membimbingku, telah menyelimutiku dengan sayap kasihmu.
(Oleh: Rananda)
Senja usiamu, Ibu
Masih berpijak..
Di antara kerasnya bebatuan dunia..
Engkau lawan dengan cahaya..
Walau perih, tetap mampu berdiri..
Engkau berhenti bertasbih..
Di sela-sela amarah bumi..
Dan amukan alam dalam tubuh..
Dan kutepis dengan rindu..
Dan kau lawan dengan peluru..
Namun ragamu tetap rapuh, ibu..
Meski keringat telah menyeru..
Untuk melawan api berabu..
Kau tetap wanita di antara debu..
Yang suci oleh Firman Tuhan..
Walau mereka sering tak menganggap..
Walau mereka membunuhmu perlahan..
Ibu engkau selalu terkenang..
Pahlawan dengan penuh kasih sayang..
(Oleh: Da_LizZ)
Puisi Ibu sedih menyentuh hati
Tangisan mata Bunda
Dalam senyummu kau sembunyikan letihmu..
Derita siang dan malam menimpamu..
Tak sedetik pun menghentikan langkahmu..
Untuk bisa Memberi harapan baru bagiku..
Seonggok cacian selalu menghampirimu..
Secerah hinaan tak perduli bagimu..
Selalu kau teruskan langkah untuk masa depanku..
Mencari harapan baru lagi bagi anakmu..
Bukan setumpuk emas yang kau harapkan dalam kesuksesanku..
Bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilanku..
Bukan juga sebatang perunggu dalam kemenanganku..
Tapi keinginan hatimu membahagiakan aku..
Dan yang selalu kau berkata padaku..
Aku menyayangimu sekarang dan waktu aku tak lagi bersamamu..
Aku menyayangimu anakku dengan ketulusan hatiku..
(Oleh: Da_LizZ)
Renungan buat kita
“IBU” selalu cerewet
Pernahkah kita ngomel waktu dia cerewet?
jawab: Pernah.
Pernahkah kita cuekin dia?
jawab: Pernah.
Pernahkah kita mikir apa yang dia pikirkan?
jawab: gak.
Sebenarnya apa yang dia pikirkan?
jawab: takut.
yaitu: takut ga bisa liat kita senyum, nangis,
ketawa dan takut ga bisa ngajar kita lagi
karena waktu yang singkat.
Saat “Ibu” menutup mata, gak ada lagi yang cerewet.
Saat kita nangis manggil-manggil dia.
Apa yang dia balas?
Dia hanya berbaring dan cuma diam.
Tapi bayangannya tetap disamping kita dan berkata:
“Nak kau jangan nangis ibu masih disini, di hati kecilmu, ibu sayang kamu”…
(Oleh: Untatha)
Ingatkah kamu?
Ingatkah kamu
Ketika kita lapar, tangan ibu yang menyuapi.
Ketika kita haus, tangan ibu yang memberi minuman.
Ketika kita menangis, tangan ibu yang mengusap air mata.
Ketika kita gembira, tangan ibu yang menadah syukur, memeluk kita erat dengan deraian air mata bahagia.
Ketika kita mandi, tangan ibu yang meratakan air ke seluruh badan, membersihkan segala kotoran.
Ketika kita dilanda masalah, tangan ibu yang membelai duka sambil berkata, “Sabar nak, sabar ya sayang.”
Namun…
Ketika ibu sudah tua dan kelaparan, tiada tangan dari anak yang menyuapi. Dengan tangan yang gemetar, ibu menyuapkan sendiri makanan ke mulutnya dengan linangan air mata.
Ketika ibu sakit, dimana tangan anak yang ibu harapkan dapat merawat ibu yang sedang sakit?
Ketika nyawa ibu terpisah dari jasad.
Ketika jenazah ibu hendak dimandikan, dimana tangan anak yang ibu harapkan untuk menyirami jenazah ibu untuk terakhir kali.
Tangan ibu, tangan ajaib. Sentuhan ibu, sentuhan kasih. Dapat membawa Kita ke Surga Firdaus.
Puisi Ibu singkat menyentuh hati
Puisi seorang anak untuk Ibu
Aku berangkat sekarang untuk membantai lawan
Untuk berjuang dalam pertempuran.
Aku berangkat, Bu, dengarlah aku pergi
Doakanlah agar aku berhasil.
Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang.
Merebut kemenangan di mana pun adanya.
Aku akan pergi, Bu, janganlah menangis
Biar kucari jalanku sendiri.
Aku ingin melihat, menyentuh, dan mendengar
Meskipun ada bahaya, ada rasa takut.
Aku akan tersenyum dan menghapus air mata
Biar kuutarakan pikiranku.
Aku pergi mencari duniaku, cita-citaku
Memahat tempatku, menjahit kainku
Ingatlah, saat aku melayari sungaiku
Aku mencintaimu, di sepanjang jalanku.
(Oleh: Da_LizZ)
***
Ibu,
Bolehkan aku merayu?
Aku ingin berbaring di pangkuanmu,
Mengadu tentang hari-hari lelahku,
Tentang kerasnya dunia,
Yang tak seteduh kasihmu,
Dan ingin ku pertanyakan,
Mengapa di luar sana,
Tak pernah kutemukan keikhlasan,
Seperti keikhlasanmu padaku..
Ibu,
Ibuku sayang,
Acap kali ku lihat,
Orang-orang hanya sempat mencium ibunya sekali saja,
Saat jasad ibunya hendak dikebumikan,
Sungguh,
Aku tak ingin seperti itu..
Maka ijinkan aku,
Untuk menciummu setiap hari..
I LOVE YOU MOM
(Oleh: Da_LizZ)
Penutup
Bagaimana? Kamu sudah membaca tiap penggalan kalimat puisi Ibu di atas? bagaimana perasaanmu? Sedih? Haru? Bangga? Oh Ibu… betapa kami menyayangimu.
Kumpulan puisi tentang Ibu di atas kami persembahkan untuk orang tua terkhusus Ibu hebat di seluruh dunia. Cintai ibumu selagi dia masih ada.