Dongeng Ki Jenggot

Pada zaman dahulu, ada seorang raja jin yang sangat menakutkan. Raja jin itu tinggal di Alas Roban dan bernama Mbah Jenggot. Dikenal sebagai Mbah Jenggot karena memang jenggotnya sangat lebat dan panjang. Tubuhnya sangat besar seperti raksasa. Ia juga terkenal akan kesaktian yang dimilikinya. Mbah Jenggot sangat kejam dan menakutkan sehingga ditakuti oleh penduduk sekitar:

Konon, Mbah Jenggot mempunyai bala pasukan jin yang jumlahnya sangat banyak. Mereka juga mempunyai sifat yang jahat dan kejam sama seperti halnya dengan raja mereka, yaitu Mbah Jenggot. Jika ada orang yang ingin berniat memasuki Alas Roban, maka pasukan jin itu akan mengganggu dan menyerangnya.

Mereka menganggap bahwa Alas Roban adalah daerah kekuasaan dari kerajaan yang dipimpin oleh Mbah Jenggot. Oleh karena itu, Alas Roban sudah terkenal menjadi sebuah hutan yang sangat berbahaya dan angker. Tidak ada seorang pun yang berani masuk dan merusak hutan tersebut.

Ada sebuah kerajaan jin yang juga tidak kalah besarnya dengan daerah kekuasaan Mbah Jenggot. Kerajaan itu terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang berbatasan dengan wilayah Mbah Jenggot.

Raja jin yang menguasai pesisir Pulau Jawa itu mempunyai sifat yang baik. Jadi, watak dan perangainya berbeda dengan Mbah Jenggot yang jahat dan kejam. Raja jin yang baik itu bernama Mbah Talabodinlah.

Mbah Talabodinlah memerintah rakyat dengan adil. Ia juga melarang warganya mengganggu dan menyerang penduduk. Bala pasukan Mbah Talabodinlah sangat patuh terhadap perintah rajanya.

Mbah Jenggot marah ketika mendengar ada kerajaan jin di pesisir utara Pulau Jawa. Ia merasa tersaingi oleh kerajaan jin yang dipimpin oleh Mbah Talabodinlah itu.

Mbah Jenggot berkaIi-kali memerintahkan pasukannya untuk membuat kekacauan di kerajaan pesisir utara Pulau Jawa. Namun, usahanya selalu dapat digagalkan oleh pasukan Talabodinlah. Akhirnya, Mbah Jenggot kehilangan kesabaran dan menjadi murka. Ia tidak mau menerima kekalahannya.

“Aku akan menghancurkan kerajaan pesisir. Aku akan membalas Mbah Talabodinlah yang telah membunuh pasukanku,” kata Mbah Jenggot dengan suara lantang.

“Ayo, bangsa jin Alas Roban, kalian keluar semuanya! Kita siap berperang! Kita hancurkan kerajaan pesisir bersama-sama!” teriak Mbah Jenggot.

Suara Mbah Jenggot telah membuat kaget semua pasukan jin yang menghuni Alas Roban. Mendengar suara Mbah Jenggot tadi, beribu-ribu jin yang semuanya berwajah menyeramkan akhirnya berdatangan dari segenap penjuru Alas Roban.

Baca juga:  Asal Usul Kota Semarang

Mereka berkumpul di alun-alun kerajaan Mbah Jenggot hanya dalam waktu yang singkat. Mereka tinggal menunggu perintah rajanya. Pasukan-pasukan jin itu sangat takut dan patuh kepada Mbah Jenggot. Mereka menghormati Mbah Jenggot yang telah memimpin kerajaan Alas Roban bertahun-tahun lamanya.

“Ada maksud apa Mbah Jenggot mengundang kita kemari?” tanya pasukan jin Mbah Jenggot.

“Mbah Talabodinlah telah mengalahkan pasukan kita beberapa waktu yang lalu. Kita tidak dapat tinggal diam menerima kekalahan. Kerajaan Alas Roban dapat hancur jika kita tidak menumpas kerajaan pesisir utara Pulau Jawa,”jawab Mbah Jenggot.

“Lalu apa yang kita lakukan?” tanya pasukan jin setelah mengetahui tujuan Mbah Jenggot.

“Hancurkan kerajaan pesisir utara Pulau Jawa! Kalahkan Mbah Talabodinlah dan pasukannya. Jangan biarkan salah satu di antara mereka hidup. Ayo, kita bakar dan buat rata dengan tanah kerajaan pesisir utara itu!” terdengar suara Mbah Jenggot yang menyeramkan bagai guntur di siang hari.

Setelah menerima komando dari rajanya, para pasukan jin itu segera mengambil tindakan seperti yang telah diperintahkan oleh Mbah Jenggot. Mereka berjuang bersama-sama untuk menghancurkan kerajaan Mbah Talabodinlah. Tidak ada satu pun yang tertinggal. Pasukan jin merasa marah atas kekalahan yang pernah dialami oleh kerajaan Alas Roban.

“Baiklah Mbah Jenggot! Kita hancurkan kerajaan pesisir utara Pulau Jawa ini! Agar kita dapat mengganggu dan menyerang penduduk yang berani memasuki Alas Roban. Ha… ha… ha!” sahut para pasukan jin.

Teriakan lantang dari ribuan jin terdengar membahana dari tengah-tengah Alas Roban. Hal itu membuat takut para penghuni Alas Roban. Binatang-binatang seperti gajah, harimau, singa, kera, kijang, ular, dan penghuni rimba yang lain saling berebut dan berusaha menyelamatkan diri keluar dari Alas Roban.

Mereka khawatir akan terjadi kekacauan di tempat itu. Karena para penghuni rimba telah mendengar bahwa Mbah Jenggot dan pasukan jinnya akan menyerang kerajaan pesisir utara Pulau Jawa.

Para penghuni rimba panik dan berlarian ke arah perkampungan penduduk. Mereka merusak rumah-rumah penduduk dan hewan-hewan ternak lainnya. Tidak hanya itu, para penduduk juga khawatir karena binatang-binatang rimba itu selain merusak harta benda juga mengancam keselamatan jiwa penduduk setempat.

Penduduk sangat ketakutan akan bahaya yang ada di desa mereka sekarang. Sebagian besar penduduk mengungsi ke daerah-daerah lain untuk menyelamatkan diri dan harta bendanya.

Baca juga:  Legenda Joko Budug

Mereka berbondong-bondong keluar kampung menuju Kadipaten Batang untuk mengungsi. Ada yang membawa hewan ternak seperti ayam, kambing, dan sapi. Desa mereka yang semula aman dan tenteram, tiba-tiba berubah menjadi keributan. Hal itu dikarenakan keinginan Mbah Jenggot yang menyerang kerajaan pesisir utara Pulau Jawa.

Kadipaten Batang terkenal sebagai daerah yang aman, tenteram, dan damai. Penduduknya juga giat bekerja seperti mengerjakan sawah, berladang, dan menanam tanaman sayur-sayuran serta buah. Hal itu dapat menunjang kehidupan ekonomi mereka. Penduduk Kadipaten Batang memang rajin bekerja dan suka menolong dengan sesamanya.

Kadipaten Batang dipimpin oleh seorang Adipati Suryokusumo. Beliau terkenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Para penduduk sangat menghormati beliau. Adipati Suryokusumo cenderung selalu melindungi warganya apabila ada kejadian yang meresahkan penduduk saat itu.

Pada suatu hari, ada seorang punggawa Kadipaten Batang datang tergopoh-gopoh menghadap Adipati Suryokusumo.

“Celaka! Celaka, Gusti. Sepertinya ada kekacauan,” kata punggawa kepada Adipati Suryokusumo.

“Celaka? Bagaimana maksudmu, punggawa? Ceritakanlah dengan jelas agar aku menjadi lebih mengerti,” tanya Adipati sambil mempersilahkan punggawa itu duduk di dalam kadipaten.

Beliau segera meminta pelayan kadipaten untuk mengambilkan minum untuk punggawa yang terlihat sedang kelelahan. Akhirnya, punggawa itu mulai menceritakan tentang kejadian yang ia lihat di sekitar permukiman penduduk.

“Rakyat di sekitar Alas Roban dan pesisir utara Pulau Jawa hampir semuanya mengungsi ke kadipaten, Gusti.”

“Kenapa mereka mengungsi ke kadipaten ini? Bukankah tidak ada pemberontakan yang menyerang desa mereka?” tanya Adipati.

“Karena… tiba-tiba saja semua penghuni rimba seperti binatang liar dan buas keluar dari Alas Roban. Mereka semua merusak rumah-rumah penduduk dan memakan hewan ternaknya. Rakyat menjadi sangat ketakutan, Gusti.”

“Lalu, apa yang menjadi penyebab rakyat ketakutan?” tanya Adipati Suryokusumo.

“Itu yang belum diketahui, Gusti,”jawab punggawa itu dengan gugup.

“Baik, terima kasih atas laporanmu punggawa. Sekarang tolong siapkan pasukan. Aku sendiri yang akan mencari jawaban dari semua kekacauan ini,” kata Adipati Suryokusumo dengan penuh wibawa.

Atas perintah Adipati Suryokusumo, pasukan Kadipaten Batang segera disiagakan penuh untuk menghadapi segala kemungkinan. Adipati segera berangkat mencari penyebab kekacauan. Beliau memimpin pasukan menuju Alas Roban dengan gagah berani.

Setelah tiba di Alas Roban, terjadi pertempuran antara para pasukan Mbah Jenggot dengan kerajaan pesisir utara Pulau Jawa pimpinan Mbah Talabodinlah.

Baca juga:  Asal-Usul Aksara Jawa HANACARAKA

Pertempuran berlangsung dengan seru, setiap pihak ingin memenangkan pertempuran. Mbah Jenggot terlihat benar-benar ingin membunuh dan menghancurkan pasukan Mbah Talabodinlah. Begitu juga dengan Mbah Talabodinlah pantang menyerah.

“Menyerahlah, Mbah Talabodinlah! Sebab sebentar lagi aku akan mengalahkanmu. Menghancurkan kerajaanmu beserta pasukan jinmu. Agar aku dapat mengganggu dan menyerang penduduk dengan leluasa. Ha… ha… ha!” teriak Mbah Jenggot dengan lantang.

“Aku tidak akan menyerah kepadamu, Mbah Jenggot! Tldak akan kubiarkan kau menguasai kerajaan pesisir utara Pulau Jawa ini!” ujar Mbah Talabodinlah berapi-api.

Adipati Suryokusumo menjadi murka setelah menyaksikan kejadian itu. Sedangkan para prajuritnya tidak dapat melihat jin-jin itu berperang. Mereka hanya dapat mendengar dahsyatnya pertempuran dari pepohonan yang tumbang.

“Gusti, apa yang sebenarnya sedang terjadi di Alas Roban ini? Sebab kami hanya dapat merasakan adanya kekacauan di sini dari pohon-pohon yang tumbang dan angin yang berhembus kencang,” tanya salah satu punggawanya.

“Tenanglah. Biarkan aku yang akan menyelesaikannya,” ujar Adipati Suryokusumo.

Adipati Suryokusumo dengan kesaktiannya dapat mengetahui penyebab dari kekacauan di daerahnya adalah pertempuran antar bangsa jin.

“Berhenti! Siapa berani membuat kekacauan di daerah kekuasaanku?” suara Adipati menggelegar dan mengagetkan jin yang sedang bertempur.

Ribuan jin yang sedang bertempur itu langsung berhenti seketika setelah mendengar suara Adipati Suryokusumo. Demikian juga, Mbah Jenggot dan Mbah Talabodinlah ketakutan melihat Adipati yang sedang murka.

“Oh ternyata kalian, Mbah Jenggot dan Mbah Talabodinlah yang sengaja membuat kekacauan di daerahku. Apakah kalian belum jera bertempur denganku?” tanya Adipati.

“Ampun… Ampun Gusti Adipati. Hamba yang salah dan berbuat kekacauan di wilayah Gusti Adipati,” jawab kedua raja jin itu.

“Ini yang terakhir aku mengampuni kalian. Namun, ingat jika kalian mengulangi kejadian ini lagi, aku akan menghukum mati kalian!” gertak Adipati.

“Mengerti, Gusti,” jawab kedua raja jin itu ketakutan. Mereka mengerti bahwa ancaman Adipati Suryokusumo bukanlah main-main.

Akhirnya, pertempuran antara Mbah Jenggot dan Mbah Talabodinlah selesai. Bahkan, kini watak Mbah Jenggot berubah menjadi baik. Ia juga tidak mengizinkan bangsa jin Alas Roban mengganggu masyarakat.

Mbah Jenggot hanya meminta tumbal kepala kerbau dan nasi tumpeng sebagai ganti dia ikut menjaga ketentraman daerah kekuasaan Adipati Suryokusumo. Adipati pun setuju dengan persyaratan yang diajukan oleh Mbah Jenggot.