Pada zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan yang dipimpin oleh Raja Baka. Raja Baka memiliki putri yang sangat cantik dan menawan yang bernama Roro Jonggrang. Walaupun seorang putri raja, namun dia tidak sombong, dia sangat baik dan menyayangi rakyatnya.
Rakyat kerajaan Prambanan hidup makmur, damai, dan tenteram. Hingga pada suatu saat kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh pasukan Kerajaan Pengging.
Pada penyerangan itu, putra Mahkota Raja Pengging yang bernama Pangeran Bandung tidak ikut serta sehingga balatentara kerajaan Pengging dapat dikalahkan. Padahal Pangeran Bandung dikenal sebagai pemuda yang sakti dan pemberani.
Pangeran Bandung sangat malu dan marah menghadapi kenyataan atas kekalahan pasukannya dalam perang melawan Kerajaan Prambanan. Pada suatu kesempatan, Pangeran Bandung pergi seorang diri untuk membalas dendam.
Dalam perjalanannya dia dihadang oleh raksasa jahat yang bernama Bandawasa. Namun, Pangeran Bandung tidak takut dan gentar sedikit pun.
Keduanya terlibat pertarungan yang sangat hebat. Masing-masing mengeluarkan jurus dan kesaktian yang dimiliki. Namun akhirnya Pangeran Bandung dapat mengalahkan dan membunuh Bandawasa. Kesaktian Bandawasa berpindah ke tubuh Pangeran Bandung, sehingga kesaktiannya berlipat ganda.
Oleh karena itu, Pangeran Bandung menambahkan Bandawasa sebagai nama belakangnya. Kemudian dia dikenal sebagai Bandung Bandawasa.
Sesampainya di kerajaan Prambanan, dia dihadang oleh prajurit Raja Baka. Namun dengan kesaktian yang dimiliki, tidaklah sulit bagi dia untuk mengalahkannya. Akhirnya Raja Baka pun berhasil dibunuh oleh Bandung Bandawasa.
Pada saat kejadian itu, Roro Jonggrang tengah berada di istana kaputren bersama dayang-dayangnya. Bandung Bandawasa tahu bahwa Roro Jonggrang bersama dayang-dayangnya bersembunyi di sana. Bandung Bandawasa memaksa masuk ke istana kaputren dengan cara mendobrak pintu.
Alangkah terkejutnya Bandung Bandawasa melihat kecantikan Roro Jonggrang. Baru kali ini dia melihat gadis secantik bidadari. Bandung Bandawasa langsung jatuh hati kepada Roro Jonggrang.
“Siapa kamu? Beraninya kamu masuk ke istana kaputren?” Tanya Roro Jonggrang.
“Aku Bandung Bandawasa, kamu pasti Roro Jonggrang, putri Raja Baka, kan?”
Roro Jonggrang diam tak menjawab, dia tahu bahwa pemuda inilah yang membunuh ayahnya. Kemudian Roro Jonggrang berusaha bersikap baik agar dia tidak dibunuh oleh Bandung Bandawasa.
“Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku?” tanya Bandung Bandawasa kepada Roro Jonggrang. Roro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bandawasa.
“Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya,” ujar Roro Jongrang dalam hati.
Roro Jonggrang masih diam, dia tidak tahu mau menjawab apa. Dia berpikir, jika ia menolak pasti Bandung Bandawasa akan marah dan membunuhnya. Jika diterima, dia sendiri tidak suka kepada Bandung Bandawasa yang telah membunuh ayahnya.
“Beri aku waktu sampai besok petang untuk menjawabnya, Kisanak!” Ujar Roro Jonggrang.
Bandung Bandawasa pun rela menunggu jawaban Roro Jonggrang.
Semalaman Roro Jonggrang tidak bisa tidur, dia terus mencari cara untuk menolak lamaran Bandung Bandawasa secara halus agar tidak menimbulkan kemarahannya.
Pada keesokan harinya, Bandung Bandawasa menemui Roro Jonggrang untuk meminta jawabannya.
“Bagaimana Roro Jonggrang? Apakah kamu menerima lamaranku?” tanya Bandung Bandawasa.
“Aku mau kau jadikan istri, tapi dengan satu syarat!” jawab Roro Jonggrang.
“Apakah syaratnya?” tanya Bandung Bandawasa.
“Aku meminta kau membuatkanku seribu candi, tapi kau harus membuatnya dalam waktu semalam,” ujar Roro Jonggrang dengan yakin bahwa Bandung Bandawasa pasti tidak akan sanggup.
Di luar dugaan, ternyata Bandung Bandawasa menerima syarat yang diajukan.
“Ya, akan aku buatkan kau 1.000 candi dalam waktu semalam.” ujar Bandung Bandawasa dengan yakin.
Bandung Bandawasa adalah orang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. Dia meminta bantuan pasukan jin untuk menyelesaikan tugasnya. Dia berdiri di depan altar batu. Kedua tangannya dibentangkan lebar-lebar.
“Pasukan jin, bantulah aku!” teriak Bandung Bandawasa dengan suara yang menggelegar.
Tidak lama kemudian, angin bertiup kencang, petir menyambar-nyambar di langit yang gelap. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bandawasa.
“Apa yang harus kami lakukan, Tuan?” Tanya pemimpin jin.
“Bantu aku membangun seribu candi,” pinta Bandung Bandawasa.
“Baik Tuan, akan segera kami laksanakan!” para jin segera bergerak melaksanakan tugas masing-masing.
Lokasi yang dipilih Bandung Bandawasa untuk mendirikan 1.000 candi adalah di daerah candi Prambanan yang sudah ada sebelumnya yang dibangun oleh Raja Baka sebagai tempat pemujaan.
Dengan bantuan pasukan jin, satu demi satu candi mulai berdiri dengan sangat cepat hingga jumlahnya mencapai ratusan. Roro Jonggrang menjadi sangat cemas dan gelisah ketika melihat candi-candi sudah berdiri di sebelah barat Candi Prambanan.
Roro Jonggrang tahu bahwa Bandung Bandawasa dibantu oleh pasukan jin. Kemudian dia mencari cara untuk menggagalkan pekerjaan mereka. Ia mengumpulkan dayang-dayang dan para gadis di desa itu. Sebagian dari mereka ditugaskan mengumpulkan jerami. Sebagian lainnya disuruh menumbuk lesung.
“Cepat bakar jerami-jerami itu!” perintah Roro Jonggrang.
Warna merah api berkobar memancar ke langit, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing. Dengan diiringi suara hiruk pikuk dan ayam jantan yang berkokok bersahut-sahutan, pasukan jin mengira hari sudah menjelang pagi.
“Wah, matahari akan terbit!” seru jin.
“Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan sinar matahari,” sahut jin yang lain.
Pasukan jin pun panik dan berhamburan pergi meninggalkan lokasi dan pekerjaannya. Bandung Bandawasa heran melihat kepanikan pasukan jin. Padahal pasukan jin telah membangun 999 candi, hanya kurang satu candi saja. Namun, apalah daya Bandung Bandawasa tidak mampu mencegah pasukan jinnya untuk pergi.
Pada pagi harinya, Bandung Bandawasa mengajak Roro Jonggrang ke lokasi candi.
“Candi-candi yang kau minta sudah berdiri!” kata Bandung Bandawasa.
Roro Jonggrang segera menghitung candi-candi itu. Ternyata jumlahnya hanya 999 candi.
“Jumlahnya kurang satu! itu berarti Kisanak telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan.” seru Roro Jonggrang.
“Hanya kurang satu candi saja, apakah kau tidak memakluminya?” tanya Bandung Bandawasa dengan nada meminta.
“Maafkan aku, Kisanak! kau tidak mampu memenuhi permintaanku. Jadi, aku pun tidak bisa memenuhi kemauanmu. Bukankah aku minta seribu candi?”
Bandung Bandawasa bersitegang dengan Roro Jonggrang mempertahankan pendapatnya masing-masing. Akhirnya Bandung Bandawasa kehilangan kesabaran dan sangat marah.
Bandung Bandawasa mengambil keputusan, jika dia tidak bisa menikahi Roro Jonggrang, maka Roro Jonggrang harus mati.
Namun, Roro Jonggrang bersama dayang-dayangnya telah melarikan diri terlebih dahulu bersembunyi di candi Prambanan.
Bandung Bandawasa mengejarnya sampai ke dalam candi Prambanan. Akhirnya Roro Jonggrang pun tidak bisa menghindar dari kejaran Bandung Bandawasa.
“Baiklah, karena candi yang aku buat kurang satu, maka kau saja yang akan menjadi pelengkapnya!” kutuk Bandung Bandawasa sambil mengarahkan jarinya pada Roro Jonggrang.
Dalam sekejap mata, Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu dan para dayang-dayang yang menemaninya berubah menjadi ornamen-ornamen yang menghiasi dinding candi.
Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah Prambanan, Jawa Tengah. Patung Roro Jonggrang didapati di dalam candi Prambanan.