Hama dan penyakit sering merugikan usaha budidaya ikan gurame mulai dari pembenihan, pendederan hingga pembesaran.
Hama dan penyakit perlu diantisipasi sejak dini, mulai dari pengamatan berkala, pemantauan hingga tindakan pengendaliannya.
Pengendalian Hama Ikan Gurame
Hama penting yang sering menyerang ikan gurame dan cara pengendaliannya sebagai berikut:
- Bebeasan (Notonecta). Hama ini menyerang dengan cara menyengat benih ikan gurame. Cara pengendaliannya, dengan menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 m².
- Uncrit atau larva cybister. Hama ini menyerang dengan cara menjepit dan merobek badan ikan gurame. Cara pengendaliannya, hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
- Katak (Rana sp.). Hama ini menyerang dengan cara makan telur-telur ikan gurame. Cara pengendaliannya, membuang telur katak mengapung.
- Ular. Hama ini menyerang atau memangsa benih ikan gurame. Cara pengendaliannya, penangkapan ular dan pemagaran kolam.
- Linsang atau biawak. Hama ini menyerang dengan cara memakan ikan gurame pada malam hari. Cara pengendaliannya, memasang jebakan berumpun.
- Burung. Hama ini menyerang dengan cara memakan benih ikan, terutama benih ikan yang berwarna menyala. Cara pengendaliannya, diberi penghalang agar sulit menerkam, juga rumbai-rumbai atau tali penghalang.
- Ikan gabus. Ikan ini memangsa benih ikan gurame kecil. Cara pengendaliannya, dilakukan penangkapan.
Cara Mencegah Penyakit Ikan Gurame
Salah satu kendala pada budidaya ikan gurame adalah adanya serangan penyakit. Beberapa penyakit penting yang sering menyerang ikan gurame dan cara pengendaliannya sebagai berikut:
1. Bakteri
Penyebab penyakit bakterial adalah bakteri Aeromonas hydrophila dan Enterobacter. Serangan penyakit ini dapat menyebabkan kematian ikan gurame antara 30-80%. Gejala serangan secara visual menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
- Pada permukaan tubuh ikan ada bagian-bagian yang berwarna merah darah, terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip.
- Selaput lendir (mucus) menjadi berkurang, sehingga tubuh ikan tidak lagi licin, melainkan kesat (kasar) dan ikan mudah ditangkap atau dipegang.
- Di beberapa bagian tubuh ikan, tampak sisik dan rontok, sedangkan kulitnya menjadi melepuh.
- Sirip punggung dan sirip dada serta sirip ekor tampak rusak, bahkan sering pecah-pecah.
- Insang rusak dan berwarna keputih-putihan sampai kebiru-biruan.
- Keadaan ikan lemah, tidak lincah, dan kehilangan keseimbangannya.
- Matanya menonjol (exopthalmus)
Usaha pencegahan dan sanitasi yang dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
- Sebelum ditebari ikan, kolam sebaiknya dikeringkan. Taburkan secara merata kapur dengan dosis 100 g/m².
- Air dimasukkan kembali secara perlahan-Iahan dan biarkan lebih kurang 15 hari.
- Jangan memasukkan atau mendatangkan ikan dan air dari daerah yang terkena wabah.
- Hindari lalu lintas ikan hidup dari daerah hilir ke daerah hulu aliran sungai.
- Asingkan ikan yang memerlihatkan gejala awal penyakit dan obati secara terpisah.
- Ikan-ikan yang terserang parah sebaiknya dimusnahkan.
- Jangan membawa ikan dan sisa-sisa ikan yang terinfeksi ke dalam kolam atau ke aliran air.
- Kolam yang telah terjangkit penyakit segera dikeringkan dan lakukan pengapuran dosis 200 g/m² selama satu minggu.
- Alat-alat penangkapan dan penampungan ikan dijaga agar tidak terkontaminasi, bahkan sewaktu-waktu didesinfektan dengan larutan PK 20 ppm atau dengan kaporit 0,5 ppm (0,5 g/m3 air).
- Tingkatkan gizi ikan dengan tambahan vitamin untuk menambah daya tahan tubuh ikan.
- Gunakan jenis ikan unggul yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap penyakit.
Usaha pengendalian dan pengobatan penyakit bakterial terhadap ikan yang keadaan infeksinya belum parah, artinya insang belum rusak dan permukaan tubuh masih cukup berlendir, dapat segera diobati dengan Kalium Permanganat (KmnOA) atau Permanganat Kalikus (PK).
Tata laksana pengobatan ikan gurame adalah:
- Sediakan air sumur atau air sumber yang bersih dalam bak atau bejana penampungan, sesuai dengan jumlah bobot ikan yang akan diobati, dengan perbandingan berat ikan dan volume air maksimal 1 kg ikan per 40 liter air.
- Buat larutan PK dengan kepekatan 20 ppm dalam volume air bak atau bejana penampungan tersebut, yaitu dengan melarutkan 20 9 PK per 1 m³ air atau 1,5 sendok teh PK per 1 m³ air.
- Rendam ikan-ikan yang akan diobati dalam larutan FK selama 30-60 menit dengan diawasi terus-menerus. Apabila ikan memerlihatkan gejala keracunan, kembalikan segera ikan ke dalam air yang bersih.
- Setelah direndam selama 30-60 menit, kembalikan ikan ke dalam kolam yang sirkulasi airnya baik.
- Apabila diperlukan, pengobatan dapat diulangi 3-4 hari kemudian.
Bagi ikan induk berukuran berat lebih dari 0,5 kg/ekor yang terinfeksi agak parah dapat diobati dengan oxytetracyclin HCI melalui penyuntikan intramuskular dengan dosis 25 mg/1 kg berat ikan.
Penyuntikan dengan obat antibiotik ini hanya untuk pengobatan induk ikan saja, tidak dianjurkan untuk ikan-ikan konsumsi.
Obat antibiotik harus diberikan dalam dosis yang tepat untuk mencegah timbulnya resistensi pada bakteri penyebab penyakit ikan tersebut. Tata laksana pengobatannya adalah:
- Timbang ikan yang akan diobati dengan tepat.
- Hitung dosis obat yang akan disuntikkan sesuai dengan berat badan ikan.
- Obat oxytetracyclin HCI yang digunakan adalah Terramycin cair.
- Suntikkan sebanyak 1 cc obat tersebut untuk setiap kg berat ikan.
- Penyuntikan dilakukan secara intramaskular di bagian tubuh ikan sebelah bawah sirip punggung.
- Ikan yang telah disuntik dikembalikan dengan segera ke dalam kolam yang sirkulasi airnya baik.
Bila keadaan ikan yang terinfeksi belum parah dapat dilakukan pengobatan di kolam-kolam pemeliharaan dengan menggunakan PK dosis 3 ppm.
Tata laksana pengobatannya adalah:
- Ukur luas dan kedalaman rata-rata kolam yang akan digunakan dalam pengobatan, dan hitung volume air tersebut.
- Tentukan banyaknya PK yang diperlukan untuk dilarutkan ke dalam air kolam, sehingga diperoleh konsentrasi PK sekitar 3 ppm atau 3 g/m³ air.
- Tutup saluran pemasukan dan pengeluaran air kolam.
- Larutan obat PK yang telah ditentukan banyaknya dalam beberapa ember air dan percikkan secara merata di permukaan air kolam, sebaiknya pakai alat semprot atau alat penyiram tanaman.
- Biarkan air kolam tidak mengalir selama 24 jam dengan pengawasan setiap saat, dan apabila terjadi gejala keracunan pada ikan segera alirkan kembali air kolam.
- Apabila perlu, pengobatan dapat diulangi 3-4 hari sampai semua iklan dapat pulih kembali.
2. Argulus
Argulus sp. hidup sebagai ektoparasit, yaitu menempel pada sisik atau sirip ikan. Kerugian yang disebabkan parasit ini terjadi pada kolam-kolam pembenihan.
Argulus berkembang biak dengan kopulasi dan meletakkan telur pada substrat yang keras, misalnya batu atau kayu. Jumlah telur argulus bervariasi antara 20-30 butir.
Ukuran telur, panjangnya 0,28-0,30 mm dan lebarnya 0,22-0,24 mm. Telur akan menetas setelah berumur 12 hari pada suhu 15,2-26,1°C. Apabila larva yang baru menetas tidak menemukan inangnya dalam waktu 36 jam, maka larva tersebut akan mati.
Perkembangan stadium larva hingga menjadi dewasa melalui 7 stadium. Apabila stadium dewasa tanpa ada inang lebih dari 9 hari, maka aspergilus dewasa tersebut akan mati.
Ikan yang terinfeksi Argulus akan menunjukkan gejala serangan tubuhnya kurus karena kehilangan cairan tubuh yang dihisap oleh parasit Aspergiius.
Pengendalian atau pencegahan Aspergilus pada ikan gurame dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Menggunakan bahan kimia seperti Ammounkum Chlorida, Kalium Permanganat, Nevugon, dan Lysol.
- Pengeringan kolam yang kemudian dilakukan pengapuran.
- Secara mekanis dengan mencabut parasit ini dengan menggunakan pinset.
3. Clinostomum
Parasit Clinostomum sp. sering ditemukan pada benih ikan yang dipelihara di sawah. Daur hidup terdiri atas fase telur, cercaria, dan metacercaria (dalam air) dan fase dewasa (dalam ikan).
Serangan parasit Clinostomum menyebabkan bintiI-bintil yang mengandung cercaria Clinostomum sp. Ikan yang terinfeksi akan menunjukkan pertumbuhan yang terhambat.
Pengendalian parasit clinostomum dapat dilakukan dengan cara-cara pengeringan kolam, kemudian ditaburi dengan kapur atau garam dapur. Obat Formalin 250 ppm atau Kalium Permanganat 5-10 ppm.
4. Bintik Merah
Bintik Merah (White Spot). Gejala serangan penyakit bintik merah ditanda Bintik Merah (White Spot). Gejala serangan penyakit bintik merah ditandai pada bagian tubuh, terutama kepala, insang, dan sirip, tampak bintik-bintik putih.
Pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada di sekitarnya dan berenang sangat lemah serta sering muncul di permukaan air.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara ikan yang terinfeksi direndam selama 24 jam dalam larutan Methylene blue 1% (1 g dalam 100 cc air).
Larutan ini diambil 2-4 cc dicampur dengan 4 liter air atau direndam dalam larutan garam dapur NaCI selama 10 menit, dosisnya 1-3 g/100 cc air.
5. Bengkak Insang dan Badan (Myxosporesis)
Gejala serangan penyakit bengkak insang dan badan ditandai dengan tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, dan di bagian punggung terjadi pendarahan.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan kolam secara total, ditabur kapur tohor 200 g/m², kemudian dibiarkan selama 1-2 minggu.
6. Cacing Insang, Sirip, dan Kulit (Dactypogyrus dan Girodactyrus)
Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, dan ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras di sekitarnya, sehingga terjadi pendarahan dan menebal pada insang.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara direndam dalam larutan formalin 250 g/m³ selama 15 menit atau dalam larutan Methylen blue 3 g/m³ selama 24 jam, dan hindari penebaran ikan yang berlebihan.