Pemijahan ikan gurami secara alami dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pemijahan di kolam khusus dan pemijahan pada kolam pemeliharaan.
Secara terinci, cara pemijahan ikan gurami dijelaskan sebagai berikut.
Pemijahan Ikan Gurame di Kolam Khusus
Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam kolam pemijahan adalah airnya jernih dengan kedalaman kolam antara 75-100 cm, dan aliran air tidak terlalu deras. Bahan-bahan untuk pembuat sarang disediakan secukupnya berupa rumput-rumput kering, ijuk, dan lain-lain.
Perbandingan induk jantan dan betina yang ideal disiapkan 1 : 4 atau satu ekor per 20-30 m². Kolam pemijahan dibuat sekitar 60-100 m² atau lebih besar, tergantung kesediaan lahan.
Sebelum digunakan sebagai pemijahan, dasar kolam dikeringkan dan dilakukan perbaikan-perbaikan pematang yang besar. Sarana pemijahan ikan gurami dalam kolam antara lain beberapa keranjang dari bambu berbentuk seperti kerucut yang dipajang secara mendatar lebih kurang 20 cm di bawah permukaan air.
Keranjang bambu berfungsi untuk penempatan sarang. Kolam pemijahan yang telah diisi air, dapat segera ditebari (dilepaskan) induk-induk ikan gurami.
Sebelum pemijahan berlangsung, biasanya induk jantan akan membuat sarang terlebih dahulu sedikit demi sedikit. Pemijahan akan segera terjadi pada sore, biasanya pukul 15.00 – 17.00 atau malam hari. Setelah berpijah, maka lubang sarang akan ditutup dengan rumput kering atau ijuk.
Pemeriksaan sarang terhadap telur dapat dilakukan dengan cara menusuk bagian tengah sarang tersebut. Apabila dari dalam sarang ke luar bintik-bintik minyak ke permukaan air dan menebar bau amis, pertanda ikan gurami sudah berpijah.
Telur-telur tersebut dapat dipungut untuk ditetaskan di tempat lain atau dalam wadah penetasan berupa corong dari fiber glass atau akuarium.
Pemijahan di Kolam Pemeliharaan Induk
Kolam pemeliharaan induk dapat berfungsi rangkap sebagai kolam pemijahan, sehingga ukuran kolam disiapkan cukup luas. Dalam kolam ini disediakan bahan-bahan pembuatan sarang lengkap dengan keranjang bambu.
Tempat sarang berupa keranjang sampah plastik bulat diameter 20-25 cm atau tempat lain yang serupa dan ditempatkan pada kedalaman 10-15 cm di bawah permukaan air.
Bahan sarang berupa sabut kelapa, ijuk, atau bahan lain yang dapat dibuat sarang yang ditempatkan di permukaan air sekitar tempat sarang.
Ikan gurami yang sudah siap memijah membuat sarang untuk menampung telur. Padat penebaran induk ikan gurami antara 1-2 ekor/40-50 m².
Kegiatan pemijahan ikan gurami berlangsung setelah sarang yang dibuat induk jantan selesai. Telur-telur yang terdapat dalam sarang dapat diangkat untuk ditempatkan dalam wadah yang terkontrol.
Pengecekan telur dilakukan setiap pagi pada setiap sarang yang sudah dibuat induk ikan gurami dengan cara menusuk sarang atau dengan menggoyangkannya. Apabila keluar telur atau minyak, maka pemijahan sudah terjadi dan sarang berisi telur.
Sarang yang berisi telur dikeluarkan dari tempat sarang secara perlahan untuk dipindahkan ke dalam baskom plastik yang telah diisi air kolam induk.
Secara perlahan, sarang dibuka sampai telur ke luar dan mengapung di permukaan air. Telur-telur tersebut diambil dengan menggunakan sendok untuk dipindahkan ke dalam wadah penetasan berupa corong dari fiber glass atau akuarium yang sudah diisi dengan air bersih.
Cara Pemijahan Ikan Gurame di Kolam (Terpal/Tembok)
Kolam pemijahan dapat berupa kolam tanah, kolam terpal, atau kolam tembok tetapi dasar kolam diusahakan tetap tanah. Dasar kolam tanah akan merangsang induk gurami untuk segera memijah.
Syarat kolam pemijahan yaitu airnya jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi, ada pintu pemasukan dan pengeluaran air dan tidak boleh terlalu banyak mengandung lumpur karena airnya cepat keruh, air yang keruh dapat menutupi permukaan telur, akibatnya akan mempengaruhi keberhasilan penetasan telur.
1. Persiapan Kolam Pemijahan
Persiapan kolam pemijahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan kolam dalam kondisi optimal bagi ikan gurami untuk melakukan pemijahan.
Kolam pemijahan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air dan pengeluaran. Saluran pemasukan air dibutuhkan untuk mensuplai air baru agar air kolam tetap segar dan ketersediaan oksigen terlarut tetap terjaga. Aliran air yang masuk ke kolam dapat merangsang ikan untuk memijah.
Ikan Gurami seperti ikan air tawar lainnya juga akan terangsang berpijah bila ada suasana baru dalam kolam, seperti bau ampo yang terbentuk akibat pengeringan tanah kolam kemudian kena air baru.
Hal inilah yang menyebabkan pengeringan dan penjemuran pada dasar kolam pemijahan mutlak dilakukan. Selain kegiatan pengeringan, pemberian pakan daun talas juga dapat merangsang gurami untuk segera kawin.
Tahapan kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyiapkan kolam pemijahan ikan gurami adalah sebagai berikut :
- Kolam dikeringkan 3-7 hari, tergantung cuaca dan ketebalan lumpur di kolam. Tujuan pengeringan kolam yaitu merangsang birahi induk untuk segera kawin, membunuh hama dan penyakit serta membuang gas-gas yang membahayan ikan (misalnya: amoniak (NH3) dan H2S)
- Perbaikan pematang, membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk ke kolam serta membersihkan rumput liar disekitar pematang.
- Jika dasar kolam banyak mengandung lumpur segera dikurangi atau dibuang.
- Setelah pengeringan kolam, dilakukan pengapuran dengan dosis 100 gr/m². Pemberian kapur selain untuk menaikkan pH tanah juga untuk membunuh bibit-bibit penyakit yang terdapat di dasar kolam
- Kolam pemijahan diisi dengan air bersih, jernih dan memenuhi persyaratan untuk kehidupan dan telur nantinya sedalam 80 cm.
- Setelah 3-4 hari dari pengisian air kolam, induk sudah dapat dimasukkan ke kolam pemijahan.
Apabila sumber air kurang jernih atau keruh, sebaiknya air diendapkan terlebih dahulu dalam bak pengendapan. Air kolam yang keruh akan menyebabkan telur terselimuti oleh lumpur sehingga telur-telur membusuk dan tidak menetas.
Disamping itu, air yang keruh kita akan kesulitan untuk mengetahui apakah telah terjadi aktifitas pemijahan dan apakah sarang telah berisi telur atau belum.
2. Mempersiapkan Sarang
Induk gurami membuat sarang terlebih dahulu sebelum melakukan pemijahan. Gurami meletakkan dan menyimpan telurnya didalam sarang.
Di alam, induk gurami jantan membuat sarang yang terbuat dari rumput-rumput kering yang disusun di pojokan kolam.
Agar proses pemijahan gurame dapat berlangsung lebih cepat, pembudidaya perlu menyediakan tempat kerangka sarang (sosog) dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat bahan sarang (seperti ijuk, sabut kelapa).
Keberadaan bahan sarang tersebut juga merangsang induk cepat untuk memijah.
a. Kerangka Sarang (Sosog)
Kerangka sarang dapat berupa sosog, ranting-ranting pohon dan bilah bambu yang cukup ditancapkan di pinggir pematang kolam.
Pemakaian dengan bilah bambu lebih praktis, hemat biaya, dan induk gurami lebih fleksibel dalam membuat sarang. Sedangkan sosog adalah anyaman bambu berbentuk kerucut dengan diameter lingkaran mulut sosog antara 25-30 cm dan dalamnya 30-40 cm.
Pemasangan sosog dilakukan di pematang dengan cara tangkainya ditancapkan ke pematang kolam. Namun ada juga yang memasang sosog di bagian tengah kolam dengan cara memasang tangkai pada pangkal sosog .
Penempatan sosog di bagian tengah kolam bertujuan untuk mengantisipasi induk yang enggan membuat sarang di pinggir kolam, karena kondisi pinggir kolam yang kurang nyaman dan banyak lalu lalang orang.
Pemasangan sosog disarankan sekitar 15-30 cm di bawah permukaan air kolam. Jarak pemasangan antara sosog yang satu dengan lainnya sekitar 2 – 4 m.
Jumlah sosog yang dipasang di kolam pemijahan disesuaikan dengan jumlah induk betina. Satu ekor induk betina biasanya membutuhkan satu sarang untuk meletakkan telurnya.
Namun, semakin banyak kerangka yang dipasang maka akan semakin baik karena induk gurami akan lebih leluasa memilih tempat yang diperkirakan aman dan nyaman untuk meletakkan telurnya.
b. Bahan Sarang
Bahan sarang untuk pemijahan gurami dapat berupa ijuk, sabut kelapa dan rumput-rumput kering. Namun , yang paling banyak digunakan adalah ijuk dan sabut kelapa karena lebih praktis, murah, dan mudah didapat.
Pilihlah ijuk yang lembut untuk menghindari pecah atau rusaknya telur akibat gesekan dengan ijuk. Sebelum digunakan ijuk dan sabut kelapa dicuci hingga bersih dan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur.
Bahan pembuat sarang ini biasanya ditempatkan di pinggir atau di tengah kolam dengan posisi menggantung supaya induk dapat dengan mudah mengambil ijuk atau sabut kelapa.
Agar bisa menggantung, ijuk dan sabut kelapa dijepit secara longgar dengan bilah bambu yang dipasang di pinggiran kolam. Namun kelemahannya, banyak ijuk yang jatuh ke dasar kolam atau tertimbun lumpur.
Penempatan bahan sarang yang umum dilakukan pembudidaya yaitu diatas para-para yang terbuat dari bambu.
Para-para bambu ini diberi kaki pada keempat sudutnya sehingga mampu menahan ijuk/sabut kelapa yang ditempatkan di atasnya.
Bahan tersebut diletakkan di atas para-para yang terendam air atau rata dengan air supaya mudah diambil induk jantan.
Oleh induk jantan, ijuk/sabut kelapa diambil dan dipindahkan ke sosog atau bilah bambu yang ditancapkan pinggir pematang kolam.
3. Penebaran Induk ke Kolam Pemijahan
Induk gurami yang telah matang gonad dan siap mijah dapat segera dipindahkan ke kolam pemijahan.
Ciri-ciri induk ikan gurame yang baik adalah sebagai berikut:
- Memiliki sifat pertumbuhan yang cepat.
- Bentuk badan normal (perbandingan panjang dan berat badan ideal).
- Ukuran kepala relatif kecil
- Susunan sisik teratur,licin, warna cerah dan mengkilap serta tidak luka.
- Gerakan normal dan lincah.
- Bentuk bibir indah seperti pisang, bermulut kecil dan tidak berjanggut.
- Berumur antara 2-5 tahun.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a. Ikan gurame betina
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecokelatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Ikan gurame jantan
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Ciri-ciri ikan gurame mau bertelur adalah pada daerah antara bawah sirip dada sampai anus menonjol sebagai pertanda induk betina telah matang gonad atau sudah mengandung telur dan siap dipijahkan.
Penangkapan dan pelepasan induk yang telah matang gonad dilakukan secara hati-hati agar induk tidak terluka atau stress.
Penangkapan induk sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika cuaca tidak terlampau panas. Hal ini untuk menghindari stress pada ikan akibat perbedaan suhu yang terlalu tinggi antara di kolam induk dengan suhu di kolam pemijahan.
Pemindahan induk ke kolam pemijahan dilakukan setelah kolam pemijahan sudah siap dan telah diisi air.
Penangkapan induk gurami yaitu dengan cara melokalisir induk dengan menggiringnya di salah satu sisi kolam dengan menggunakan jaring yang dibentangkan.
Setelah ruang geraknya dipersempit, induk dapat ditangkap dengan menggunakan tangan dan dilakukan dengan hati-hati. Penangkapan induk harus dilakukan satu demi satu.
Penangkapan induk tidak disarankan menggunakan seser, karena akan mengakibatkan sisik ikan banyak yang terkelupas.
Cara memegang induk gurami ada caranya yaitu induk dipegang dengan tangan dengan posisi badan terbalik. Induk dipegang pelan dan hati-hati, mata gurami diusahakan tertutup oleh telapak tangan agar tidak berontak.
Bagi yang belum mahir dapat menggunakan kain halus basah yang diselimutkan pada tubuh ikan secara hati-hati. Selanjutnya induk diangkat secara pelan-pelan dengan posisi terlentang juga.
Induk yang tertangkap dimasukkan ke dalam drum atau ember besar berisi air yang telah dipersiapkan.
Ketika memasukkan induk ke kolam pemijahan harus dilakukan secara hati-hati. Masukkan induk bersama dengan wadahnya ke kolam pemijahan dan biarkan gurami keluar dan berenang dengan sendirinya.
Pemindahan induk dapat juga dengan cara mempergunakan kain halus basah, kemudian diangkut dan dilepaskan bersama pembungkusnya. Dengan cara ini kemungkinan induk jatuh karena meronta dapat dikurangi atau dihindari.
Jika induk sampai terjatuh maka akan dapat menyebabkan stress sehingga induk tidak mau memijah.